48 | Singapore

3.5K 221 13
                                    

Keheningan yang begitu tajam memenuhi ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keheningan yang begitu tajam memenuhi ruangan itu. Begitu tenang seperti sewajarnya, perbedaannya terletak pada ketegangan yang begitu terasa dari tengah-tengah ruangan. Hawa sejuk yang dikeluarkan pendingin ruangan justru lebih menambah ketegangan menjadi sebuah ketenangan yang tidak wajar. Sebuah dehaman dari salah satu yang berkumpul diruangan itu memecahkan kesunyian.

Semua pandangan otomatis terfokus kepada pemilik dehaman tersebut, Dokter Tian.

Sementara sang pemilik justru berusaha memandang lurus-lurus kepada setiap lawan bicaranya, seolah-olah ada keganjilan yang kasat mata jika luput dari penglihatannya. Aura ketegangan justru semakin terasa.

“Ada apa dok? Jelaskan saja semuanya, jangan ada yang ditutupi. Walaupun kemungkinan terburuk ada, kami akan coba terima.” Ucap Alvin membuka pembicaraan.

Dokter Tian menghela nafas berat, namun tetap tidak mengurangi kekakuan tubuhnya. “Bukan begitu Vin, pasti saya akan menjelaskan semuanya. Siap tidak siap kalian harus mendengarnya.” Dokter Tian berhenti sejenak.

“Hanya saja, saya bingung memulai dari mana. Semuanya berlalu cepat, kejadian ini bahkan tidak pernah terlintas sedikitpun di bayangan saya.” Dokter Tian kembali diam.

“Gabriel mana Dev?” Tanya Dokter Tian keluar dari topik utama.

Bahu Deva terlihat menurun dari sebelumnya. “Dibawa paksa Papanya” jawabnya kecut.

“Dibawa?” Alvin langsung menoleh. Karena dia memang belum mengetahui kejadiannya.

Kemunculan Deva tanpa Gabriel tadi dia pikir hanya sesaat karena mungkin saja mereka tengah berbeda tenpat dan Gabriel akan menyusul kesini setelahnya. Namun, sampai menit telah berganti jam, sosok Gabriel tetap tak terlihat. Alvin bukan tidak menyadari keganjilan ini. Namun tadi pikirannya lebih tersita pada Rio yang terlihat hancur karena kejadian ini.

“Iya, diseret Papanya dari rumah gue” Lanjut Deva.

“Papanya Gabriel sama kayak Papa kamu Dev” Sahut Dokter Tian.

“Bukan. Saya nggak percaya punya Papa begitu.” Ucap Deva kecut.

“Almarhumah Bunda kamu dan kakak kamu yang terbaring disana, berusaha terus untuk meyakinkan kalo diantara kamu dan orang yang disebut Papanya Gabriel itu ada pertalian hubungan ayah dan anak. Berusaha terus meyakinkan kalo kamu adalah anak Bunda dari Papanya Gabriel. Meyakinkan kamu, bahwa Kamu adalah saudara sekandung dengan Ify dan Gabriel. Tapi kamu sendiri yang justru menolak semua itu. Kamu berpikiran sebaliknya sementara mereka terus mempertahankan kamu?” Perkataan Dokter Tian yang penuh tekanan membuat Deva untuk mencerna semuanya.

Back to the focus. Waktu kita cuma sedikit.” Ucap Dokter Evan memecah keheningan.

“Apa maksud dokter 'cuma sedikit'” Sela Alvin.

“Kita akan berpacu dengan waktu, Vin. Tadi saya sudah merujuk semua data Ify pada Rumah Sakit di Singapore.  Dan baru saja mereka memberi kabar jika mereka sanggup menangani Ify dengan peralatan yang lebih memungkinkan disana.”  Ucap Dokter Evan sambil terfokus pada laptopnya.

That's All Cause IFY (END) - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang