ICE PRINCESS ❄️ 55 | Resolved

173K 9.5K 1.1K
                                    

"Batu yang sekeras itupun bisa berlubang karena terus ditetesi air. Maka dari itu aku yakin, sekeras apapun watak seseorang, ia akan luluh jika terus diberi pengertian yang benar."

— RAYA —

.

Tubuh Raya tak bisa berhenti untuk menunjukan reaksi gugupnya. Tangan berkeringat, kaki yang terus ia ketuk-ketukkan di lantai mobil, serta gigi yang tidak ada henti untuk menggigit bibir bawahnya.

"Calm down, Sayang. Everything will be okay." Arjuna meraih tangan kanan Raya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya tetap berpegangan pada setir.

Raya tak menjawab. Namun jari jemarinya membalas genggaman Arjuna karena ia membutuhkan itu.

Tak terasa, roda mobil yang mereka tumpangi telah berhenti berputar di depan sebuah rumah besar dengan pagar hitam itu.

"Itu teh Non Raya?" Ucap satpam yang menyadari kehadiran Raya walau gadis itu masih duduk diam di dalam mobil. Dengan cekatan, ia membuka pagar besar itu lebar-lebar dan membiarkan mobil Arjuna dan mobil Elfan yang berada di belakangnya masuk ke pelataran.

Raya membuka seatbeltnya lalu segera turun menemui satpam rumahnya. "Pagi Pak."

"Pagi juga atuh, Non. Non sehat-sehat saja kan? Bapak sama bi Edah teh khawatir sama Non Raya."

Raya sontak tersenyum saat mengetahui bahwa masih ada orang-orang yang sayang dengannya secara tulus. "Raya gak papa Pak, makasih ya udah khawatirin Raya. Oh iya Pak, ayah ada di rumah kan? Kata Galang sih ayah ada di rumah."

"Iya Non, bapak memang ada di rumah sejak Non Raya pergi dari rumah. Kata bi Edah teh, bapak lagi sakit, Non."

Raya mengerutkan dahi. Perlahan rasa khawatir mulai menggoyahkan hatinya begitu mendengar bahwa sang ayah tengah jatuh sakit.

Arjuna yang baru saja turun dan mendapati gadisnya tengah terdiam membisu, lantas menepuk bahu gadis itu. "Ray?"

Raya mengerjap lalu menatap Arjuna sejenak sebelum berjalan cepat ke pintu utama. Melihat gelagat aneh dari sang kekasih, Arjuna lantas bertanya pada satpam rumah itu. Dan hatinya ikut tergerak saat mendengar pernyataan yang satpam itu tuturkan.

Elfan dan Renata yang juga baru turun dari mobil menatap sang putra yang berlari mengejar Raya dengan raut bingung. Setelah menyapa hangat satpam itu, mereka pergi menyusul Raya dan Arjuna.

Di satu sisi, Raya yang sudah berada di depan persis pintu itu hanya bisa bergerak gelisah menanti bi Edah membuka pintu. Ketika pintu terbuka, yang Raya lakukan hanya bisa mematung melihat wajah siapa yang menyambutnya.

Ferdi. Ayahnya itu kini terlihat pucat dan lebih kurus dari terakhir ia bertemu dengannya. Dalam benak, Raya bertanya-tanya apa yang membuat sang ayah menjadi seperti ini.

"Raya?"

Raya mengerjap beberapa kali. Jika diingat, ini pertama kalinya Ferdi mengucapkan namanya setelah kejadian naas itu.

"Ray," ucap Arjuna ketika sampai di samping Raya dan mendapati gadis itu mati kutu. Arjuna mengikuti arah pandang Raya dan di detik itu pula, bibirnya ikut mangatup rapat.

Rahang Ferdi mengeras saat melihat siapa saja yang kini berdiri di belakang Raya. "Vernando. Ada apa kalian kemari?"

Elfan mencoba bersikap tenang. Ia tidak boleh ikut emosi sekarang. Walau ia sedikit tidak terima telah dituduhkan yang macam-macam, Elfan harus bisa mengontrol dirinya sendiri.

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now