--- Real and Weird ---

1.4K 237 11
                                    

"My Biggest mistake wasn't falling for you, it was thinking that you had fallen for me too. "
-
-
-
-


Rasa bahagia maupun kebahagiaan tidak selamanya akan berjalan, kegembiraan rasa suka cita hanya akan terjadi sesaat, bahkan jika kau meminta, Tuhan tau mana yang akan ia berikan padamu, kehancuran itu berada dalam sebuah titik, titik hitam yang bisa langsung membuat segalanya lenyap.

Ikhlas?

Tentu harus bisa kau lakukan, relakan jika memang ia harus pergi, Park Jiyeon terus meyakinkan dirinya, terus bicara dan terus berusaha mengikhlaskan, duduk di kasurnya yang terlihat nyaman menatap kosong pemandangan didepannya.

Cepat atau lambat semuanya akan terjadi, semua ketakutan yang selama ini ada dihatinya benar-benar akan terjadi, dan hanya ini satu-satunya cara membuktikan ucapakn itu bukan sebuah ilusi semu yang sengaja diciptakan.

"Maaf... Tapi aku harus melakukannya. "

Suara berat seseorang terdengar ditelinganya membuat wanita itu menoleh sekilas, Jiyeon hanya tersenyum kecil saat melihat Jihoon yang menunduk disamping nya.

"Tidak apa, kau melakukan hal yang benar. " ujar Jiyeon pelan sambil menggenggam tangan Jihoon, membuat Jihoon menghembuskan nafasnya pelan lalu menatap mata sayu itu sekali lagi.

Disana terlihat suram, mata itu tidak berbinar lagi seperti dulu, Jihoon semakin merasa bersalah namun hanya ini yang dapat ia lakukan, ia tak mau perasaan Jiyeon makin besar dan tidak bisa melepaskan pria Hwang itu.

"Lagi pula cepat atau lambat aku atau dia akan saling meninggalkan. " ujar Jiyeon pelan sambil membuang pandangannya kearah luar jendela kamar yang terlihat gelap karena sudah hampir larut.

Namun genggaman nya pada tangan Jihoon semakin menguat membuat Jihoon kembali merasa khawatir.

"Meninggalkan? " tanya Jihoon pelan, ia menatap Jiyeon tak mengerti, dan Jiyeon hanya diam seribu bahasa membuat kebingungan itu semakin menjadi-jadi.

"Bukankah jika Hyunjin tak mencintai ku, kau akan membawa ku pergi? " tanya Jiyeon masih dengan senyum kecil penuh arti di bibir merah muda nya itu.

Hanya hening yang mereka rasakan saat itu, tidak ada yang membuka suara sama sekali  hanya merasakan sesekali sentuhan angin di wajah melalui celah jendela yang sedikit terbuka.

Hanya saling ntah berdamai atau menolak perasaan serta membohongi diri sendiri, kebingungan dan ketakutan menjadi satu, namun Jiyeon ingin menyelesaikan semuanya, memberikan segala kejelasan.

"Ah... Jihoon-ah, antarkan aku ke suatu tempat. " ujar Jiyeon sambil menatap Jihoon, Jihoon hanya menganggukan kepalanya mengerti lalu mengikuti arahan kemana Jiyeon ingin pergi.

Sesekali terdengar hembusan nafas berat daru wanita itu dan sesekali kepala itu menunduk, bukankah ia terlihat sangat gugup? Ntahlah mungkin seperti itu.

Jihoon hanya sesekali melirik kearah Jiyeon, ya ia sengaja membawa Jiyeon pulang bersamanya bukan bersama Hyunjin, ntahlah ia hanya merasa perlu melakukan itu.

Hingga hampir 15 menit mereka sampai disebuah tempat asing bagi Jihoon, namun tidak bagi Jiyeon, karena Jiyeon sangat mengetahui tempat itu, mungkin tempat yang sangat istimewa baginya.

Kaki Jiyeon mulai keluar dari mobil itu dan melangkah perlahan menuju Puncak, ya itu tempat kenangan awalnya terukir.

Senyum itu serta segala keindahannya semakin kuat saat tapak kakinya makin melangkah, namun dalam satu juga semakin sesak, sesak akan ketakutan jika Jiyeon benar-benar harus pergi dari pria yang benar-benar ia cintai.

[After Rain] • Hwang Hyunjin [Stray Kids] √Where stories live. Discover now