Chapter 21 | Local Dish Resto

Start from the beginning
                                    

Ashton menatapku kemudian tersenyum. “Bye, Zee.” Ia mengangkat tangan kanannya ke udara sebelum melangkah pergi.

Bye, Ash.” Aku membalas senyumnya, meski Ashton keburu membalikkan badan.

“Zia.” panggil Luke dengan nada memperingatkan, sama seperti Toby saat aku melakukan kesalahan.

“Luke.” balasku dengan nada yang sama, membuat Luke mendesah.

“Berhentilah bersikap seperti itu.”

“Bersikap bagaimana maksudmu?”

“Bersikap terlalu baik pada Ashton.” Luke menyisir rambutnya ke belakang kepala dengan jari-jarinya. Wajahnya terlihat jengah.

“Terlalu baik bagaimana?” Aku tertawa kecil. “Luke, jangan konyol. Ashton kan sahabatmu, jadi wajar saja jika aku bersikap baik padanya, bukan?”

“Ia menyukaimu, Zia. Terlihat sangat jelas dimata siapapun kecuali kau, karena kau kelihatan tidak menyadarinya sama sekali!” Sebelah tangan Luke terangkat ke udara.

“Dia tidak menyukaiku, Luke. Berhenti bersikap seperti itu.” Kataku meniru kalimatnya beberapa saat yang lalu.

“Bersikap seperti apa maksudmu?” Tanyanya ikut menirukan kalimatku.

“Seperti ia adalah ancaman. Ia sahabatmu Luke, kau harus percaya padanya.”

“Untuk masalah seperti ini aku tidak bisa mempercayainya Zia.” Ujarnya tegas.

Aku mengerti bagaimana perasaannya. Bagaimana rasanya dikhianati sahabat sendiri dan perasaannya takut kehilanganku. Aku bisa mengerti. Tapi ketakutannya dengan masa lalu yang menurutnya akan terulang lagi, bagiku terlalu berlebihan. Aku yakin Ashton sudah berubah. Seseorang pasti tidak akan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya dan aku yakin Ashton pun begitu. Sahabatnya itu pasti sudah sangat mengerti bagaimana Luke dan apa yang akan Luke lakukan jika ia merebutku (seperti aku mau saja berpacaran dengannya). Ia sudah pernah merasakan dihajar Luke dan aku yakin ia tidak menginginkan hal itu terjadi lagi.

“Jika kau pikir Ashton berniat merebutku darimu seperti ia merebut Stacy, kau salah besar Luke. Ashton memang kelihatan genit seperti bajingan tengik tapi aku yakin ia sudah berubah menjadi orang yang lebih baik sekarang.”

Mata Luke melebar. Ia mengepalkan kedua tangannya hingga buku-bukunya memutih.

“Jangan membelanya di depanku. Kau sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya.” Ia berkata melalui gigi yang dirapatkan. Rahangnya menegang dan urat-urat di lehernya terlihat.

“Tapi Luke—”

“Darimana kau tahu permasalahanku dengan Stacy dan Ashton?” Tanyanya memotong perkataanku.

Aku terkejut dengan perubahan Luke yang tiba-tiba. Bibirku terasa kering. Melihat sisi Luke yang ini mengingatkanku dengan kejadian di kolam renang. Aku menelan ludah. Ia membuatku takut. Oke, hanya sedikit takut. Tapi tetap saja.

“Jawab aku, Zia.” Nada bicaranya melembut. Tangannya sudah tidak dikepalkan lagi.

“Cal-” Suaraku terdengar seperti tikus terjepit. Aku berdehem untuk membersihkan tenggorokanku. “Calvin.” Ulangku terdengar lebih tegas.

Ia melihat ke arah lain dan mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Terlihat kilatan amarah di matanya tapi ia berusaha untuk membuangnya jauh-jauh.

“Aku ingin kau menjauhi mereka berdua, Zia.” Ujarnya dengan tatapan memperingatkan.

“Kenapa?” Tanyaku dengan alis bertaut.

“Mereka berdua bajingan kotor.”

“Kau menyebut sahabatmu sendiri bajingan?” Aku tertawa sarkastis, merasa tak percaya dengan pendengaranku sendiri.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now