Chapter 11 | Meet Rory

256 11 1
                                    

“Now I just wanna go back to reality. And real me.”

Jum’at.

Aku merasa senang minggu ini segera berakhir. Aku merasa bahwa minggu ini adalah minggu yang sangat panjang. Dimulai dengan hari senin, dimana aku bertemu Cece. Selasa, well, hanya hari biasa bersama the boys, latihan band dan berkumpul dirumahku sepulangnya. Rabu mengobrol bersama Calvin tentang pertengkaran Luke dan Ashton. Kamis, menjadi saksi sebuah kejadian yang tidak menyenangkan. Dan kuharap hari ini akan berjalan dengan baik.

Seandainya waktu bisa diputar kembali—dimana aku akan berhenti di hari rabu—aku lebih memilih untuk tidak menerima tawaran makan siang Calvin, agar tidak mengetahui perihal pertengkaran itu, terutama detailnya. Cara Calvin mengatakan betapa Luke tergila-gila dengan gadis itu, membuatku sakit. God, Satu gadis saja sudah menguras pikiranku. Dan sekarang bertambah menjadi dua. Cece, dan sekarang, Stacy. Cece si gadis jalang itu, sebenarnya aku tidak begitu peduli dengannya, mungkin hanya penasaran saja apakah ia masih mengharapkan Luke atau tidak. Tapi gadis ini, gadis bertubuh mungil, dengan rambut pirang dan mata hijau ini, sangat sulit bagiku untuk tidak mempedulikannya. Gadis yang dulunya kakak kelas Calvin saat di Middle School ini adalah juara umum dan siswi teladan di sekolah mereka, itu satu. Dan dua, ia adalah cinta pertama Luke. Aku bahkan tidak menyangka bahwa pria setampan Luke baru pertama kalinya berpacaran di High School. Tapi memang begitulah faktanya. Anastasia Allen si wajah Barbie itu adalah cinta pertama si wajah Ken, Lucas Matthew Bentley. Ini menyakitkan. Lebih menyakitkan dibanding saat mengetahui Luke pernah menyatakan cintanya pada gadis menyebalkan seperti Cece. Aku baru tahu jika perasaan cemburu itu memiliki efek sedemikian menyakitkan. Ini sangat berlebihan, aku tahu. Tapi siapa yang menyangka jika gadis sepertiku bisa jatuh cinta dengan mudah kepada pria seperti Luke. Pria yang memiliki gadis-gadis yang cantik di masa lalunya, yang belum diketahui dengan pasti masihkah ia memiliki perasaan kepada mereka.

Tadinya memang belum aku ketahui, hingga kejadian kemarin merubah semuanya. Tidak sengaja aku melihat Cece mengobrol dengan Luke dari kejauhan. Dari cara Luke menyapa gadis itu dengan sebuah pelukan hangat, cara Luke menatap wajah Cece dengan penuh kekaguman, cara mereka tertawa berdua, cara mereka saling mencium pipi saat akan berpisah, bisa kukatakan bahwa mereka masih memiliki perasaan yang tersimpan. Seandainya Will atau Cory melihat ini, aku yakin mereka juga kan berpikiran sama denganku, jika Luke dan Cece menyimpan rasa lebih dari sekedar teman. Meskipun mereka mengaku teman, sorot mata mereka sama sekali mengatakan hal lain. Hal yang tidak bisa kugambarkan dengan jelas, karena hanya bisa membuat hatiku lebih sakit. Tapi satu hal yang bisa kuambil dari sini, Luke masih menginginkan Cece. Dan dari percakapanku dengan Calvin, aku juga bisa tahu jika ada kemungkinan Luke masih menginginkan Stacy. Itu membuat semuanya begitu jelas, jika Luke masih menginginkan mereka—atau salah satu dari mereka, karena tidak mungkin dua gadis sekaligus dalam satu hubungan—untuk kembali padanya lagi. Aku tidak berkata jika aku tahu segalanya, tetapi aku tidak bisa mengontrol diri untuk berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Dan tentang pertengkaran antara Luke dan Ashton, saat Calvin menceritakannya aku tidak begitu menyimak, karena pikiranku terlalu fokus pada Stacy. Namun beruntungnya masih ada yang bisa kutangkap, hingga aku mengerti jalan ceritanya. Saat itu, Luke, Ashton dan Stacy adalah sahabat yang sangat akrab. Awalnya, mereka berdua, Ashton dan Luke, tidak ada yang menyadari perasaannya masing-masing pada Stacy. Hingga suatu hari, Luke meminta pendapat pada Ashton tentang rencananya untuk menyatakan cinta pada Stacy. Mengira jika Luke tahu bahwa ia menyukai Stacy, Ashton menjadi marah. Ia menyangka jika niat Luke menceritakan itu semua adalah untuk memanas-manasinya. Luke yang tidak tahu-menahu soal perasaan sahabatnya itu, tidak terima dengan sikap Ashton yang memojokannya. Padahal saat itu Luke memang benar-benar tidak tahu apapun. Mereka beradu mulut cukup sengit. (Saat itu mereka bertengkar di rumah Luke, Don adalah saksinya. Otomatis Calvin tahu dengan detail tentang hal itu.) Dari adu mulut itulah Luke tahu jika sebenarnya Stacy menyukainya. Gadis itu bercerita kepada Ashton dan meminta bantuannya agar ia bisa menjadi kekasih Luke. Tapi Ashton malah menyembunyikan itu semua, dan malah berusaha menjalin kedekatan dengan Stacy dibelakang punggung Luke. Stacy yang memang tidak memiliki perasaan apa-apa merasa risih, ia ingin menjauh dari Ashton tapi tidak ingin merusak persahabatannya dengan si pria pirang. Perlu waktu lama bagi Stacy untuk meyakinkan Ashton jika perasaannya pada Luke tidak bisa digantikan. Dengan besar hati, Luke bersedia menunggu Ashton hingga benar-benar bisa merelakan Stacy untuknya. Barulah saat itu Stacy dan Luke bisa resmi menjadi kekasih. Dan dengan berat hati Ashton harus merelakan gadis yang ia cintai untuk sahabatnya sendiri, dan harus menerima kenyataan bahwa selamanya Stacy hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Perfect FamilyWhere stories live. Discover now