49

228K 8K 121
                                    

Hari demi hari berjalan kini sudah jalan seminggu sejak hari pernikahan Putra dan Putri. Kini Putra sibuk dengan beberapa tugas yang diberikan oleh ayahnya untuk menghandle beberapa pekerjaan ayahnya. Putra dan Devano kini sama-sama bersaing untuk menduduki sebuah kursi pimpinan perusahaan milik Sean Marvel.

Tentu saja Sean tidak bisa asal memberikan tanggung jawab yang besar nantinya kepada yang salah. Sean tidak memandang yang mana darah dagingnya atau bukan. Dia benar-benar menilai kinerja kedua anak laki-lakinya jika diberikan sebuah pekerjaan.

Berbeda dengan Putri yang semakin hari semakin merasa bosan karena ia merasa seperti didalam penjara mewah. Kini Putri terlihat seperti lebih kurus, dirinya lebih sering terlihat murung. Putri rindu dengan kedua orangtuanya. Sudah satu minggu dirinya tidak berkomunikasi dengan orangtuanya.

Putra masih belum menepati perkataannya yang mengatakan bahwa ia akan membelikannya ponsel. Padahal Putri sangat membutuhkan ponsel itu, hanya dengan itu Putri bisa mengabari kedua orangtuanya kapan saja.

Seminggu ini Putra dan Putri lebih jarang saling berbicara satusama lain, keduanya jarang bertatap muka padahal mereka berdua tinggal dalam satu atap.

Kedua orangtua Putra mengira hubungan Putra dan Putri baik-baik saja jadi mereka berdua tidak terlalu mencampurinya. Karena Emily lebih sering menanyakan perkembangan hubungan Putra dan Putri kepada Meri dan Anne, karena hanya Meri dan Anne yang lebih sering bertatap muka dengan Putra ataupun Putri.

Meri dan Anne terpaksa berbohong mengenai hubungan Putra dan Putri, mereka mengatakan bahwa hubungannya keduanya baik-baik saja dan tidak perlu ada yang dikhawtairkan.

-----

Putri hanya diam duduk disebuah kursi dengan pandangannya melihat kearah kaca besar dikamar ini yang menampilkan sebuah pemandangan di malam hari. Lalu terdengar suara pintu terbuka dan membuat Putri menoleh keasal.

Putri melihat Putra yang barusaja membuka pintu kamarnya dan kini dia sedang berjalan mendekat kearahnya dengan sebuah paperbag digenggamnya. Putri mengalihkan pandangannya lagi kearah jendela karena dirinya malas jika harus menatap wajah Putra.

Putra lalu menyondorkan sebuah paperbag tepat dihadapan Putri. "Ambil lah," ujarnya

Putri lalu melirik kearah paperbag tersebut dengan dahi yang bergelombang.

"Kau tidak mau?" tanya Putra

"Apa?"

"Ini ponsel baru kubelikan untukmu,"

Mata Putri langsung berbinar saat Putra mengatakan sebuah ponsel baru untuknya. Ini yang dirinya tunggu-tunggu selama ini.
Putri langsung mengambil alih paperbag tersebut dan langsung mengambil isinya.

"Kau sudah janji seminggu yang lalu, tapi kenapa baru kau belikan hari ini? huh menyebalkan!"

"Itu hukuman mu, aku tidak membiarkan mu menggunakan ponsel selama satu minggu jadi aku baru membelikannya hari ini." jelas Putra

Putri langsung menatap sinis kearah Putra karena kesal. Bagaimana bisa dia menghukumnya seperti itu? itu sangat tidak masuk akal.

"Jika kau tidak mau dihukum jangan berani-beraninya membuatku marah." tegas Putra

"Hmmm, Sudah sana keluar!" usir Putri

Putra menaikkan sebelah alisnya, "Kau mengusirku?"

"Ya!"

"Itu tidak gratis, Nona."

Putri melongo. "Apa maksudmu?!"

"Aku memberimu ponsel tidak secara cuma-cuma."

Putra, Putri, & Perjodohan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang