Chapter 12 | Rock It Out!

201 12 2
                                    

“All I wanna do right now is having loads of fun with my friends.”

Kami berdua berjalan beriringan memasuki studio di rumah Michie. Setibanya di dalam, Rory membulatkan matanya, seolah mata biru itu akan meloncat keluar. Alasannya bisa satu; ia terpukau dengan studio keren ini, atau dua; ia terkejut melihat kelima pria berpakaian ala rocker yang sedang duduk-duduk di sofa, atau tiga; kedua hal itu adalah alasannya. Ekspresi Rory membuatku dan kelima pria didepanku menahan tawa.

 “Hey, Rory kau datang. Silakan duduk.” Sapa Will ramah, membuat ekspresi si gadis rambut merah seketika berubah menjadi sama ramahnya seperti pria botak itu. Rory duduk di sofa, sementara aku langsung saja mengecek mikrofon, sudah tidak sabar lagi untuk tampil memukau sahabatku.

“Wow, guys. Kukira aku salah masuk rumah. Kalian benar lima orang yang kutemui di kafetaria kemarin, bukan?” Canda Rory, lalu tertawa renyah. The boys hanya tertawa, tawa yang aku asumsikan sebagai interpretasi lain dari kalimat, “Ya, tentu saja bodoh! Hanya karena tato dan tindikan bukan berarti kami orang yang berbeda seperti kemarin.”. Rory melirikku sesaat, yang kutanggapi dengan cengiran lebar.

“Zia memang yang paling bersemangat jika latihan.” ujar Cory melirikku dengan senyuman khasnya.

“Kau mau minum? Boleh ambil sendiri mana yang kau suka.” Tawar Michie. Ia mengarahkan jempolnya ke belakang bahu, menunjuk ke lemari pendingin silver dua pintu yang berisi penuh minuman kaleng dan botol (Michie bahkan punya bir dan vodka rasa buah di dalam sana), terletak beberapa meter dari sofa di ujung belakang ruangan. “Buat dirimu nyaman.” Tambahnya.

“Terima kasih.” Ujar Rory yang dibalas Michie dengan senyuman manis. Bisa kulihat pipi Rory memerah. Tapi beruntungnya the boys tidak ada satupun yang melihat, karena mereka mulai beranjak kesisiku, untuk mengatur alat musik kesayangannya masing-masing. Aku mengedipkan sebelah mata pada Rory, dan ia menggigit bibir bawahnya berusaha menyembunyikan senyuman malu.

“Tadinya kukira kalian adalah uhm—semacam boy band atau band pop biasa, bukan band rock seperti ini.” Ujar Rory begitu polos, membuat the boys dan aku sontak tertawa, ketidakpercayaan masih terlihat sangat jelas di wajahnya.

Aku mengerti, memang ada banyak orang yang tidak akan menyangka jika kelima sahabatku ini adalah anak punk, karena wajah mereka yang kuakui memang tampan dan manis, nyaris seperti anak baik-baik yang rajin membuat pekerjaan rumah dan tidak pernah datang terlambat. Dan juga karena saat di sekolah, mereka berpakaian cukup rapi dengan kaos, kemeja, hoodie, sweater, ataupun jaket yang kesemuanya berlengan panjang, menutupi tato di sekujur tubuh mereka dengan sempurna. Tidak sepertiku yang cuek-cuek saja berpakaian yang menampilkan jati diriku saat ke sekolah, hanya perlu melepas aksesoris piercing dan menutupi tato yang kupunya di bagian yang terlihat dengan plester penutup luka.

Ya, sama seperti the boys yang memiliki banyak tato, aku juga memiliki beberapa ditubuhku. Tato yang paling pertama kubuat adalah tulisan ‘feisty’ dengan huruf sambung yang indah yang terletak di tengkuk. Menurut cerita mendiang ayahku, mendiang ibuku berkeinginan untuk memberiku nama tengah yang mengartikan ‘keberanian’. Dan ayahku mengusulkan beberapa nama dari bahasa lain dengan arti yang sama, tetapi ibuku malah menjatuhkan pilihannya pada bahasa Inggris yang kini menjadi nama tengahku. Bagi sebagian orang mungkin nama itu terdengar konyol, tapi aku sangat mencintai nama pemberian ibuku ini. Nama depanku sendiri adalah campuran antara nama tengah ibuku, ‘Lauren’ dan nama yang telah disiapkan beliau untukku sejak aku berada dalam kandungan, ‘Gia’. Gia sendiri merupakan bahasa Italia yang berarti ‘Anugerah Tuhan Yang Terindah’. Itu berarti, seharusnya namaku adalah Gia Feisty McFoy. Tetapi karena ayah merasa sangat kehilangan dengan kepergian istri tercintanya, yang meninggal saat melahirkanku, beliau berinisiatif untuk menambahkan nama tengah Mom di depan nama asliku. Agar mudah diucapkan, maka ia memberi sedikit perubahan dan jadilah namaku seperti sekarang. Oke, topiknya menjadi sedikit melenceng. Sepertinya aku melantur.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now