Chapter 6

414K 19.4K 1.5K
                                    

Kido sudah duduk di hadapan Pak penghulu bersama Yura. Di sekeliling mereka ada Pak Budi, Pak Subroto, Bu Bita, Pak Gunawan, Pak Jodi, Bu Lisa, dan beberapa orang saksi. Pak penghulu menjabat tangan Kido erat-erat. Semua orang mendadak tegang.

"Saya nikahkan dan kawinkan Roykido Surayasalim bin Jodi Suryasalim dengan Alyura Dinata binti Subroto Dinata dengan mas kawin uang senilai 10 juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," kata Pak Penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Alea Kiswari-" Kido tercekat.

"Oi, Alyura Dinata bukan Alea Kiswari," tegur salah seorang saksi.

"Huuuuu!" sorak para saksi.

Kido meringis malu setelah semua orang saksi menyorakinya. Pak penghulu menggeleng-gelengkan kepalanya, baru kali ini ia menjumpai pengantin pria yang keliru menyebut nama calon istrinya.

"Saya nikahkan dan kawinkan Roykido Surayasalim bin Jodi Suryasalim dengan Alyura Dinata binti Subroto Dinata dengan mas kawin uang senilai 10 juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ulang Pak Penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Subroto Dinata binti Alyura-" Kido kembali tercekat.

"Oi salah oi! Kebalik!" para saksi kembali bersorak geram.

Yura memutar malas kedua bola matanya. Pak penghulu menarik napas kemudian mengembuskannya, mencoba meredam emosi. Bagaimana pun juga, dia harus terlihat berwibawa di hadapan semua orang.

"Baiklah. Saya akan ulangi," kata Pak penghulu masih bersabar.

"Maap ya, Pak." Kido kembali menyeringai seolah tak berdosa.

Pak penghulu kembali menjabat tangan Kido. "Saya nikahkan dan kawinkan Roykido Surayasalim bin Jodi Suryasalim dengan Alyura Dinata binti Subroto Dinata dengan mas kawin uang senilai 10 juta rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ulangnya untuk yang kesekian kali.

"Saya terima nikahnya Alyura Dinata binti Subroto Dinata dengan Mas Su'eb-" Kido kembali tercekat untuk yang kesekian kali.

"Oi mas kawin, bukan Mas Su'eb," tegur para saksi mulai emosi.

Dua jam kemudian setelah Kido berwudlu dan mengucap ijab qabul kembali, akhirnya pembacaan do'a terdengar juga setelah Kido salah mengucap ijab qabul dan meralatnya sebanyak 4 kali sampai akhirnya ijab qabul yang ke-4 benar juga. Bahkan, para saksi melakukan celebration untuk merayakan ijab qabul Kido yang akhirnya benar setelah dua jam mereka duduk teler, menunggui Kido yang selalu salah mengucap. Tangan kanan Pak penghulu bahkan terasa sulit digerakkan setelah menikahkan Kido, karena terlalu lama menjabat tangan Kido.

"Kalian tidak boleh berada dalam satu kamar sebelum usia kalian menginjak 17 tahun," ujar Pak Budi.

"Iya, Kek. Lagian aku juga ogah tidur sama dia." Yura menunjuk Kido dengan dagunya.

"Yura, mulai sekarang, ini kamar kamu." Pak Gunawan membuka sebuah pintu kamar untuk Yura. Kamar tersebut terletak berhadapan dengan kamar Kido. Yura dan Kido tidak boleh satu kamar, tapi Pak Gunawan berniat untuk mendekatkan Yura dan Kido dengan menyetting kamar pengantin baru agar bisa berhadapan.

Mata Yura terbelalak kaget, mulutnya menganga lebar. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia begitu takjub dengan sebuah kamar luas dengan dekorasi serba pink berpadu ungu yang terlihat sangat girly. Kamar tersebut sangat luas, mungkin 3 kali lebih luas daripada kamar Yura sebelumnya.

"Empat bulan lagi, usia Kido sudah 17 tahun. Sementara lima bulan lagi, usia kamu juga sudah 17 tahun. Kakek sudah menyiapkan sebuah rumah agar kalian berdua bisa tinggal bersama," jelas Pak Gunawan.

"Tinggal berdua? Sama dia?" Yura menunjuk Kido.

"Iya. Sama Kido. Masak sama Mang Ujang."

"Tapi-"

"Nggak ada tapi-tapian, Yura. Kalian itu suami istri. Sudah sewajarnya kalian tinggal bersama saat usia kalian sudah dewasa," potong Pak Budi.

Pak Budi, Pak Subroto, dan Bu Bita kembali pulang ke rumah setelah menitipkan Yura di keluarga Suryasalim. Yura tentu saja sedih, mengingat ia masih suka bermanja-manja dengan kedua orangtuanya.

"Omegot! Gue lupa, besok gue harus ngumpulin PR Bu Tutik." Yura mengambil buku dan segera belajar keras untuk menyelesaikan PR Bu Tutik. Ia tak mau dihukum membersihkan toilet yang sering mampet karena tersumbat sampah pembalut di bagian lubang closet. Memikirkannya saja, Yura sudah bergidik takut.

Yura menghela napas lega setelah berhasil menyelesaikan PR Matematika. Ia mematikan semua lampu kamarnya karena ia tidak bisa tidur jika ada cahaya terang. Yura merebahkan diri di atas kasur yang begitu empuk. Ia menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang begitu lembut dan tak sampai dua menit, ia sudah tertidur pulas.

Kido menghentikan game yang dimainkannya. Ia teringat dengan PR Bu Tutik. Tentu saja PR tersebut belum ia kerjakan satu soal pun. Kido menaruh ponselnya dan bergegas mengerjakan PR. Awalnya dia begitu semangat tapi setelah membaca soal pertama, tiba-tiba ia mendadak putus asa.

'Di rumah kan nggak ada siapa-siapa. Kakek ada meeting di hotel. Mama sama Papa pergi ke Cikampek tadi sore. Cuma tinggal gue sama Yura di rumah. Gue yakin, dia udah ngerjain PR dari Bu Tutik.'

Kido keluar dari kamarnya, menengok ke kanan dan ke kiri, setelah memastikan tidak ada orang, dia memasuki kamar Yura dengan mengendap-endap. Kido meneguk ludah melihat betapa gelapnya kamar Yura tanpa cahaya sedikit pun. Ia menyalakan lampu senter ponselnya untuk penerangan dan berjalan ke arah meja belajar Yura. Mata Kido berbinar ketika melihat buku PR Yura.

"Siapa itu?" sergah Yura, mengagetkan Kido.

😃😃😃😃😃

Apa yang terjadi selanjutnya?

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Where stories live. Discover now