ICE PRINCESS ❄ 24 | Kalah Telak

229K 13.6K 590
                                    

"Mengenal cinta, berarti kamu juga harus mengenal luka. Karena mereka tercipta dari satu ikatan. Dimana ada kebahagiaan, di situ pula ada kekalahan."

ㅡ ICE PRINCESS ㅡ

.


L

ukisan terindah bagi Raya adalah malam. Di sinilah ia merasa tidak sendiri di tengah kelam. Namun, minim cahayanya membuat rindu yang ia pendam semakin dalam. Kembali menggali luka dalam yang terkubur bagai makam.

Raya menghela napas. Ia merindukan bundanya.

Gadis itu menatap foto yang sudah satu jam ia pegang erat, namun tak membuat kertasnya kusut. Raya mengangkat foto itu setinggi kepala. Lirikan matanya bergantian menatap foto dan gelapnya malam bertabur bintang.

Jika dilihat seksama, Raya dapat melihat kesamaan malam dan bundanya.

Malam itu... indah, sejuk, dan gelap. Sama seperti bundanya. Rupanya cantik, indah, dan penuh kasih sayang. Kata-katanya sejuk menenangkan hati, walau sesekali nasihat tertutur dengan nada keras, Raya paham karena memang ia salah. Dan satu lagi, sifat gelap bundanya. Bukan, bukan gelap dalam artian jahat. Melainkan hitam, kelam, dan padam. Tak terbaca dari segi manapun. Itu yang membuat Raya selalu penasaran akan sosok bundanya. Bahkan alasan sesungguhnya kejadian itu dapat terjadi, sampai saat ini Raya tak mengetahuinya.

Desahan keluar dari bibir mungil Raya. "Apa bunda di sana bahagia?"

"Raya kangen bun," ucap Raya sembari menyeka bulir air mata yang tak sopan keluar tanpa izin.

"Sebenernya, kenapa kejadian itu bisa terjadi, Bun? Raya gak ngerti,"

Kali ini Raya membiarkan air matanya menganak sungai. Dengan tatapan mata tak berpindah pada gelapnya malam, ia terus mencurahkan isi hatinya.

"Ayah gak mau ngasih tau Raya, ayah berubah Bun, ayah yang dulu udah gak pernah Raya liat sekarang. Raya kangen, Bun. Raya kangen kita yang dulu."

Raya semakin terisak. Seakan satu isakan yang keluar menggambarkan dengan jelas tekanan yang selama ini gadis itu terima.

Hingga isakan itu membuat air mata Galang hampir ikut tumpah. Ia hendak mengajak Raya untuk makan malam, tapi saat ia membuka pintu, ia melihat Raya yang tengah bermonolog. Maka dari itu ia mengurungkan niatnya.

Galang, adalah saksi mata perubahan drastis hidup Raya. Adalah seseorang yang memegang bahu Raya saat gadis itu tersungkur di hadapan gundukan tanah bundanya. Adalah pegangan terkuat yang masih setia memapah Raya hingga gadis itu kembali bangkit meski dalam tampilan yang berbeda.

Perlahan Galang menutup pintu kamar Raya. Ia menengadah ke langit-langit rumah sebelum memilih turun dan membiarkan malam ini menjadi malam di mana Raya menumpahkan seluruh kerinduannya terhadap mendiang bundanya.

❄❄❄

"Hari ini gue pulangnya mau ketemu sama Ninda, lo gak papa pulang sendiri? Supir lagi ngikut om ke Bandung."

Raya yang tengah mengunyah roti selai kacangnya hanya mengangguk.

Galang menghela napas. Sebenarnya ia masih kepikiran dengan kondisi Raya semalam. Ia jadi tidak tega membiarkan gadis itu pulang sendiri.

"Serius lo gak papa?" Raya menatap Galang sekilas. "Udah biasa."

Dan jawaban itu semakin membuat Galang tak enak hati. "Gini aja deh, kita bareng-bareng aja jemput Nindanya. Gimana?"

ICE PRINCESS • (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now