part 49 : Malam tahun Baru

2K 85 0
                                    

Detik berganti menit. Menit berjanti jam, jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan, bulan berganti tahun dan seterusnya.

Banyak pemikiran jika Waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika kita tidak dapat memanfaatkan segala waktu yang ada, maka kita akan berakhir dengan penyesalan. Itu merupakan pemikiran semua orang kecuali orang yang tidak Bisa menghargai waktu.

Waktu tidak bisa dipisahkan dari diri manusia, sebagai bagian dari pemikiran manusia yang membantu manusia sampai pada pengetahuan tentang Dunia. Waktu termasuk suatu yang Linier, yakni sesuatu yang bergerak Lurus. yang terdiri dari masa lalu, masa kini dan masa depan. Dilihat sebagai tiga hal yang berbeda, Walaupun saling berhubungan. Jika masalalu sudah berlewat maka ia sudah berlalu. Dan tak akan bisa kembali lagi.

Lea merenung dipinggir kolam renang rumahnya yang nampak ramai. Ia sungguh tak menyangka kalau tahun sudah akan berganti dimulai dari beberapa menit kedepan. Waktu memang berlalu begitu cepat.

Pupil matanya menyapu sekitarnya. Ramai dengan Ayah dan Bundanya yang sibuk mengobrol digazebo. Lalu Dimas, Karin, Al , Andra dan pacarnya sibuk mengurus pemanggangan.

Sementara Dirinya duduk dikursi kayu yang tak jauh dari pemanggangan bersama pemuda disampingnya, yang belum apa apa sudah memakan sebuah sosis bakar dan sate sefood di kedua ditanganya. Pemuda itu makan dengan Rakus seakan akan tidak pernah menemukan makanan sejenis itu.

Lea menggelengkan kepalanya melihatnya. Perlahan pemuda itu menoleh kearahnya. Alisnya terangkat sebelah sambil menyodongkan sate sefood ditangan kirinya.

"Mau?"

"Sumpah yah!! Lo tuh... Astaga Piyaaan, Lo ini belum makan sebulan apa doyan?"

Piyan terkekeh dengan mulut yang penuh dengan gigitan sosis. "Gwue Lwapher." (Gue laper)

Lea berdigik melihatnya.

"Leaaaaa." Ia mendongak menatap tanya Karin yang memanggilnya diseberang Sana.

"Apa?"

"Ambilin saus. Kata tante, tadi ditaruh Dikulkas."

Dengan mendengus Lea berdiri lalu masuk kedalam. Ia melangkah kearah Dapur, lalu membuka kulkas dua pintu didepanya. Lama kelamaan ia merasa merinding dileher belakangnya. Ia mencoba berpikir positif, ia yakin kalau dirumahnya tidak ada mahluk semacam itu. Ia tak akan percaya semacam seperti itu.

Tapi makin lama makin membuat bulukudunya berdiri. Tanganya menyentuh tengkuknya dan mengusap usapnya. Ia berdecak lalu perlahan menoleh.

"AAAAKKKHHHH." matanya melotot sempurna.

Pemuda dihadapanya malah terbahak dengan setusuk sate yang masih bersarang dimulutnya. Napas Lea memburu Lalu memukuli Piyan habis habisan.

"Sialan. Babi lo."

Piyan meringis saat merasakan pukulan Lea terasa seperti diterkam singa. Iyah!! Lea singanya.

Lea langsung menegakkan tubuhnya saat sudah puas. Lalu berbalik dan mencari Saus yang tak kunjung ia dapati. Tak memerdulikan pemuda yang berdiri dibelakangnya menatapnya sinis.

"Kalo ngehajar. Gak tanggung tanggung ya?" Lea menghiraukanya.

Perlahan piya mendekat lalu berdiri disamping Lea dan mulai ikut menggeledah isi kulkas. Ia menemukan sekotak susu rasa coklat dipintu kulkas depanya. Ia meraih lalu meminumnya tak memerdulikan Lea yang menatapnya sinis.

Mereka tak menyadari seorang pemuda yang baru saja sampai didapur sedang menatap mereka dari ambang pintu dapur. Matanya menyorot tajam kearah punggung Piyan yang sedang sibuk mengobrak abrik Kulkas.

The Past (SELESAI)Where stories live. Discover now