The Best Gift Ever

47.7K 4.4K 507
                                    

Aku nggak nyangka bisa punya kakak sebrengsek Tundra dan Drey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku nggak nyangka bisa punya kakak sebrengsek Tundra dan Drey. Mereka nggak berubah pikiran meskipun aku sudah menjerit dan menendangi mereka. Sekalipun Savanna sudah ikut emosi sama mereka, tetap aja mereka menyeretku dan koperku ke luar rumah. Mereka tetap memulangkan aku ke Jogja.

Tundra menyeret aku ke mobil. Kalau aku bilang "menyeret" tuh benar-benar "menyeret". Itu bukan kiasan. Dia pegang perutku terus narik aku sampai sampai di depan mobil.

"Lo nggak bisa gitu, Bang. GUE BUKAN ANAK KECIL."

"Kalau gitu, kelakuan lo jangan kaya anak kecil!"

"TERUS GUE MUSTI GIMANA KALAU KALIAN PERLAKUKAN KAYA GINI?"

Drey yang dari tadi cuma diam sambil senyum bahagia membukakan pintu belakang mobil. "Masuk!"

"NGGAK!"

Tundra masuk ke bangku di sebelah supir.

Savanna berlari ke arahku sambil menangis. Dia menarik baju suaminya. "Drey, aku nggak tahu ini kenapa. Tapi, ini keterlaluan. Sebenarnya kalian kenapa? Kalau Glacie bikin salah, kenapa nggak diobrolin baik-baik? Aku nggak suka ..."

Drey langsung nyaplok mulutnya Savanna. Sudah, deh! Kalau sudah gini, aku nggak bakalan dapat pembelaan lagi.

"Kunyah terooossss! Kunyahhhhh!" jeritku sambil menghentakkan kaki.

Drey melepaskan ciumannya dengan tatapan mengejek padaku. Dasar tukang pamer! Kusumpahin bibirnya sariawan dua belas biar nggak bisa cipokan lagi.

"Sweet cake, Glacie tidak salah. Justru kami berusaha melindunginya. Hanya ini yang bisa kami lakukan." Terus, dia melotot ke aku lagi. "Masuk, Miss Glacie!"

Dengan sebelah tangan Drey di pinggangnya, dan mulut Drey yang siap nyaplok kapan saja, jelas Savanna nggak bisa berkutik lagi. Aku sendirian. Percuma juga aku ribut di sini. Salah-salah mereka bakal mengikatku, terus menjejalkanku ke bagasi.

Waktu sudah masuk ke mobil, sebuah mobil hitam masuk ke halaman. Mobil itu berhenti di depan teras. Heath keluar dari mobil sambil menenteng tas hitam besar yang kelihatan berat. Aku pengin membuka jendela dan memanggilnya. Tapi, jendela sudah dikunci.

"Buka ngapa, pak?" perintahku sambil memukul kaca mobil. Tapi, supir itu budek tiba-tiba, sama kaya Tundra.

Kuhela napas panjang. Aku cuma bisa melihatnya  dari dalam mobil.

Waktu dia berbalik dan menatapku dari teras, rasanya air mata sudah nggak bisa ditahan lagi. Tatapan mata birunya terlihat sedih. Mungkin dia juga kesal. Mungkin dia juga pengin bareng sama aku. Tapi, kenapa dia nggak ada usaha untuk ngomong sama Drey atau apa gitu. Masa dia nggak protes? Masa dia nerima aja?

Mobil yang kunaiki akhirnya meninggalkan halaman rumah Drey, juga semua yang terjadi di tempat ini kemarin.

"Bang, lo jahat sejahat-jahatnya," desisku sambil menendangi bagian belakang bangkunya.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang