Additional Part : Cursed

Start from the beginning
                                    

"Halo, Tante Glacie!" Suara Archie terengah. "Kata Claire, Tante Glacie will have a baby and make keponakan yang lucu for me."

Heath menutup wajahnya dengan tangan.

"Sepupu, Archie." Savanna membetulkan anaknya. "Tante Glacie nggak bisa punya anak sebelum menikah."

"Why Heath not marry Tante Glacie?"

"Tanya saja," kata Savanna yang kayanya bikin Heath tambah sakit kepala.

"Heath, I talk to you as a man," kata anak sebesar biji cabe itu. "Marry her and make a baby for me. Oke? I want to--Daddy! What are you doing?"

"Itu Drey ke mana kok anaknya bisa ngomong gitu," tanyaku memotong kuliah pranikahnya Archie.

Savanna yang masih ngakak menjawab, "Sudah dibawa pergi sama Drey tuh Archie-nya. Kemarin dia baru lihat anak yang main sama sepupu-sepupunya. Dia kesal jauh dari Ryn dan River. Claire bilang nanti dia bisa dapat sepupu baru dari kamu. Makanya, kalian cepat nikah ya."

Heath cuma menaikkan alis. Aku mengusap lengannya untuk meyakinkan kalau aku baik-baik saja. Aku nggak bakal ribut masalah nikah lagi. Heath pasti tahu waktu terbaik untuk melamarku, kan?

"Uhm, kayanya Archie ngamuk deh. Aku tutup ya teleponnya. Bye, Glace! Jaga dia ya, Heath."

Aku tahu yang dimaksud Savanna dengan 'jaga dia' itu berarti menjagaku dari kehamilan. Satpam keperawananku bakal terus bergerilya sampai Heath menikahiku kayanya.

Heath menghela napas panjang saat menerima HP-ku. Dia melihatku terus, mungkin dia mau membaca apa yang kupikirkan.

"Apa?" tanyaku sambil mendorong lengannya. "Kalau mau tahu apa yang kupikirkan, tanya aja. Nggak usah sok punya indra keenam gitu."

"Baiklah," katanya sambil meletakkan HP di nakas. "Apa yang kamu pikirkan, Bee?"

"Ceritakan soal perang," kataku sambil merapatkan diri padanya. Kuharap ini bisa bikin dia melupakan soal omongan Archie tadi.

"Apa yang ingin kamu ketahui? Tidak ada yang bagus dalam perang."

"Sejelek-jeleknya perang, ada kamu di situ. Semua yang ada kamunya, pasti bagus."

Dia tertawa. Setelah mengembuskan napas panjang lagi, dia menarikku ke pelukannya. Kepalaku di dadanya, mendengarkan detak jantung yang selalu kencang kalau dia berbicara tentang masa lalu.

"Dalam perangku, tidak ada keluarga, Bee. Tidak ada teman atau saudara. Aku harus mengintai dan membunuh siapa saja yang diperintahkan untuk kubunuh. Aku juga harus melindungi siapa saja yang kuperintahkan untuk kulindungi."

"Sekalipun dia jahat kalau diperintahkan harus tetap kamu lindungi?"

"Ya."

"Pernah dapat yang begitu?"

"Pernah. Seorang politikus bajingan dari negara yang tidak boleh kusebutkan."

"Walau ke aku?"

"Lebih baik kamu tidak pernah tahu, Bee." Dia mencubit hidungku. "Aku yakin kamu akan mencarinya di Google. Lebih baik dia dilupakan."

"Kenapa kamu harus melindunginya?"

"Karena dia memegang kunci peperangan. Dia mengetahui hal yang tidak diketahui orang lain. Dengar, Bee, kalau kamu punya rahasia yang dibutuhkan orang lain, jangan pernah membuka rahasia itu seluruhnya. Rahasia itu akan membuat orang terpaksa mengistimewakanmu. Namun, begitu kamu keluarkan, mereka akan membuangmu seperti sampah. Tidak ada yang bisa mengeluarkan informasi yang disimpan di dalam otak."

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Where stories live. Discover now