CH. 7 - Love Radio (2)

1.3K 160 9
                                    

“The happiest I’ve ever felt was that moment when I found out that you loved me too.”

------

Gak ada satupun kata yang keluar dari mulut Doyoung sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Ia hanya tersenyum dan membungkuk pada orang-orang yang menyapanya. Doyoung bukan diam, melainkan berpikir. Ia merasa hari ini sangat buruk. Perasaannya kacau, pikirannya kalut, dan mendengar kata-kata positif adalah hal terakhir yang dia inginkan. Doyoung ingin mengumpat dan marah, namun ia terlalu lelah untuk melakukannya.

Kalau diingat, awal mula Doyoung bersikap baik adalah karena keluarganya mendidik Doyoung dengan baik dan menanamkan pola pikir bahwa menjadi orang baik itu menyenangkan. Ketika ia masih kecil, ia selalu dipuji bila melakukan hal baik atau melakukan sesuatu dengan baik. Seiring berjalannya waktu, Doyoung belajar bahwa di dunia ini gak semua orang baik, karena yang jahat pun gak sedikit. Doyoung cuma manusia biasa, jadi dia juga pernah melakukan hal buruk seperti berbohong, menolak atau mengabaikan, bahkan sampai sekarang, meskipun jarang. Terkadang Doyoung ingin menjadi egois, namun ucapan ibunya selalu terngiang, "di dunia ini, orang baik hanya ada sedikit. Kalau kamu gak menemukannya, maka jadilah salah satunya." Ucapan itulah yang membuat Doyoung tetap berusaha menjadi orang baik yang sebaik mungkin dia bisa. Meskipun banyak yang tidak menghargainya, bahkan menyebutnya sok baik.

Saat Doyoung mulai dewasa, dia percaya bahwa dia akan menemukan kebahagiaan dengan melakukan kebaikan. Dan akhirnya ia menemukannya, ialah Jung Taehee. Gadis itu tidak pernah menganggap Doyoung bodoh, naif atau sok baik. Bersama Taehee, Doyoung menemukan kenyamanan menjadi dirinya sendiri yang seperti itu. Ia sudah tidak peduli apabila orang berpikir bahwa kebaikannya menjadikan Doyoung tampak seperti orang bodoh. Yang penting baginya, keluarganya dan Taehee tidak menganggapnya demikian.

Memikirkan tentang Taehee, membuat perasaannya semakin gundah. Jujur saja, Doyoung takut Taehee memutuskan untuk meninggalkannya karena sudah tidak sanggup dengan sifat Doyoung. Dia gak mau kehilangan Taehee. Selama dua tahun mereka berpacaran, mereka belum pernah putus sama sekali. Setiap masalah selalu dapat diselesaikan dengan baik tanpa embel-embel ancaman putus. Doyoung berharap kali ini juga begitu. Ia akan memberi Taehee waktu hari ini untuk berpikir, dan besok ia akan menemui cewek itu untuk bicara.

Keesokan harinya, perasaan Doyoung belum membaik. Dia melewatkan sarapannya karena telat bangun, jadi dia mutusin buat langsung pergi kerja. Semalam, Doyoung gak bisa tidur sampai menjelang pagi. Galau, cowok itu benar-benar galau karena sibuk menyiapkan alasan untuk membuat Taehee tetap bertahan bersamanya. Dia akan melakukan apapun asal gadis itu mau bertahan dengannya. Apalagi sejak kejadian di gym itu, dia sama Taehee gak ngobrol lagi sama sekali. Dia mau chat Taehee duluan, tapi gak berani. Makanya, hari ini Doyoung berharap supaya dia bisa cepet pulang dan nemuin Taehee.

Pukul 6 sore, Doyoung akhirnya selesai bekerja. Jam pulangnya ngaret dua jam, tapi gak masalah. Asal jangan lembur. Sebelum ngerapiin mejanya, Doyoung sibuk lihatin HPnya sambil ngetik chat buat Taehee.

"Dek, kita harus bicara." Hapus.
Doyoung mengetik lagi.
"Dek, lg apa? Aku mau ketemu, km dimana?" Hapus lagi.
Doyoung mengetik lagi.
"Sayang, maafin aku."
...

Doyoung memandang layar ponselnya, dan langsung menghapus lagi draft itu. Ia geli sendiri membaca typingnya yang terakhir itu. Sangat bukan dirinya, Taehee mungkin akan langsung ilfeel.

"Dek, maaf."

"Belum pulang, brother?" Tanya Jaehyun tiba-tiba, mengejutkan Doyoung sampai ia tidak sengaja mengirimkan tulisan terakhirnya.

"Yah, kekirim. Ah!" Gerutu Doyoung.

"Apanya?" Tanya Jaehyung.

"Eh, bukan apa-apa." Balas Doyoung kikuk. "Iya nih, belum pulang juga, Jae?"

Good Guy or Stupid Guy? | END ✔Where stories live. Discover now