Chapter 25

347K 15.9K 372
                                    

Yura membuka pintu kulkas lalu mengambil beberapa bahan makanan dari dalam sana. Ia mengambil 2 pack daging sapi, sayur-sayuran, telur, cabe merah, cabe rawit, dan daun bawang. Kido menoleh dan terperanjat saat mengetahui Yura yang ada di dekatnya. Ia buru-buru melepaskan pelukan Alea.

"Elo mau masak apa, Ra?" tanya Kido sembari mengelap piring.

"Gue mau masak krengsengan daging, tumis kangkung, sama martabak," jawab Yura ketus. Ia mulai asal memotong kangkung.

"Elo kan tau kalau gue nggak suka kangkung, Ra. Kenapa elo masak itu? Mendingan elo masak capcai."

"Reon suka tumis kangkung." Yura memutar malas kedua bola matanya.

"Sayang, biar aku aja yang masak capcai buat kamu," kata Alea sambil mengelus lembut pundak Kido.

"Sejak kapan kamu bisa masak?" tanya Kido setengah tidak percaya.

"Kan ada google. Nanti resepnya aku tanya google." Alea mulai browsing resep capcai.

"Ra, gue bantuin ngupas bawang ya?" Kido mengambil bawang merah dan bawang putih lalu mengupasnya rapi. Ia sudah terbiasa membantu Yura memasak.

"Masak apa, Ra?" Reon tiba-tiba datang untuk mengambil air minum.

"Masak krengsengan daging, tumis kangkung, sama martabak." Yura memasang senyum manis saat Reon memiringkan wajah untuk melihat wajahnya yang menunduk, asyik berkutat dengan dengan potongan daging sapi.

"Semuanya masakan kesukaanku. Waaah kamu emang calon istri idaman," goda Reon.

'Calon istri pala lo? Dia itu istri gue, bego!' Kido ngedumel dalam hati.

"Kamu tuh udah rajin salat, rajin belajar, pinter masak, cantik pula. Aku beruntung punya pacar kayak kamu," imbuh Reon.

Pipi Yura memerah malu lalu ia terkekeh kecil. "Sejak kapan kamu pinter gombal?"

"Sejak kamu tambah cantik setiap harinya."

"Aduuuh kalian romantis banget. Jadi iri deh." Alea menyenggol lengan Kido, mencoba memberi kode pada Kido bahwa ia juga ingin digombalin.

"Kenapa sih kamu nyenggol-nyenggol? Kamu nggak lihat aku lagi ngupas bawang?" tegur Kido ketus. Ia menaruh pisau yang ia pegang, mencuci tangan, lalu pergi ke teras untuk mencari udara segar. Ia tak tahan melihat kemesraan Yura dan Reon.

"Tuh anak kenapa sih? Kok akhir-akhir ini sering marah-marah?" Alea bertanya-tanya.

Setelah semua menu matang, Yura dan Alea menyajikan masakan yang mereka buat di atas meja makan. Mereka memanggil Kido, Hilda, Reon, Raffi, Hayati, dan Kolel untuk makan bersama. Mata Kolel berbinar semangat melihat aneka macam menu di atas meja makan. Menu kesukaannya adalah capcai. Tanpa berdoa terlebih dahulu, Kolel langsung menyendok capcai tersebut, meletakkan ke atas piringnya, lalu melahapnya.

"Lel, lo nggak apa-apa kan?" tanya Kido cemas setelah melihat Kolel yang enggan untuk mengunyah sesendok capcai yang sudah terlanjur di mulutnya.

"Si Kolel kenapa sih? Kok mukanya kayak gitu?" Yura mengamati wajah Kolel yang tampak ingin muntah.

"Wajahnya si Kolel emang kayak gitu dari lahir, Ra. Jelek permanen." Hilda menimpali.

Kolel berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan capcai yang ia makan. Tak lupa juga ia berkumur beberapa kali. Seumur hidup, ia pertama kali memakan masakan yang begitu mengerikan. Asin, manis, pahit, bercampur jadi satu.

"Sayang, coba kamu cicipi masakanku." Alea menyendok sesuap capcai dan mengarahkannya pada Kido.

"Enggak. Kalau kamu maksa aku makan itu, aku bakal ngambek ke kamu tujuh hari," ancam Kido ketakutan.

"Aku kan udah repot-repot masakin kamu. Hargai dikit dong!"

"Bukannya aku nggak menghargai, tapi aku masih sayang sama nyawaku."

"Tadi aku nggak campurin sianida kok."

"Pokoknya kamu nggak boleh paksa aku!"

Yura, Reon, Hilda, Raffi, dan Hayati hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat pertengkaran antara Kido dan Alea. Mereka bergegas menyantap masakan buatan Yura yang sudah terjamin rasanya.

"Eh bagaimana kalau setelah makan, kita main Truth or Dare?" kata Hilda.

"Iya. Kayaknya seru tuh!" Hayati mengangguk setuju.

"Aku sama Yura nggak ikut. Kita mau jalan-jalan lihat bintang," ujar Reon.

"Kalian nggak mau ikut karena mau berduaan?" Kido melipat tangan. Ia menatap Reon sinis.

"Iya nih, Reon sama Yura curang! Katanya kita semua nggak boleh berdua-duaan. Takut terjadi maksiat," keluh Hilda.

"Lagian kata Pak Ustadz, emang nggak boleh berdua-duaan. Soalnya pihak ketiganya pasti setan. Entar kalian bukannya lihat bintang malah melakukan bisikan setan." Kolel kembali duduk di tempatnya.

"Nggak mungkin!" kilah Yura dan Reon serempak.

"Ya udah. Kita semua main Truth or Dare aja," ajak Hilda.

"Iya deh iya." Yura mengerucutkan bibirnya.

Setelah selesai makan malam, Yura dan Reon membersihkan meja makan. Sementara Hilda dan Hayati mencuci piring. Sedangkan yang lainnya asik bermain ponsel di ruang tamu sambil memakan camilan.

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang