Chapter 12

379K 18.9K 761
                                    

Yura berjalan melihat-lihat ke sekeliling. Berbagai macam buku memenuhi pandangan matanya. Dia melihat-lihat judul satu per satu novel yang ia suka dan memilih-milih. Reon hanya mengikutinya sedari tadi. Reon tak berniat membeli buku karena buku yang ia miliki sudah cukup lengkap.

"Kamu mau beli? Ambil aja. Nanti aku yang bayar," kata Reon.

Yura menggeleng. "Enggak ah. Kalau aku beli novel-novel ini, aku bakal lupa belajar. Aku akan membelinya saat liburan sekolah aja."

Yura kemudian mengambil buku yang berjudul Kumpulan soal matematika dasar ketika ia teringat Kido yang sama sekali tak mengerti apa yang ia ajarkan tadi malam. Dahi Reon mengerut melihat Yura membeli buku tersebut. Reon sangat tahu bahwa Yura sudah menguasai matematika dasar. Bahkan Yura sudah mahir mengerjakan soal-soal matematika MIPA yang lebih sulit.

"Kenapa kamu beli buku itu?" tanya Reon ketika keluar dari toko buku.

"Buat belajar," jawab Yura.

"Kenapa kamu mempelajari pelajaran yang sudah kamu kuasai?"

"Buat belajar sepupuku bukan aku." Yura tersenyum kaku, sedikit salah tingkah.

Yura berjalan mendahului Reon menuju stan minuman. Ia mendadak haus saat Reon melemparkan pertanyaan yang sedikit berhubungan dengan Kido barusan. Yura menoleh ke kanan lalu ke kiri. Ia tak melihat Reon lagi. Setelah ia membayar minumannya, ia mencari Reon.

"Happy anniversary!" seru Reon mengagetkan Yura dari belakang.

Yura terperanjat lalu menoleh. Matanya melebar senang mendapati Reon mempersembahkan sebuah boneka beruang yang begitu besar yang berukuran melebihi setengah tinggi badan Reon. Yura memeluk gemas boneka beruang tersebut.

"Kamu kasih nama apa si lucu ini?" Reon mengacak gemas kepala boneka beruang yang dipeluk Yura.

"Em ...." Yura masih berpikir sejenak.

"Teddy?"

Yura menggeleng. "Enggaklah."

"Terus, kamu mau kasih boneka ini nama apa?"

"Aku mau kasih nama Borayon."

"Borayon?" alis Reon terangkat.

"Iya. Borayon. Singkatan dari Boneka Yura Reon."

Reon terkekeh. "Kamu seneng nggak?"

Yura mengangguk. "Iya. Aku seneng banget. Makasih banyak ya."

"Iya. Sama-sama. Nanti malam, kamu harus peluk Borayon biar kamu ingat aku terus."

"Kalau peluk orang yang ngasih, boleh nggak?" goda Yura manja.

"Boleh." Reon merentangkan tangannya untuk Yura peluk.

"Iiiiih enggak ah. Belum halal."

Lagi, Reon terkekeh kembali. Ia meraih tangan Yura dan menggenggamnya erat. Kemudian mereka berdua mengelilingi mall sambil bergandengan tangan sepanjang jalan. Yura telah lupa bahwa ia sudah menikah. Dan seharusnya ia tidak boleh menjalin hubungan dengan Reon lagi sejak akad nikah dinyatakan sah. Meskipun terdapat surat perjanjian antara dirinya dan Kido yang membolehkan adanya hubungan cinta dengan orang lain. Tapi surat perjanjian itu tidak bisa dibenarkan. Karena pada kenyataannya, Yura adalah istri sah Kido secara agama. Dia akan menjadi istri sah Kido secara hukum saat usianya 17 tahun.

Yura melambaikan tangan pada Reon sebelum Reon pulang. Yura menghela napas lalu memesan ojek online untuk pergi ke rumah Kido. Reon tidak tahu bahwa Yura tidak lagi tinggal bersama kedua orangtuanya. Yura sekarang tinggal bersama Kido.

"Dari mana saja kamu?" Kido melipat tangan. Ia mencermati boneka besar yang Yura peluk.

"Dari jalan-jalan." Yura berjalan melewati Kido begitu saja.

Kido meraih tangan Yura dan menghentikan langkah kakinya. "Boneka itu dari siapa?"

"Bukan urusan elo."

"Itu urusan gue! Gue suami elo!"

"Sepertinya ... elo harus baca ulang surat perjanjian kita."

Tangan Kido melemas. Ia melepaskan tangan Yura lalu tercenung. Ia ingat bahwa di dalam surat perjanjian tertulis jelas bahwa masing-masing pihak tidak boleh mencampuri urusan satu sama lain. Yura melengos lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

Tok tok tok

Yura membuka pintu kamarnya. Kido membawa sebuah nampan yang berisi dua gelas jus jeruk dan beberapa camilan. Dahi Yura mengerut heran. Sementara Kido hanya meringis, memperlihatkan deretan gigi rapinya.

"Ngapain elo ke sini?" tanya Yura ketus.

"Ajarin aku matematika lagi dong." Kido dengan lancang memasuki kamar Yura dan meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja belajar.

Yura mengambil buku dari dalam tasnya lalu memberikan buku tersebut pada Kido. "Itu buku matematika dasar. Kemarin kamu sudah agak paham. Kamu bisa latihan soal dari buku itu."

"Jadi selain elo pergi pacaran sama Reon, elo ingat gue?"

Pipi Yura berkedut jijik. Bagaimana mungkin ia menikah dengan laki-laki menjijikkan yang ada di hadapannya sekarang, laki-laki yang setiap hari membuatnya illfeel. Setelah melongo beberapa saat, Yura tertawa terbahak-bahak, merasa geli dengan pertanyaan Kido.

"Gue bukan ingat elo, Kido. Tapi gue ingat kebodohan elo saat mengerjakan soal matematika. Itu sebabnya gue beli buku itu," papar Yura masih terkikik.

"Jangan ketawa terus! Ayo kita belajar!" ajak Kido lalu duduk di atas karpet. Ia menarik tangan Yura hingga Yura terduduk di sebelahnya.

Kido sendiri merasa aneh dengan dirinya. Entah sejak kapan ia tertarik untuk belajar. Mengapa ia mulai terusik melihat hubungan Yura dan Reon? Mengapa wajah Yura seolah bertambah cantik setiap harinya? Mengapa ia selalu ingin dekat dengan Yura? Kido selalu bertanya-tanya.

"Eh gue mau ke toilet dulu ya," pamit Yura dan bergegas memasuki kamar mandi.

Kido melihat boneka beruang besar yang bertengger di atas kasur. Ia menghampiri boneka itu lalu memukuli boneka itu sepuas-puasnya saat ia ingat bahwa boneka itu dari Reon. Ia kesal sekali saat ia berpikir kalau nanti malam Yura akan memeluk boneka itu sambil memikirkan Reon.    

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now