29

210K 8K 70
                                    

Putri menangis didalam kamarnya, dirinya benar-benar bingung harus membuat keputusan yang bagaimana. Air matanya terus membanjiri pipi mulusnya, Putri duduk disisi ranjang singlenya sambil menangis dalam diam.

Suara ketukan pintu kamarnya membuat Putri buru-buru menghapus airmatanya dengan punggung tangannya. Pintu pun terbuka dan menampakkan ibunya dari ambang pintu berjalan kearahnya.

Loiren ikut duduk disisi ranjang Putri lalu tangannya mengusap-usap puncak kepala anaknya dengan lembut.

"Tidak apa jika kau ingin mengejar cita-cita mu itu. Ayah dan ibu masih sanggup bekerja," ucap Loiren

Putri menoleh kearah ibunya yang duduk tepat disampingnya itu. "Tapi aku tidak ingin melihat kejadian seperti tadi lagi bu,"

"Itu urusan Ibu dan Ayah, tugas mu hanya belajar dan belajar untuk menggapai apa yang kamu inginkan."

Putri mengangguk lemah lalu memeluk tubuh ibunya dengan erat.

Viona lalu tiba-tiba masuk kedalam kamar kakaknya, kemudian berjalan mendekat kearah ibu dan kakaknya itu.

"Kak! Kenapa kau menolaknya?! Apa kau tidak merasa kasihan pada ibu dan ayah?!" kesal Viona

Putri lalu melepas pelukannya dan menoleh kearah adiknya itu.

"Kau harus menerimanya agar kehidupan kita tidak susah seperti ini terus!" lanjut Viona

"Sudah-sudah, Viona kau tidak boleh berbicara seperti itu nak." ujar Loiren

Viona mengenyahkan perkataan ibunya itu.
"Aku tidak habis pikir dengan pikiran mu itu kak. Jika kau sayang sama Ibu dan Ayah, terima sajalah perjodohan itu! Apa kau tidak lihat tadi? Bagaimana pria berbadan besar itu ingin mengambil paksa barang-barang kita karena sebuah utang? APA KAU TIDAK MELIHATNYA?!!"

Putri hanya diam sambil menatap kearah adiknya yang sedang membara karena kemarahan.

"JAWAB!! APA KAU TIDAK MELIHATNYA?!!" bentak Viona kesal

Putri sedikit tersentak saat adiknya itu berbicara dengan nada tinggi.

"Aku rasa kau buta tadi. Ah, tidak hanya buta saja, tetapi juga tuli karena kau tidak menjawab pertanyaan ku." lanjut Viona

"Viona!! Kau tidak boleh berbicara seperti itu pada kakakmu!" omel Loiren

Tyo yang mendengar suara Viona meninggi itu langsung buru-buru menghampiri keasal suara.

"Kami mau menunggu dirimu sampai kapan menggapai cita-cita itu?!! Apa kau tidak merasa kasihan pada Ayah dan Ibu?!" kesal Viona

Tyo yang sudah tiba dikamar Putri kemudian langsung mendekat kearah Viona.
"Sudah lah Viona, Ayo keluar saja. Biarlah kakak mu itu yang memutuskan." ujar Tyo kepada Viona

Viona menatap kesal kearah kakaknya itu. "Aku kesal pada mu kak!" tegas Viona lalu berlalu pergi kembali ke kamarnya.

Putri hanya meneguk salivanya kaku, ini baru pertama kali dirinya melihat Viona sekesal itu terhadap dirinya.

Loiren lalu bangkit dari posisinya. "Jangan terlalu dipikirkan, Istirahat lah." ucapnya lalu pergi berlalu keluar.

Saat pintu kamarnya sudah ditutup oleh ibunya, Putri kembali menitikkan airmatanya sedih. Perkataan adiknya tadi terus teringiang-ngiang diotaknya.

👑👑👑

Keesokkan harinya Putri seperti biasa melakukan aktivitasnya yaitu sekolah. Hari ini dirinya disekolah lebih banyak murung karena pikirannya masih terus memikirkan kejadian kemarin. Dirinya belum mempunyai keputusan saat ini untuk menerima perjodohan itu atau tidak.

Kakinya melangkah keluar kelas menuju gerbang bersama Iren, Sena dan Laila. Saat tiba didepan gerbang lagi-lagi Putri dibuat terkejut saat mendapati Alex sudah menunggunya disana.

Spontan Putri menghentikan langkahnya saat mendapati Alex berdiri didepan gerbang. Buru-buru Putri memberi isyarat kepada Alex untuk tidak menghampirinya dan untungnya Alex mengerti akan isyaratnya itu.

Ketiga temannya itu mengerutkan dahinya bingung saat Putri tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Iren

"Kalian pulang duluan aja, gue lupa masih ada urusan sebentar disekolah." bohong Putri

"Urusan apa?" tanya Sena

"Bukan tugas kan?" tanya Laila

Putri menggeleng kaku.

Iren menaikkan sebelah alisnya curiga saat melihat gerak-gerik Putri yang tiba-tiba aneh.

"Yaudah, kita bertiga duluan ya." kata Iren

Putri mengangguk mengiyakan lalu melambaikan tangan kearah teman-temannya itu. Saat dirasanya punggung teman-temannya sudah tidak terlihat lagi Putri baru berjalan menghampiri Alex.

"Selamat siang, Nona." ucap Alex sopan

Putri hanya menganggukkan kepalanya kaku.

"Bagaimana dengan keputusan anda?" tanya Alex

"A-aku masih belum memutuskannya,"

"Kau harus segera memutuskannya, kalau begitu mari ikut saya." ajak Alex

"Kemana?" tanya Putri bingung

"Saya diperintahkan tuan Sean untuk membawa anda sepulang sekolah." jelas Alex

"Untuk apa?"

"Saya tidak diberitahu alasannya," jawab Alex

Putri meneguk salivanya lalu menoleh sekeliling, Dilihatnya para murid lain menatap kearahnya dengan tatapan yang bisa dibilang mengejek ada juga yang berbisik. Sudah bisa dipastikan mereka semua sedang membicarakan dirinya hal yang tidak-tidak karena dirinya bersama seorang pria dewasa berpakaian formal.

"Dimana mobilnya?" tanya Putri kepada Alex

"Disana," tunjuk Alex dengan sopan kearah sebuah mobil audi hitam yang terparkir tak jauh dari sekolahnya.

Putri mengikuti arah yang ditunjuk Alex saat ini, dilihatnya mobil itu berbeda dari yang kemarin dimana saat Alex menjemput dirinya untuk pertama kali. Mobil itu terlihat sangat tidak asing, Putri seperti sering melihatnya.

"Kau duluan, aku akan menyusul. Tidak enak dilihat murid lain."

Alex mengangguk mengerti lalu segera berjalan lebih dulu menuju mobil.

Saat dirasanya Alex sudah masuk kedalam mobil baru lah Putri segera berjalan menuju mobil tersebut dengan kepala yang sedari tadi menoleh kesana-kemari seakan tidak tenang.

Alex melihat dari arah kaca spion mobil bahwa Putri sedang berjalan kearahnya. Buru-buru Alex kembali keluar mobil dan membuka pintu mobil penumpang belakang dengan sigap.

"Tidak usah berlebihan, aku bisa sendiri." ujar Putri saat Alex sudah sigap membukakan pintu mobil untuknya.

Alex tersenyum ramah. "Ini sudah menjadi tugas saya,"

Putri segera masuk kedalam dan seketika terbelalak kaget saat mendapati Putra yang duduk disampingnya. Mulut Putri melongo lebar karena terkejut. Dilihatnya Putra hanya menatap lurus kearah depan tanpa menoleh kearah Putri yang masih melongo.

"Cepat jalan," perintah Putra kepada supir pribadinya.

Putri lalu menoleh kearah kursi pengemudi, dilihatnya saat ini yang duduk dikursi tersebut bukan lah Alex melainkan supir pribadinya Putra. Mengapa Alex tidak membawa mobil yang lain? Mengapa juga dirinya harus bersama Putra?

Jack pun segera melajukan mobilnya saat Alex sudah duduk dikursi penumpang depan.

Putri menutup kembali mulutnya saat mobil sudah melaju dan pandangannya hanya menatap kearah kaca mobil disampingnya.
Didalam perjalan tidak ada yang membuka pembicaraan sama sekali, Hanya suara bising kendaraan sekitar yang terdengar.

.
.
.
TBC

Putra, Putri, & Perjodohan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang