Duh, bego! Glacie bego! Otakku di mana sih?

Kupukul kepalaku sendiri sambil menangis. Kututupkan selimut ke kepalaku dan terus menangis. Nggak tahu berapa lama, aku nggak peduli. Aku cuma pengin nangis terus. Yah, menangisi kegoblokanku yang parah banget.

Terdengar bunyi 'tit' pelan. Pintu kamar dibuka. Itu pasti Heath. Kurapatkan selimut lagi. Kayanya aku juga berhenti napas waktu dengar suara sepatunya berjalan masuk ke kamar.

Suara langkah kakinya berhenti. Aku bisa mendengar dia menghela napas berat dan panjang. Mungkin dia berdiri di dekat tempat tidur. Biasanya kalau lagi kesal, dia melipat tangan di dada. Mata birunya jadi terlihat gelap dan sangar. Kalau sudah begini, aku takut sama dia. Takut banget.

"Little bee," panggilnya dengan suara datar.

Aku nggak perlu cerita apapun. Heath pasti sudah tahu semua seperti biasa.

"Glacier."

Kenapa dia memanggil nama? Kenapa bukan 'Little Bee' lagi? Dia marah banget? Dia mau putusin aku?

Kurapatkan selimut lebih erat lagi.

Aku nggak mau putusan. Aku nggak mau dengar dia putusin aku lagi. Aku nggak mau pisah sama dia lagi. Aku nggak mau sendirian lagi. Aku sayang dia. Aku sayang banget.

Aku merasa dia naik ke tempat tidur. Aku merasa ada yang menarik selimutku. Terus, nggak tahu kenapa aku mulai menjerit. Mulutku menjerit terus. Aku nggak mau dengar dia bilang kami harus putus. Aku nggak mau dengar dia bilang nggak suka aku lagi. Aku nggak mau lihat dia marah.

Tangannya yang dingin menyentuhku. Dia menggenggam tanganku. Jeritanku makin nyaring.

"NGGAK MAU! GUE NGGAK MAU KITA PUTUSAN. GUE NGGAK MAU PISAH SAMA LO. GUE NGGAK MAU. GUE MAU SAMA LO, HEATH. GUE MAU SAMA LO!"

Dia menarikku keras sekali. Kukira dia mau mengangkat terus membantingku ke lantai seperti smack down. Tapi, dia menarikku ke pelukannya sambil bilang, "Hush... hush... Bee, hush... aku di sini. Hush..."

Dia memelukku erat sekali. Lalu, saat sadar wajahku menempel di dadanya, aku memeluknya juga. Aku menangis lagi.

"Maafin gue, Heath. Maafin gue," bisikku lirih.

Lalu, pelukan Heath tambah erat. Dia nggak ngomong apa-apa. Dia cuma memelukku. Kupikir, dia menunggu sampai aku puas menangis. Kaya waktu itu. Dia sabar banget nunggu aku sampai bangun dari tidur. Dia nggak bergerak sekalipun kuompoli. Heath-ku memang kaya gitu.

Dia memberiku air putih dalam gelas kaca bening yang langsung kuminum sampai habis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia memberiku air putih dalam gelas kaca bening yang langsung kuminum sampai habis. Tenggorokanku kering banget sampai kukira luka. Rambutku menempel di dahi dan leher karena keringat dan aku masih sesenggukan.

Setelah mengembalikan gelas ke meja, Heath menyisir rambutku ke belakang. "Kamu butuh mandi, Bee. Baumu parah," ucapnya sambil tersenyum.

"Heath .... Gue minta maaf."

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Where stories live. Discover now