Chapter 27 | A Dream Comes True

90 3 1
                                    


"I wish it'll last for a freaking long time."

Hari sabtu yang membosankan.

Tidak pergi keluar rumah, tidak melakukan apapun, tidak hang out dengan siapapun ... ya, karena latihan untuk manggung nanti malam sudah di lakukan kemarin, jadi hari ini Zillion tidak ada kegiatan apapun. Sepertinya the boys juga tidak bisa kesini. Biasanya jika mereka akan hang out di rumahku, sekitar jam segini mereka pasti sudah berkumpul. Tapi sampai sekarang, jam 11 lewat, tidak ada tanda-tanda dari kedatangan mereka. Dan Rory baru membalas pesan singkatku kalau dia akan menemani mamanya berbelanja. Great.

Kalau kebosanan bisa membunuh, mungkin sekarang aku sudah mati.

Setelah merasa sudah terlalu lama berbaring di tempat tidur sembari memainkan ponsel, aku memutuskan untuk mandi.

Aku keluar dari kamar dengan celana hitam super pendek dan kaos putih Toby yang sudah tidak pernah ia pakai lagi. Saking besarnya kaos itu, sampai-sampai bagian bawahnya menutupi bagian atas pahaku, menutupi celanaku sepenuhnya—hingga aku terlihat seperti tidak memakai celana. Kebiasaan jika sedang di rumah sendirian, aku memakai apa saja yang aku mau. Dan yang seperti ini memang yang bagiku terasa paling nyaman di pakai.

Sambil mengunyah tortilla chips aku menonton televisi, atau lebih tepatnya menggonta-ganti channelnya tanpa menonton apapun. Sial, sama sekali tidak ada tayangan yang menarik. Membaringkan tubuh di sofa, aku membalas pesan singkat yang Luke kirimkan sepuluh menit yang lalu.

My Baby Luke :

Hi, baby sedang apa? Apa kau sibuk hari ini? :)

Me :

Nanti malam Zillion manggung di Walter Eliza Park.

Tapi untuk sekarang aku sedang sendirian di rumah dan tidak melakukan apapun.

Bosaaan :(

Menunggu balasan yang sangat lama, aku menguap lebar dan mataku pun mulai terasa berat. Mungkin tidur siang sebentar bukanlah ide yang buruk.

***

Alisku mengernyit, karena merasakan seseorang sedang membelai rambut dan mencium keningku. Samar-samar terdengar suara seseorang sedang bernyanyi.

"But hey, now, you know girl we both know it's a cruel world. But I will take my chance yeah ..."

Suaranya, suaranya... aku mengenal suara itu. Holyshit. Apakah ini mimpi atau bukan? Aku berusaha untuk membuka mata, tapi jika ini mimpi aku masih ingin terlelap. Baiklah, aku hanya akan mengikuti sumber suara itu.

Awalnya, wajah Luke memang buyar, tapi lama kelamaan ia mulai terlihat sangat jelas.

Luke...

Tunggu, Luke?

"As long as you love me, I'll be your platinum, I'll be your silver, and I'll be your gold... As long as you lo—ouch!"

"Luke!!" Aku terperanjat, duduk secara mendadak dari posisiku yang berbaring. Aw, keningku sakit.

Saat aku menoleh pada Luke di sebelah kiri, ia juga sedang memegangi keningnya. Sambil meringis, ia berdiri dari posisinya berlutut di samping sofa. Sesekali sudut bibirnya terangkat sambil menatapku. Ia tertawa kecil, tanpa sadar aku pun jadi ikut-ikutan tertawa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now