Chapter 40

332K 14.6K 419
                                    

Yura dan Reon duduk bersebelahan di kantor kepala sekolah. Sejak mereka putus, mereka jarang berbicara satu sama lain. Rasa canggung selalu terasa saat mereka berinteraksi.

"Jadi saya menyuruh kalian ke sini karena saya ingin mengatakan bahwa kalian masuk ke tahap final olimpiade science di Yogyakarta bulan depan. Mulai besok, kalian akan dibimbing secara intensif oleh Pak Roif," jelas Pak Wirawan selaku kepala sekolah.

Yura melirik ke samping, ke arah Reon. Lalu ia meneguk ludah mengingat Kido yang begitu pencemburu. Ia tak yakin kalau Kido akan mengizinkannya mengikuti babak final olimpiade science bersama Reon.

"Kalian harus berusaha sebisa mungkin mendapatkan juara. Minimal juara harapanlah," imbuh Pak Wirawan.

"Iya, Pak. Tapi saya izin orang tua saya dulu ya, Pak," kata Yura.

"Saya yakin, orangtua kamu pasti mengizinkan kok. Tidak ada orangtua yang tak bangga jika punya anak secerdas kamu," ucap Pak Wirawan.

Yura tersenyum kaku. Masalahnya, dulu Yura meminta izin pada kedua orangtuanya. Dan pasti orangtuanya dengan senang hati mengizinkannya mengikuti olimpiade science. Namun sekarang Yura tidak harus izin pada orangtuanya tapi ia harus meminta izin pada suaminya, yaitu Kido.

Yura keluar dari ruang kepala sekolah menuju tempat parkir. Di sana, Kido sedang menunggunya. Ia sudah memakai helm dan menunggangi motornya. Ia membuka kaca helmnya lalu berdecak kesal karena ia cukup lama menunggui Yura yang hampir satu jam mendapat nasehat panjang lebar dari Pak Wirawan.

"Kenapa Pak Wirawan nyuruh kamu ke ruangannya?" Kido memakaikan helm ke kepala Yura.

"Aku disuruh ikut babak final olimpiade di Yogya," jelas Yura.

"Bagus dong."

"Tapi aku satu tim sama Reon."

"Nggak bagus berarti."

"Gimana? Boleh nggak?" tanya Yura. Ia berharap Kido memberikan izin padanya.

"Aku pikir-pikir dulu ya."

"Jangan lama-lama mikirnya!"

"Iya. Ayo cepetan naik!" Kido menoleh sekilas ke belakang, mencoba menunjuk jok belakang motor dengan dagunya.

Sesampainya di rumah, Kido merebahkan tubuhnya di atas sofa di ruang keluarga. Ia menyalakan televisi dan memencet asal tombol-tombol pada remote control. Yura menyambar remote control dari tangan Kido lalu mematikan televisi.

"Kamu lagi bete ya?" tanya Yura. Ia kemudian duduk di sebelah Kido.

"Ra, kamu jangan ikut olimpiade sama Reon ya," bujuk Kido manja.

"Ya udah. Besok aku bakal bilang ke Pak Wirawan kalau aku nggak dibolehin ikut olimpiade."

"Tapi sayang banget kalau kamu mengundurkan diri dari olimpiade. Tapi kalau kamu ikut, aku bakal kesal setengah mati. Belum perjalanan naik kereta, terus kamu pasti menginap sama Reon meskipun aku tahu kalau kalian nggak mungkin satu kamar."

"Aku mah terserah kamu aja."

"Tapi kalau kamu nurutin kemauanku, kamu nggak bakal berkembang karena nolak ikut olimpiade. Gimana dong?" Kido menyandarkan kepalanya ke pundak Yura.

"Cepetan tentukan aku boleh ikut atau enggak."

"Em ... iya deh boleh. Cup." Kido mencium singkat pipi Yura.

"Ih apaan sih?" Yura mengusapi pipinya, lebih tepatnya tempat bekas ciuman Kido mendarat.

Kido meringis senang melihat pipi istrinya bersemu merah. Ia sangat gemar mengganggu istrinya dan membuat istrinya marah. Rasanya, semakin lama bersama Yura, Kido merasa semakin tidak ingin jauh sedetik pun dari Yura. Sebelumnya, Kido memang pernah jatuh cinta beberapa kali. Tapi ia tak pernah jatuh sedalam saat jatuh cinta pada Yura. Ia selalu cemburu jika Yura berbincang-bincang dengan laki-laki lain selain dirinya. Padahal saat ia masih pacaran dengan Alea, ia tak pernah cemburu jika Alea bercanda atau berbincang dengan laki-laki lain.

Ddddrrrttt

Ponsel Yura berdering, terdapat panggilan video call dari Hilda. Yura segera mengangkatnya dan menampakkan wajahnya ke hadapan kamera. Hilda cengar-cengir tak jelas saat melihat di kepala Kido tersandar di pundak Yura.

"Oi sudah enaena belom?" tanya Hilda.

"Kalau lo bahas gitu-gitu, gue tutup VC  nya," ancam Yura kesal. Ia selalu merasa risih jika membahas hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas malam yang biasa dilakukan suami istri.

"Eh iya deh iya. Maap," sahut Hilda spontan.

"Iya nih si Hilda. Otaknya mesum banget," tambah Kido.

"Eh Kido, lo harus hati-hati ya. Bentar lagi si Yura bakal ikut final sama Reon di olimpiade science. Jangan sampai mereka CLBK," kata Hilda ngotot. Ia sangat setuju dengan hubungan Yura dan Kido. Menurutnya, Reon tidak pantas untuk Yura karena Reon terlalu membosankan.

"Na'udzubillah. Jangan sampai mereka berdua CLBK," sahut Kido cepat.

"Enggak mungkinlah." Yura menampik.

"Nggak mungkin gimana? Lo sama Reon itu sudah pacaran bertahun-tahun sejak SMP. Dan lo sama Kido baru setahun doang," kata Hilda.

"Tapi gue sama Kido bukan pacaran. Kita mah udah suami istri," kilah Yura. Ia hanya ingin membuat Kido merasa tenang.

"Ra, pokoknya jangan sampai jatuh cinta lagi ke Reon."

"Iya iya. Pasti dong."

"Udah ya, selamat bermesraan."

Tuuuuut

Hilda mematikan panggilannya lalu terkikik senang. Ia tak ingin mengganggu waktu Yura dan Kido. Diam-diam, pikirannya menghayal hal-hal aneh yang akan terjadi pada Yura dan Kido. Ia bahkan menulis hayalannya pada akun wattpadnya karena menurutnya, cerita cinta Yura dan Kido cukup tak lazim bagi anak SMA seumurannya.

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang