Kini mereka berdua berdebat memperebutkan sebuah ranjang empuk.

"Harus mau!" kekeh Putri lalu kemudian melanjutkan pukulannya dengan bantal ketubuh Putra.

Putra merasa gereget dirinya pun lalu mengambil sebuah bantal dan ikut memukuli Putri dengan bantalnya sebagai balasan.

Alhasil kini mereka berdua saling pukul-memukul satu sama lain dengan sebuah bantal.

Tidak ada salah satu dari mereka berdua yang ingin mengalah, hingga suara ketukan pintu kamar terdengar dan membuat keduanya menoleh berbarengan

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Tidak ada salah satu dari mereka berdua yang ingin mengalah, hingga suara ketukan pintu kamar terdengar dan membuat keduanya menoleh berbarengan.

"Siapa itu?" tanya Putri

Putra mengangkat kedua bahunya tidak tahu, lalu dirinya segera turun dari atas kasur dan berjalan kearah pintu.
Pintu pun dibuka dan menampakkan sosok Meri dan Anne disana.

"Ada apa?" tanya Putra to the point

"Uhmm maaf tuan, Apa yang kalian lakukan berdua sehingga terdengar sampai kamar kami." tanya Anne

Putri lalu turun dari atas kasur dan berjalan kearah pintu. "Aku dan Putra sedang memperebutkan---mphhh" ucapannya terpotong karena Putra membekap mulutnya.

"Tidak ada yang kami lakukan berdua, sudah sana kalian berdua istirahatlah!" kata Putra

"Baiklah, kalau kalian butuh sesuatu panggil saja kami berdua." ucap Meri

"Ya, sudahlah sana!"

Meri dan Anne mengangguk lalu setelah itu berbalik pergi kembali kekamarnya.

Buru-buru Putra menutup kembali pintu kamarnya dan menguncinya.

"Kenapa kau kunci?" tanya Putri

"Sudahlah, Aku lelah dan ingin tidur." ucap Putra sambil berjalan kearah kasur dan tidur begitu saja.

"Kau tidur dilantai! Tidak boleh disini!"

Putra lalu menggeser tubuhnya kesisi ranjang kemudian tangannya menepuk-nepuk sisi ranjang sebelahnya. "Kau tidur disini,"

Putri melongo. Bagaimana bisa mereka tidur dalam satu ranjang begitu?! Ini membuat tidurnya tidak akan nyenyak.

"Kasur ini lebar, jadi tidak ada yang perlu tidur dilantai supaya adil." ucap Putra lagi

Putri masih diam terbengong. Enteng sekali Putra mengucapkan kata seperti itu.

"Kau mendadak jadi patung ya?" tanya Putra saat tidak mendapat respon dari Putri.

Putri langsung tersadar kemudian menggelengkan kepalanya. "Ti-tidak." jawabnya

"Kemarilah, tidur. Ini sudah larut malam." ujar Putra

Putri mengangguk kaku, lalu kakinya mulai melangkah mendekat kearah kasur dan tidur diatasnya.

"Kau jangan macam-macam!" ancam Putri

"Hmmm," Putra hanya bergumam

Putri merasa kini jantungnya tidak tenang karena terus berdetak cepat. Kamar ini terdapat AC tetapi tetap saja Putri merasa hawanya sangat panas disini, sedikit demi sedikit keringat bercucuran didahinya.

Putri lalu melirik kearah Putra yang tidur disampingnya. Dilihatnya Putra masih belum memejamkan kedua matanya.

Buru-buru Putri langsung mengambil beberapa bantal dan ia letakkan ditengah-tengah sebagai batasan antara dirinya dengan Putra.

"Kau sedang apa?" tanya Putra bingung saat mendapati Putri yang sepertinya sednag menyusun beberapa bantal ditengah-tengah.

"Ini sebagai batasan antara aku dan dirimu. Agar kau tidak bisa macam-macam padaku!"

Putra lalu menghela nafasnya. "Sudah kubilang aku tidak akan macam-macam,"

"Perkataanmu tidak bisa dipegang,"

"Terserah kau saja."

"Jangan memelukku! Jangan memegang ku! Jangan lakukan apapun saat aku tidur nanti! Mengerti?!" Putri memberikan Putra beberapa peringatan

"Sudahlah tidur."

"Kau berjanji dulu padaku!"

"Iya-iya aku berjanji tidak akan menyentuhmu nanti."

"Bagus!"

Setelah dirasanya sudah cukup bantal-bantal yang disusunnya tadi. Putri kembali membaringkan tubuhnya diatas kasur dan memaksakan untuk memejamkan matanya agar cepat terlelap.

----

Sudah pukul 1 malam Putra masih belum bisa memejamkan kedua matanya. Ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya. Entah kenapa dirinya merasa begitu tidak tenang.

Sedaritadi badannya bergerak kesana-kemari mencari posisi yang tepat tetapi sama saja Putra seperti merasa tidak ada posisi yang nyaman dan tepat.

Putra lalu bangkit dari posisinya, kepalanya lalu menoleh kearah Putri yang sepertinya sudah terlelap. Dilihatnya wajah gadis itu begitu tenang jika dalam posisi terlelap seperti itu.

Kedua tangan Putra lalu menyingkirkan beberapa bantal-bantal yang menjadi batasan antara dirinya dengan Putri.
Setelah menyingkirkan bantal-bantal tersebut Putra lalu kembali berbaring diatas kasur.

Saat Putra baru memejamkan matanya sebentar, tiba-tiba saja dirinya merasakan ada sebuah tangan memeluk tubuhnya begitu saja. Putra kembali membuka matanya dan sedikit terbelalak bahwa ternyata Putri lah yang memeluknya.

Kini tangan Putri berada diatas dada bidangnya dengan posisi tidur miringnya yang mengahadap kearah dirinya.

Putra tersenyum miring. "Kau yang membuat perjanjian, tapi kau sendiri yang melanggarnya. Dasar gadis aneh."

Putra hanya diam dan tidak memberontak, dirinya membiarkan Putri yang memeluk tubuhnya begitu saja. Lagipula dirinya merasa ini posisi yang membuat dirinya bisa tertidur lelap.

.
.
.
TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya ya😊

-------------------

Ditunggu nextpartnya😄

Putra, Putri, & Perjodohan [END]Där berättelser lever. Upptäck nu