:: LIMA PULUH TIGA

5.7K 411 37
                                    

Terlihat tiga orang cowok tengah berlari mengelilingi lapangan basket. Bukan, bukan karena mereka sedang jam pelajaran olahraga, tetapi apa lagi kalau bukan sedang menjalankan hukuman.

Matahari belum sepenuhnya naik. Akan tetapi, panasnya terasa menusuk ke dalam kulit. Ketiga cowok itu dihukum bukan tanpa alasan.

Farel membisikkan sesuatu pada Andre dan Bagas, entah apa yang sedang mereka bicarakan saat ini, yang jelas setelahnya, mereka mengangguk setuju.

“Pak Yanto, tunggu!”teriak Bagas yang berlari ke arah gerbang diikuti, Farel dan Andre di belakangnya.

Seorang satpam paruh baya menggelengkan kepala pelan, bel masuk berbunyi lima menit yang lalu dan dirinya baru saja menutup pintu gerbang.

Pak Yanto, memperhatikan tiga cowok yang saat ini berdiri memegangi gerbang.

“Pak, bukain,  dong.” Pinta Farel.

“Iya, Pak. Kalau, Bapak bukain pintunya nanti di traktir sama, Farel nasi padang.” Celetuk Andre yang langsung mendapat pelototan dari Farel.

“Kok, jadi, gue?”

“Stt, boongan doang.” Andre menempelkan jari telunjuknya di hidung.

“Wah, parah. Boong itu dosa,” Farel kini menatap Pak Yanto yang berdiri di sisi lain dari gerbang, “iya, kan, Pak?”

“Lo, bisa kompak dikit nggak, sih?” sewot Andre.

“Cukup! kalian kenapa jadi, berantem?” Pak Yanto menatap Farel dan Andre bergantian.

Di sisi lain, Bagas mengedipkan matanya, memberi kode. Ia mengangkat beberapa kunci di tangannya, yang salah satunya kunci untuk membuka gerbang.

Kunci yang berhasil, ia ambil diam-diam saat, Farel dan Andre mengalihkan perhatian satpam tersebut.

Farel dan Andre tersenyum tipis.

“Pak, dipanggil kepala sekolah, tuh.” Farel menunjuk asal membuat, Pak Yanto menoleh ke belakang dan saat itu pula, Bagas membuka gerbang.

“Kita duluan, ya, Pak.” Seru ketiganya bersamaan saat berhasil masuk.

Tiga cowok itu berlari dengan tawa yang memenuhi sepanjang koridor yang mereka lewati.

Brukk!

“Mampus,” gumam Andre.

“Farel! Andre! Bagas!” bentak seorang guru yang tidak sengaja mereka tabrak.

“Aduh, maaf, Bu, nggak sengaja,” ucap mereka sambil mengumpulkan beberapa kertas yang jatuh berserakan.

“Kalian ini kenapa, sih, lari-larian?” guru itu membenarkan kemeja yang, ia kenakan.

“Kalian, Ibu hukum!”

Ketiganya berdecak kesal.

“Kok, dihukum? Kita, kan nggak sengaja nabrak, Ibu.” Andre tidak terima.

“Tau kenapa, Ibu hukum kalian?” ketiga cowok itu hanya saling pandang, “Yang pertama, kalian baru berangkat, kan? Berarti kalian terlambat.”

“Baru sampai, Bu, bukan baru berangkat,” ujar Farel santai.

Guru tersebut tidak memedulikan perkataan Farel, “Dan yang kedua, kalian udah nabrak, Ibu.”

Farel menyeka bulir-bulir keringat yang mulai menetes di pelipisnya. Mata birunya menyipit ketika, ia mendongakkan kepala.

Seharusnya, ia tadi tidak berangkat ke sekolah jika hanya dihukum seperti sekarang. Farel menolehkan kepala ke belakang, melihat Andre dan Bagas yang juga sedang berlari kecil ke arahnya.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang