Rough Night

62.6K 5.4K 3K
                                    

Kami sampai di George Bush Intercontinental Airport, Houston pada jam 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami sampai di George Bush Intercontinental Airport, Houston pada jam 10.45. Penerbangan selama lebih dari tiga jam dari LaGuardia Airport kuisi dengan tidur pulas. Heath kelihatannya juga tidur. Waktu aku bangun, matanya juga merah. Dia terlonjak kaget. Maklum, tangan kami gandengan waktu tidur. Jadi mungkin dia kaget saat aku bergerak.

Pramugari bertanya apa kami butuh sesuatu. Heath cuma minta air mineral untuk kami dan susu full cream untukku. Kami juga makan sandwich isi daging kalkun yang lumayan enak sebelum pesawat landing.

Perjalanan kami nggak langsung sampai. Heath menyewa mobil untuk ke Stoneberg, tempat tujuan kami yang jaraknya sekitar tiga jam dari bandara ini. Heath memilih Range Roover dengan bak terbuka. Katanya sih dia mau membeli beberapa perlengkapan untuk memperbaiki rumah ayahnya dan membeli keperluan untuk kami selama di sana juga. Bak terbuka lebih efektif untuk mengangkut banyak barang. Sementara ini, yang kami angkut cuma koper dan tas kami saja.

"Stoneberg itu kota kecil, Bee. Penduduknya hanya ribuan orang. Kami saling mengenal satu sama lain. Anak-anak yang berpikiran bebas selalu memikirkan cara untuk pergi dari kota itu."

"Termasuk kamu?"

"Termasuk aku."

Aku mengerti. Heath nggak tercipta untuk jadi petani yang diam saja di kota kecil. Bahkan kurasa, dunia masih terlalu kecil untuk petualangannya.

Setelah video call dengan keluargaku dan Fifi (Dave masih tidur pulas), aku tidur lagi. Aku baru bangun waktu sampai di SPBU. Heath nggak ada. Aku kebelet mau pipis. Jadi, aku keluar sendirian. Mungkin Heath di WC juga.

Tempat ini sepi sekali untuk jadi SPBU. Jendela kaca mini marketnya berdebu, sama dengan semua barang di tempat ini. Hampir nggak ada pohon di sekitar SPBU. Beberapa pohon yang nggak kuketahui namanya terlihat nggak ikhlas tumbuh di sini. Tanahnya kering, kelihatannya pas hujan becek banget dan pas panas kering kerontang. Selain bangunan mini market, di sini juga ada bagungan seperti rumah trailer kecil dan gudang yang terlihat nggak pernah dibersihkan.

Nggak ada orang atau petugas SPBU. Jangankan orang, kucing, anjing, atau babi piaraan saja nggak ada. Tapi, dengung AC bobrok yang mungkin sudah lima abad nggak pernah dibersihkan menunjukkan kalau ada kehidupan di tempat ini.

Sebenarnya, aku takut. Aku sudah banyak nonton film hantu yang diawali dengan unjungan ke SPBU begini. Film I Spit on Your Grave saja dimulai dengan keributan sama petugas SPBU, kan?

Terus, Heath ke mana? Benar-benar ke WC?

Aku berjalan ke belakang mobil kami. Ada Mustang keren yang diparkir rapi. Dari wujud Mustang yang mengilap, kurasa nggak mungkin punya pemilik tempat ini. Pemilik tempat ini seperti nggak punya harapan hidup, mana mungkin sanggup memoles mobil sampai kinclong begitu. Berarti ada pengunjung selain kami.

Jam 12.56. Ini sudah dua jam perjalanan dari bandara. Mungkin kami sudah dekat. Mungkin saja orang dari Stoneberg nyari bensin sampai ke sini.

Kuberanikan diri untuk masuk ke dalam mini market. Aku berusaha tersenyum pada bapak kasir, tapi dia sepertinya terlalu malas untuk menoleh, apalagi membalas senyumku. Sebenarnya aku mau tanya apa ada WC, tapi begitu masuk aku langsung melihat tulisan besar 'Restroom' dengan gambar panah warna merah di dinding yang kelihatannya pernah dihuni kerajaan laba-laba.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang