Lord of the Beast

47.5K 3.9K 1.2K
                                    

Aku nggak tahu apa yang ada di pikiran Heath

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku nggak tahu apa yang ada di pikiran Heath. Dia seharusnya punya kesempatan untuk melakukan apa saja denganku. Dia tahu kalah aku pasrah. Kami juga nggak tidur semalam suntuk. Tapi, yang dia lakukan cuma membelai rambutku dan tersenyum. Paling pol ciuman saja.

Ah, apa sih yang ada dalam pikirannya?

Jam enam, alarm di HP-nya berbunyi.

Dia duduk di pinggir tempat tidur dan menghela napas panjang. "It's time to leave,"  ucapnya dengan suara mendesah yang sepertinya diucapkan untuk dirinya sendiri.

Leave?

Kupeluk dia dari belakang. "Kamu tinggal bilang, aku nggak bakal pergi, Heath. Aku bakal melakukan apa aja biar nggak pergi."

Dia menggenggam tanganku di dadanya. "Pergilah, Bee."

Suara dinginnya membuat hatiku lebih sakit daripada waktu ribut sama Drey semalam.

Dia melepaskan tanganku, lalu ke luar kamar tanpa suara, tanpa berpaling, tanpa mengirimkan kode apapun yang memberiku sedikit harapan.

Terus, gimana caranya aku bertahan, Heath?

Sambil nangis sesenggukan, aku mandi dan mempersiapkan diri. Kulempar semua barang ke dalam satu koper lagi yang masih kosong. Kulemparkan juga botol parfum ke cermin rias sebelum keluar kamar.

Begitu berada di luar kamar, aku menyesal melempar botol parfum ke cermin rias. Seharusnya kan kulempar ke kepala Drey.

Bapak julid sesemesta itu sudah berpelukan dengan istrinya di foyer. Saat melihatku, Savanna melepaskan pelukan suaminya dan ganti memelukku. Lagi-lagi dia beraroma Drey.

"Baik-baik ya di sana. Aku sayang kamu, Glace. Kami semua sayang kamu," kata Savanna sambil mencium pipiku.

Drey kelihatan nggak selincah biasanya. Alisnya mengernyit seperti menahan sakit. Sepertinya tulang rusuknya cidera karena Heath semalam.

"Kita pergi sekarang," katanya dengan alis terangkat.

"Kenapa sih nggak mati sekalian?"

Dia tersenyum miring. "Sekalipun mati, aku akan bangkit lagi dan menyeretmu pergi, Glace."

Aku berdecak. "Kekejianmu memang abadi, Drey."

Dia tertawa penuh kemenangan sampai mulutnya harus dibungkam pakai tangan Savanna. Sentuhan ini membuat Drey memegangi dan menciumi tangan Savana sampai ke lehernya.

Aku?

Nggak kelihatan. Aku kan nggak kasat mata kalau mereka sudah nafsuan gitu.

"Jangan ribut terus ya di pesawat," pesan Savanna sambil memeluk dan mengusap perut ramping suaminya. "Kalian bakal belasan jam di pesawat. Jangan bikin pilotnya kesal," lanjutnya sebelum dibungkam sama mulut suaminya.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang