Vanilla Sky

54.5K 4.1K 1.4K
                                    

Selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai.

Hubunganku sama Heath sudah selesai. Sudah nggak ada lagi apapun di antara kami. Nggak ada lagi little bee atau firefly. Nggak ada serangga-seranggaan lagi pokoknya. Aku cuma manusia biasa yang sekarang nggak punya siapa-siapa.

Terus, aku nangis semalaman.

Waktu pagi aku bangun, mataku nggak bisa dibuka. Aku sampai kaya orang buta yang jalan meraba-raba ke luar kamar untuk cari es batu buat ngompres mata. Sayang, nggak guna. Mataku masih tetap bengkak kaya waktu itu.

Dave menelepon. Ternyata dia menelepon sambil jalan kaki menuju kantor. Suaranya kresek-kresek terus. Kayanya sih dia taruh HP di kantong mantel terus dia telepon pakai earphone gitu.

"Kere banget sih ngesot ke kantor," kataku sambil tertawa dengan suara bindeng. "Masa iya modelnya Armani jalan kaki. Sayang dong kakimu."

Dia terpingkal-pingkal sejak awal kalimatku. "Kantorku dekat dengan apartemen. Kepleset juga sampai. Aku tadi mampir beli kopi dulu. Sebenarnya dekat juga sama hotelmu. Tapi, kayanya aku bakal lembur lagi."

"Ke sini aja. Bermalam di sini. Kamar bekasnya Drey kan kosong. Ajak cewekmu juga."

"Kok kamu tahu aku sudah jadian lagi?"

"Nebak aja." Kupencet-pencet hidungku biar nggak terlalu bindeng.

"Heath kapan nyusul? Kita bisa bikin double date."

Aku cuma bisa ngelus dada mendengar pertanyaan ini. "Aku udah putusan," kataku pelan.

"Hah? Serius?"

"Iya."

"Gimana?"

Aku duduk di tempat tidur sambil membawa sekotak tisu. Aku siap nangis lagi. "Aku capek, Dave. Aku mulu yang ngejar dia. Nah dia sama sekali nggak mau gerak. Susul aku, kek. Telepon kek. Gimana sih perasaanmu kalau punya pacar rasa jomblo? Sakit tau!"

"Kalau gitu, nanti malam aku sama Fifi temenin kamu, deh."

"Dia mau?"

"Kubujuk deh kalau nggak mau. Dia itu anaknya penurut banget."

"Lucky you."

"Hu-um," ucapnya sebelum ngobrol sama orang lain.

"Udah, ya. Aku udah sampai, nih. Nanti kutelepon lagi kalau mau ke sana. Take care, Glace."

Dia menutup telepon dan aku sendirian lagi.

Aku berbaring telentang di lantai marmer dingin. Aku heran kenapa aku bisa sendirian selama berhari-hari di ruang seluas ini. Apa aku sekarang sudah jadi kaya Savanna yang menikmati hidup sendirian?

Apa Savanna merasa sehampa ini pas sendirian di rumah?

Kenapa hidup ini aneh banget sih? Savanna yang ansos kenapa aku yang dikutuk hidup sendirian? Savanna tuh ke mana aja pasti ada orang yang menemani. Sampai ngumpet di pedalaman Surabaya aja ada yang mau jadi temannya. Nah aku? Bahkan Heath yang dibayar kakak iparku pun pergi dari hidupku.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang