:: DELAPAN BELAS

7.4K 671 42
                                    

“Kerjakan sendiri, kamu mau saya hukum?” ucap Bu Endah yang masih menatap Farel.

Cowok itu mengangkat kepalanya, “Mending saya dihukum aja, deh, Bu daripada saya di sini nggak ngerjain.”

“Farel!” Bu Endah memelototkan matanya menbuat seisi kelas terkekeh pelan, sementara Farel sudah nyengir tanpa dosa.

Seisi kelas mendadak hening, semua menatap serius kertas yang ada di depan mereka kecuali satu orang.

Cowok itu hanya memandangi kertas ulangannya dan terdengar satu helaan napas setelahnya.

Ia menolehkan kepalanya ke seluruh ruang kelas, matanya seakan mengintimidasi siapa yang bisa ia mintai jawaban dan kini matanya terfokus pada seorang gadis yang duduk di samping kirinya.

Vivi-gadis dengan rambut sebahu sekaligus bendahara kelas yang sangat galak apalagi jika sudah beradu mulut dengan Farel.

“Sstt, Vivi,” lirih Farel.

Gadis itu tidak menoleh sedikitpun, matanya masih terfokus pada lembar soal miliknya.

Farel mengacak rambutnya sendiri. Namun, detik berikutnya seulas senyum miring terlihat jelas di wajah cowok itu saat matanya melihat sebuah karet gelang tergeletak di lantai.

Farel menunduk dan mengambilnya.

Kedua tangannya kini memegang karet gelang itu, mengarahkannya pada seseorang, matanya menyipit fokus agar jepretannya tidak salah sasaran.

“Satu ..., dua ...,” cowok itu mulai menghitung lirih,“tiga....”

Pret!

“Aduhh,” gadis itu mengusap lengan kanannya.

“Kena!” cowok itu tersenyum saat jepretannya tepat sasaran mengenai lengan kanan Vivi.

Vivi mengambil karet gelang berwarna hijau yang tadi mengenai lengannya lalu menoleh ke arah Farel.

Seakan gadis itu sudah tahu ini ulah siapa lagi kalau bukan Farel.

Vivi menatap tajam ke arah Farel yang hanya cengegesan.

“Nomer enam apaan?” bisik Farel, jari tangannya menunjukkan angka enam pada gadis itu.

“Tau!” ketus Vivi yang kembali menolehkan kepalanya ke depan.

“Pelit amat, dah, satu, doang juga. Ntar gue bayar kas, dah.”

Vivi yang masih dapat mendengar suara Farel menoleh ke arah cowok itu.

“Bener, ya, awas kalo, lo bohong,” ancam Vivi dengan tangan menunjuk ke arah cowok itu.

Farel memutar malas bola matanya, “Iya-iya.”

“Anak orang kaya tapi, suka nunggak bayar kas, ” cibir gadis itu dengan wajah menatap Farel malas.

‘”Iyaa, berisik banget, dah. Apa buru? Ntar gue bayar kasnya double, deh.” Farel memajukan dagunya.

📝📝📝


Menit berikutnya cowok itu mengangkat tangannya, membuat Bu Endah yang tadinya terfokus pada laptop di hadapannya mengalihkan pandang ke arah cowok itu.

“Kalo udah selesai boleh keluar, kan, Bu?” tanya cowok itu membuat seisi kelas langsung menatap dirinya.

“Iya, tapi, harus benar semua.”

Cowok itu memutar bola matanya malas dan berjalan ke depan menuju meja guru itu dengan tangan kanannya membawa lembar jawab miliknya.

“Udah selesai, lu, Rel?” tanya Bagas tidak percaya.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang