"Oh ya, ada suatu hal yang ingin Saya katakan pada Anda" Jessper meberikan sebuah amplop putih kepada Vino.

"Apa ini?"

"Saya berniat untuk menjadikan Panglima Ravien sebagai guru di sekolah sihir."

"Apa kau yakin?" Jessper mengangguk.

"Aku akan membicarakan hal ini nanti dengannya. Terimakasih atas tawaranmu" Ucap Vino.

"Saya Rasa, anak-anak di sekolah sihir tentu banyak yang menginginkan Panglima Ravien sebagai guru mereka. Setelah apa yang telah ia lakukan dan berikan untuk kerajaan. Saya seperti melihat Anda dimasa lalu." Vino tertawa mendengar ucapan Pria dihadapannya itu.

"Kau benar. Dan mungkin, namanya jauh lebih terkenal dibandingkan aku dan Okta dulu." Vino bisa melihat hal itu. Tapi, sepertinya. Kedua anaknya itu tidak terlalu menyukai menjadi sorotan orang-orang terutama Ravien.

"Anda pasti sangat bangga karena memiliki anak yang sangat berbakat seperti Panglima Ravien." Vino tersenyum.

"Terlepas dari semua yang telah dia lakukan. Aku akan tetap bangga padanya."

"Anda benar."

"Baiklah, mari kita hentikan membahas anak-anak. Bagaimana kalau kita membicarakan tentang dirimu?" Jessper mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Oh, ayolah. Jangan pikir aku tidak tau tentang perasaanmu pada Ratu Naomi. Aku mengetahui itu sejak lama, dan itu begitu terlihat." Jessper tampak terkejut mendengar ucapan Vino.

"Bukan hanya aku. Tapi, Okta juga mengetahui hal ini. Tenang saja, ini akan menjadi rahasia kita. Rahasia seorang lelaki. Jadi, kapan kau akan melakukan pergerakan?" Tanya Vino lagi. Sudah lama ia memendam hal ini, hingga ia tidak tahan dan menanyakannya langsung. Karena selama belasan tahun ia memperhatikan, Jessper sama sekali tidak melakukan pergerakan apapun.

"A-anda salah. Saya tidak memiliki perasaan apapun pada Ratu Naomi. Saya hanya..."

"Caramu menatapnya itu, sama seperti tatapku pada Shani. Atau seperti tatapan Okta pada Gracia. Kau tidak bisa berbohong. setidaknya, jika ingin berbohong padaku. Hilangkan dulu cinta dimata mu itu"

Jessper diam. Dalam hati ia bertanya. Apakah itu begitu terlihat?

"Jadi, sejak kapan perasaanmu itu benar-benar ada?" Tanya Vino. Entah mengapa, ia begitu penasaran dengan apa yang telah dirasakan oleh Jessper.

"Saya hanya mengagumi Ratu Naomi, tidak lebih"

"Kau mau berkata jujur atau aku akan meminta Ratu Naomi sendiri yang bertanya padamu dan memaksamu untuk jujur?" 

Sungguh, demi apapun. Jessper sangat kesal jika Panglima yang satu ini sudah menampakkan wajah tengilnya. Jika sudah seperti itu, ia akan terus bertanya sampai menemukan jawaban yang ia inginkan.

"Ah, atau aku harus membaca isi pikiranmu dulu?" Vino perlahan mengangkat tangannya bersiap untuk menyentuh puncak kepala Jessper.

"Hentikan!! Baiklah, Anda menang. Saya memang menyukai Ratu Naomi, sudah sejak lama. Bahkan jauh sebelum Saya menjadi pasukan khusus Raja"

Tidak ada cara lain selain jujur. Mengelak pun percuma. Orang yang ada dihadapannya ini sangatlah keras kepala. Ia tidak akan berhenti, sampai ia berhasil.

"Lalu, kenapa kau diam saja selama ini? Kenapa kau tidak melakukan apapun?" Tanya Vino.

"Melakukan apa? Saya bukan seperti Anda, Panglima. Saya tidak memiliki satu hal pun yang bisa membuat Saya pantas untuk memperjuangkn perasaan Saya" Jessper tertunduk lemas mengingat dirinya hanyalah orang biasa, jika harus bersanding dengan Ratu Naomi yang nyaris tidak memiliki celah itu. Rasanya ia sangat kecil sekali.

Two Moon [END]Where stories live. Discover now