53 | Pembalasan

6.3K 316 21
                                    

SG Hospital, Singapore

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

SG Hospital, Singapore

Suasana koridor panjang dari SG Hospital terasa sunyi dari suara apapun. Langkah kaki hanya bergema dekat sudut pintu keluar masuk ruangan, kamar rawat Ify memang terletak dipojok gedung dengan suasana yang begitu tenang. Keheningan juga merambat pada dua orang yang dipertemukan kembali dalam suasana tidak terduga seperti sebelumnya. Waktu terasa lewat begitu saja tanpa suara berupa kata.

Kinan memilih menatap layar handphone yang berwarna hitam, berharap itu dapat memberikannya gagasan untuk memulai percakapan. Sedangkan tubuh Dharma yang biasanya tegap menunjukan kekuasaan laki-laki itu, tampak duduk dengan bahu merosot seakan seluruh beban dunia ditimpakan padanya. Untuk kesekian kalinya, hanya suara helaan nafas yang bersautan memenuhi udara. Seakan hal tersebut dapat menjabarkan segalanya.

Kinan menggeser layar kunci pada smartphone miliknya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk melihat koleksi galeri foto dalam ponsel tersebut, matanya langsung terfokus pada satu objek yang menunjukkan foto Ify bersama dirinya saat ziarah makam sahabatnya, Bunda Ify beberapa waktu yang lalu. Hati Kinan menghangat melihat senyum yang diabadikan foto tersebut, senyum yang menular pada otot rahangnya saat ini.

"Dia persis sekali dengan Bundanya" Gumam Kinan tanpa sadar.

Dharma menoleh dan tersenyum tipis. "Keras kepala, semaunya, berani, tapi selalu baik hati" Tambah Dharma dengan tatapan menerawang, membayangkan Almarhumah mantan istrinya.

Kinan menoleh kearah Dharma dengan wajah terkejut, heran akan reaksi Dharma yang jauh daripada sebelumnya.

"Saya udah tau semuanya" Kata Dharma seakan membaca raut heran dari wajah Kinan.

Kinan tersenyum maklum dan mengangguk kecil. "Waktu Ify tiba-tiba nelpon saya untuk minta izin donorin ginjalnya, saya larang dia, tapi saya tau itu nggak akan ngubah apa-apa, dia selalu tau apa yang dia lakukan, dia selalu tau apa yang dia inginkan, bahkan mengerti apa yang dia butuhkan, walau itu nggak pernah dia prioritaskan. Seharusnya saya bisa lebih keras saat itu." Kinan menunduk akan rasa sesal yang menghimpit dadanya, lalai terhadap tanggung jawab yang diembannya.

Dharma menggeleng. "Kalo ada rasa yang paling saya sesali setelah pergi waktu itu adalah, saya kehilangan kesempatan untuk mengajarkan Ify untuk menjadi orang yang sedikit egois."

Kinan tertawa lemah. "Anak itu egois. Ify sangat egois, dalam kebaikhatiannya."

Dharma mendengus. "Anak bodoh."

Kinan menggeleng tegas. "Ify egois, tapi dia nggak bodoh. Dia tumbuh luar biasa baik daripada yang diharapkan semua orang yang pernah ada disekeliling dia. Ify belum tau apa-apa, Ify belum tau soal tanggung jawabnya sebenarnya, Ify belum pernah belajar hal lain diluar pelajaran sekolahnya, tapi nilai kehidupan dia jauh diatas kita semua yang sudah hidup lebih lama."

"Kalo ada yang harus kamu sesali adalah dia tumbuh seperti itu tanpa ada kamu disamping dia untuk mendampinginya." Ucap Kinan sambil menatap lurus kearah Dharma.

That's All Cause IFY (END) - RevisiKde žijí příběhy. Začni objevovat