Chapter 26 | Singing Zach

85 6 0
                                    

"You're being creepy. I'm your best friend's girlfriend, what do you want from me?"

"Rory, kemari sebentar, aku ingin bicara denganmu." Aku menggamit lengan Rory, agak menjauh dari Ave.

Oke, aku memutuskan untuk memanggil Avery, gadis yang berhasil menarik perhatian Cory ini, Ave. Supaya tidak salah panggil antara dia, Cory dan Rory. Aku tidak peduli jika satu sekolah memanggil gadis ini Ruth, aku lebih suka memanggilnya Ave.

Lagipula, Ruth lebih terdengar seperti cemoohan belaka, apalagi setelah aku tahu mengapa ia di panggil begitu. "I think because she's pretty ruthless" Rory bilang. Aku tidak mengerti kenapa ia dianggap "kejam", tapi memanggilnya dengan julukan seperti itu secara tidak langsung mengecap kepribadian Avery. Dan aku tidak menyukainya.

Rory mengacungkan satu jarinya pada gadis berambut hitam itu, mengisyaratkan jika ia akan segera kembali, dan Ave mengangguk tanda mengerti.

"Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang hari ini. Aku akan bertemu Luke dulu, dan sepertinya akan lama."

Rory menampakkan wajah kecewa, tapi berusaha ia tutupi. "Tidak apa, aku akan cari cara untuk pulang dengan bus."

"Aku punya ide yang lebih bagus." Mata sebelah kananku reflek berkedip, menggoda Rory.

"Perasaanku tidak enak soal ini." Ia mendesah.

"Tidak Rory, ini ide yang brilian! Aku akan meminta Michie untuk mengantarkanmu. Bagaimana kedengarannya?" sekarang kedua alisku yang naik turun, senyumanku nampaknya tidak bisa lebih lebar lagi.

"Zia!" Rory menampakkan wajah horor. Mata birunya melotot dan mulutnya terbuka lebar.

"Apa? Ayolah, kau harus percaya padaku Aurora Snowfall."

"Kau gila. Tidak, lebih baik aku pulang naik bus atau mencari tumpangan lain." Ia menggelengkan kepala, poni dan rambutnya yang di kuncir kuda bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri.

"Pertama, kau benci naik bus. Kedua, tidak banyak siswa disini yang membawa kendaraan! Mereka semua terbiasa berjalan atau naik bus. Ayolah. Pasti menyenangkan."

"Zia, Michie membawa mobil."

"Uh... Ya, lalu?"

"Kalau dia mengantarku dengan motor, tidak masalah karena kita tidak harus mengobrol sepanjang waktu. Tapi bisa kau bayangkan betapa canggungnya aku dan dia, berdua di mobil selama dua mil perjalanan! Dia bisa mati bosan!" Rory melambaikan kedua tangannya ke udara.

"Atau... kau bisa menjadi dirimu sendiri, dirimu yang cerewet seperti ini," Aku mencubit pipi Rory, ia meringis lalu menepis tanganku. "Dan Michie hanya akan menjadi dirinya sendiri yang seringkali melempar candaan di sana sini, dan bam! Kalian langsung jadian!"

"Zia, kau sadar betapa konyolnya perkataanmu itu?" Rory menampakkan ekspresi kau-gila-dan-perkataanmu-benar-benar-melantur tapi di pipinya terlihat semburat merah yang tidak mungkin bisa ia kontrol.

"Oh, mungkin masih butuh waktu untuk jadian tapi, mungkin dengan cara ini kalian akan cepat akrab."

"Tapi Zia!"

"Tidak usah banyak membantah, kau akan baik-baik saja, oke?" aku menepuk pipi kiri Rory, menyeringai sebelum melangkah pergi.

"Zia!"

"Aku sudah mengabarinya dan ia sudah bilang ya, kau tinggal tunggu saja, bye!"

Rory tidak bisa membuka mulutnya lebih lebar lagi. Lalat pasti akan masuk kesana sebelum ia sempat menutupnya kembali.

Perfect FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang