Chapter 21

356K 16.7K 90
                                    

Reon mengambil tisu lalu membersihkan sisa saos tomat yang menempel di sudut bibir Yura. Reon begitu perhatian pada Yura karena ia sangat mencintai Yura. Hubungan mereka bahkan sudah langgeng bertahun-tahun dan tidak pernah ada kata putus di antara mereka.

"Pelan-pelan aja kalau makan. Aku takut kamu keselek," kata Reon lalu terkekeh.

"Makasih ya," sahut Yura sambil tersenyum malu.

Langkah kaki Kido tercekat sebentar saat memasuki kantin. Kido mendengus kesal melihat keakraban Yura dan Reon. Ia memutuskan untuk duduk di meja yang jaraknya cukup jauh dari meja Yura agar ia tidak bisa melihat canda tawa Yura dengan Reon.

"Sayang, kenapa kita duduk di sini? Kan masih ada meja kosong di dekat pintu keluar." Dahi Alea berkernyit. Jari telunjuknya mengarah pada sebuah meja kosong yang berada di dekat meja Yura dan Reon.

Kido tersenyum. "Biar kita bisa berduaan, Sayang. Aku nggak mau diganggu."

"Ada-ada aja. Kamu mah emang tukang gombal sejati. Aku mau pesan bakso dulu ya." Alea pergi stand penjual bakso.

Mata Kido masih tertuju pada Yura dan Reon yang duduk di kejauhan. Ia menggebrak meja, membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Kesal sekali melihat Yura dan Reon bercanda tawa bersama. Sementara itu, Yura menoleh ke kanan lalu ke kiri sambil mengedarkan pandangannya. Ia mencari Kido. Yura tahu betul kebiasaan Kido yang suka memakan makanan pedas. Yura khawatir terjadi apa-apa dengan Kido, mengingat Kido baru seminggu kemarin menjalani operasi usus buntu.

"Kamu cari apa, Ra?" tanya Reon yang ikut mengedarkan pandangannya.

"Aku ... cari sambal," jawab Yura sekenanya. Ia tidak fokus dengan pertanyaan yang diajukan Reon. Yang ia maksud, ia ingin menyita sambal yang mungkin akan Kido makan.

"Cari sambal? Kan di depan kamu ada sambal." Reon menunjuk tempat sambal dengan dagunya.

"Bukan sambal itu yang aku maksud, Yon."

Yura menghampiri Kido dengan mata melotot marah setelah ia menemukan di mana Kido duduk. Ia memergoki Kido yang menuangkan beberapa sendok sambal ke dalam sebuah mangkok bakso. Yura berkacak pinggang, membuat Kido mengurungkan niatnya untuk memakan bakso tersebut.

"Ngapain lo makan pedas?" tanya Yura ketus.

"Ini nggak pedas kok, Ra. Cuma 4 sendok sambal. Sendoknya kecil pula." Kido mengangkat sendok sambal dan menunjukkannya pada Yura.

"Lo makan bakso itu atau gue bakal buat lo ketakutan?" ancam Yura sambil menaik turunkan alisnya.

Kido mengingat kembali kejadian semalam, di mana dia sangat ketakutan karena mati lampu. Ia meneguk salivanya lalu mengangguk patuh pada Yura. Ia menyodorkan bakso tersebut pada Alea.

"Eh elo kok ngelarang Kido makan bakso ini sih? Emangnya elo itu siapa?" tanya Alea ngotot.

"Gue? Gue adalah keluarganya Kido," jawab Yura tegas.

"Meskipun elo anggota keluarganya Kido, tetap saja elo nggak punya hak untuk ngelarang Kido melakukan ini dan itu."

"Kido itu nggak boleh makan pedas. Gimana sih? Katanya, elo hampir setahun pacaran sama dia. Masa' nggak tau?" nada bicara Yura terdengar meremehkan.

"Sayang, sejak kapan kamu nggak boleh makan pedas?" Alea menatap lekat-lekat mata Kido penuh selidik.

"Sejak aku bolos sekolah selama dua minggu. Itu karena aku operasi usus buntu," jawab Kido apa adanya. Dia tak terlalu pandai berbohong.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu bolos gara-gara operasi? Aku kan bisa jagain kamu di rumah sakit. Aku kira, kamu bolos karena jalan-jalan ke luar negeri kayak biasanya."

"Lagian kamu nggak perlu repot-repot jagain aku. Udah ada yang jagain kok. Tuh orangnya!" Kido menunjuk Yura dengan dagunya.

"Siapa?" Alea memutar kepalanya lalu melihat Yura yang masih berdiri di dekat meja mereka.

"Yura itu keluarga gue. Jadi dia yang jagain gue."

Alea mendengus kesal. Ia tidak cemburu dengan Yura karena ia berpikir bahwa Yura adalah orang yang tidak mungkin bisa membuat Kido jatuh cinta. Selain mempunyai hubungan keluarga dengan Kido, Yura juga tidak lebih cantik daripada Alea. Itulah sebabnya Alea tidak merasa khawatir jika Kido sekarang dekat dengan Yura.

"Sayang, kalau ada apa-apa lagi, kamu harus kasih tau aku semuanya. Ya?" Alea memegang tangan Kido.

Kido mengangguk mengiyakan. Yura memutar malas kedua bola matanya lalu berjalan kembali ke tempat duduknya bersama Reon. Sesekali ia menengok ke arah Kido. Barang kali bocah tengik itu nekat meneguk sesendok sambal.

"Kamu perhatian banget ke Kido. Aku jadi cemburu," kata Reon setengah menggoda.

"Aku kan udah bilang kalau aku ini keluarganya Kido. Jadi kamu nggak perlu cemburu," jelas Yura gugup.

Reon terkekeh. "Aku cuma bercanda kok."

Yura menghela napas lega, ternyata Reon hanya bercanda. Jujur saja, Yura sangat takut kehilangan Reon. Mereka sudah pacaran bertahun-tahun. Dan Yura sudah merasa sangat nyaman bersama Reon. Itulah sebabnya, Yura menyimpan rahasia pernikahannya rapat-rapat agar hubungannya dengan Reon tetap baik-baik saja. 

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora