—————————

"Dit," panggilan seseorang membuat langkah Dito seketika terhenti. Karena penasaran, Dito akhirnya menoleh. Disana ada Riri. Gadis itu tengah berlari kearahnya.

Dengan langkah terengah-engah, Riri berjalan menghampiri Dito.

"Lo udah tau soal--"

"Soal Aura hilang?" potong Dito cepat. Dia sudah tau kemana arah obrolan mereka saat ini.

"I-iya," jawab Riri gugup.

"Kenapa?" tanya Dito.

"Kenapa apanya? Lo nggak khawatir?" tanya Riri bingung dengan jawaban Dito yang sama sekali tidak menunjukkan kalau dia sedang khawatir.

"Khawatirlah. Aneh," tegas Dito.

"Terus apa tindakan lo setelah ini?" Riri masih setia bertanya.

"Pastinya gue akan cari Aura sampai ketemu," jawab Dito cepat.

"Kalau nggak ketemu?"

"Harus ketemu,"

"Emang lo tau Aura dimana?" tanya Riri lagi.

"Kalau gue tau, gue nggak bakal cari. Langsung aja gue bawa pulang. Lo itu ya, kalau nanya suka aneh," kesal Dito.

"Baperan banget sih. Gue kan cuma tanya," balas Riri.

"Gue ke kelas," kata Dito kemudian berlalu.

"Lah gue nggak diajak?" tanya Riri cemberut. Dito tidak merespon pertanyaan Riri barusan. Dia memilih untuk terus berjalan dan mengabaikannya. Riri yang merasa diabaikan hanya bisa mengumpat dalam hati. Dasar Dito menyebalkan!

————————

"Lo yakin mau pulang?" tanya Rommi sekali lagi. Jawaban Dito tetap sama. Dia akan pulang dengan alasan sakit. Dia harus mencari Aura, tidak peduli jika harus meninggalkan jam pelajaran, seperti saat ini.

Percuma juga Dito berada disini. Dia tidak akan berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Raganya berada dikelas, sementara pikirannya seutuhnya untuk Aura. Daripada berlama-lama disini hanya ---akan membuat hati nya semakin khawatir--- lebih baik dia pulang kemudian mencari Aura.

"Iya. Gue mau pulang," jawab Dito tegas.

"Berarti lo izin jam nya Bu Riska?" tanya Lissa.

"Ya,"

"Gimana kalau Bu Riska marah? Lo kan tau sen---"

"Gue nggak peduli. Kalau emang dia mau marahin gue, silahkan. Gue nggak peduli. Saat ini, yang terpenting menurut gue itu Aura. Dia hilang entah kemana dan gue sebagai pacarnya nggak akan diam gitu aja. Gue khawatir sama keadaannya," kata Dito membuat mereka seketika diam seribu bahasa.

"Tap--"

"Gue pulang," kata Dito kemudian berlalu tanpa berminat mendengarkan ucapan Safa yang belum terselesaikan.

"Ih, kok Dito gitu sih? Gimana kalau Bu--"

"Bisa diam nggak?" potong Riri cepat. Dia sudah berusaha menahan diri untuk tidak bicara. Tapi sepertinya itu tidak bisa.

"Lo kenapa, Ri?" tanya Safa bingung.

"Lo yang kenapa! Dito mau pergi itu biarin aja! Percuma lo cegah. Dia nggak bakal dengerin," ketus Riri. Safa, Lissa, dan Rommi menatap Bingung kearahnya. Wanita dihadapannya ini kenapa? Kenapa dia tiba-tiba marah tidak jelas seperti ini?

"Ri lo ke--"

"Gue belum selesai ngomong!" tegas Riri, membuat Safa dan yang lainnya lagi-lagi terkejut.

REALLY?On viuen les histories. Descobreix ara