Chapter 32

356K 15.6K 224
                                    

Yura menaruh tasnya di atas kasur lalu merebahkan diri untuk berehat sejenak setelah seharian penuh jalan-jalan bersama Kido ke mall dan panti asuhan. Kido ikut merebahkan dirinya di samping Yura lalu ia memeluk Yura.

"Aku sayang kamu, Ra. Aku nggak nyangka kalau aku telah menikahi malaikat," kata Kido sembari menatap Yura penuh cinta.

"Aku paling illfeel sama tukang gombal. Berhenti menggombal atau aku akan-" Yura terhenti untuk berpikir.

"Atau apa?" tantang Kido.

"Atau aku akan mogok memasak."

"Iya deh. Aku bakal berhenti menggombal. Tapi ngomong-ngomong ... kenapa udara hari ini panas banget ya?" Kido berdiri dari tempatnya lalu mengambil remote AC.

"AC-nya kok nggak nyala gitu?" dahi Yura berkernyit heran saat melihat AC di kamarnya tak menyala.

"Mungkin AC-nya rusak, Ra. Aduh gimana ini? Aku nggak bisa tidur kalau nggak ada AC."

"Nanti malam buka aja jendelanya. Biar angin bisa masuk. Lagian, tukang service AC sudah pasti tidak menerima panggilan jam segini."

"Tapi aku dengar, akhir-akhir ini ada maling di kompleks perumahan kita. Entar bukan angin yang masuk malah maling."

"Kalau aku sih nggak masalah kalau nggak pakek AC." Yura berjalan menuju lemari, mengambil handuk, pakaian ganti, lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Kido mengipasi dirinya dengan buku tulisnya. Sore ini terasa begitu panas meskipun ia sudah membuka jendela lebar-lebar. Kido akhirnya tak kuat dan membuka bajunya hingga kini ia bertelajang dada sambil terus mengipasi dirinya. Tak lama setelah itu, dia tertidur pulas karena kelelahan.

Mata Yura melebar sempurna saat melihat Kido hanya memakai boxer bergambar spongebob. Yura cepat-cepat menutup kedua matanya sambari berjalan perlahan menuju Kido. Ia menarik selimut untuk menutupi dada Kido yang terekspose dengan jelas.

"Dasar cowok aneh! Bisa-bisanya dia tidur nggak pakek baju." Yura mendesis kesal.

Dalam keadaan setengah mengigau, Kido menghempaskan selimut yang membuat tubuhnya kembali gerah. Mata Yura kembali terbelalak lebar. Ia menelan ludah lalu menggigit sendiri bagian bawah bibirnya. Imannya mulai goyah saat ia mengamati dada Kido yang berbentuk kotak-kotak.

'Ra, mendingan sekarang lo keluar dari kamar sebelum elo hilang akal,' pikir salah satu sisi dari diri Yura.

'Ra, sosor aja! Tancap gas! Lagian, Kido itu suami elo. Udah berlabel halal menurut hukum dan agama,' pikir satu sisi diri Yura yang lain.

'Enggak, Ra. Kalau elo nyosor duluan, entar elo dikira cewek berotak mesum.'

'Nggak apa-apa, Ra. Rebahan dikit di dada Kido, nggak ada salahnya. Dia itu suami elo.'

'Ra, lebih baik lo keluar kamar sekarang daripada elo entar kepergok memandangi dada kotak-kotak itu. Apa lo nggak malu?'

Yura menggeleng kuat-kuat. Ia tidak bisa memungkiri kalau dirinya bernafsu saat melihat dada Kido yang begitu sixpack. Tapi ia juga tak mau terlihat memalukan di depan Kido. Setelah mengumpulkan akal sehatnya yang sempat hilang, Yura mengangguk meyakinkan diri dan keluar dari kamar.

Kido terbangun dari tidurnya. Ia melihat pintu kamar mandi yang terbuka. Sambil menggaruk rambut, ia memasuki kamar mandi tersebut untuk membersihkan diri dari keringat. Setelah selesai, ia keluar menuju ruang makan, barang kali Yura sudah menyiapkan makan malam untuknya. Kido tersenyum senang melihat Yura yang terlihat asyik memasak, lalu ia memeluk Yura dari belakang.

"Aaaaarrrghh!" teriak Yura lalu mendorong Kido jauh-jauh. Ia cepat-cepat menutup kedua matanya.

"Kenapa, Ra?" tanya Kido keheranan.

"Kenapa kamu cuma pakek boxer doang?" omel Yura.

"Aku kan udah bilang kalau aku merasa gerah. Makanya aku malas pakek baju."

"Cepetan pakek baju sana! Kalau enggak, aku bakal pergi dari rumah ini dan nginep di rumah Hilda," ancam Yura menaikkan volume suaranya.

"Kok gitu? Emangnya kenapa kalau aku nggak pakek baju?"

"Kamu gila? Apa kamu nggak tau malu? Kamu tuh cowok dan aku ini cewek."

"Iya. Aku tau kalau aku cowok dan kamu cewek. Siapa bilang kalau aku cewek dan kamu cowok?" tanya Kido masih tak mengerti apa yang membuat Yura masih menutup matanya rapat-rapat.

"Kalau kamu tetap nggak mau pakek baju, ya udah. Aku pergi." Yura meraba-raba jalan yang akan dilaluinya lalu ia menabrak meja dan mengerang kesakitan.

"Ra, kamu nggak apa-apa kan?" Kido langsung panik dan memapah Yura untuk duduk di kursi.

"Kamu udah pakek baju belom?" Yura masih saja menutup kedua matanya.

Kido terkekeh saat akhirnya ia tahu tentang hal apa yang Yura takutkan. "Apa kamu takut melihat dadaku yang sexy?" goda Kido sembari menyeringai nakal.

"Enggak," kilah Yura berbohong.

"Jangan-jangan ... kamu takut nafsu sama aku."

"Enggak!" lagi-lagi Yura mengelak cepat.

"Kalau kamu nggak nafsu sama aku, cepat buka mata kamu sekarang!" Kido melipat tangan sambil tersenyum melihat kelakuan lucu istrinya.

"O ... oke," sahut Yura enggan. Perlahan, Yura membuka satu per satu matanya secara perlahan. Ia berdehem saat melihat Kido yang berdiri di hadapannya dengan bertelanjang dada.

"Jujur aja kalau kamu nafsu sama aku. Lagian kalau istri nafsu sama suami, itu hukumnya nggak dosa."

"Enggak. Aku nggak nafsu kok!" elak Yura berbohong. Ia lagi-lagi menelan ludah saat mengamati dada Kido yang berbentuk kotak-kotak.

Kido menarik tangan Yura dan meletakkannya ke dadanya. "Gimana? Masih mengelak kalau kamu nafsu?"

Yura melepaskan tangannya dan berlari menuju dapur saat hidung mencium bau gosong. Ia kelabakan mematikan kompor. Kido berdecak sambil menggelengkan kepala. Ini adalah pertama kali Kido melihat Yura menggosongkan panci.

"Istri, kalau gosong gitu, makan sendiri aja. Aku bakal pesan pizza sama burger," kata Kido.

Yura menghela napas kecewa lalu memindahkan panci tersebut ke wastafel setelah membuang masakannya ke dalam tong sampah. Sedangkan Kido memesan berbagai macam makanan yang tersedia di aplikasi kesukaannya.

"Istri, kamu mau pesan apa?" Kido asyik menyentuh layar ponselnya.

"Seblak level lima, kebab, sama martabak," sahut Yura sembari mencuci panci yang ia buat gosong tadi.

Tak lama menunggu, terdengar bunyi bel dari luar pintu. Yura menunjuk pintu dengan dagunya, memberikan isyarat pada Kido untuk membuka pintu.

"Kamu nyuruh aku?" Kido menunjuk dirinya sendiri.

"Iya. Aku nyuruh kamu. Masa' aku nyuruh setan," sahut Yura judes.

"Tapi aku kan nggak pakek baju, Ra."

"Bukain pintu atau aku bakal ngambek?"

"Iya deh iya." Kido mengambil dompetnya dan berjalan malas menuju pintu lantas membukanya.    

KIDO VS YURA [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Onde histórias criam vida. Descubra agora