:: DUA PULUH DUA

7.3K 512 41
                                    

Manik mata cokelat madunya menatap lurus ke depan, terfokus pada papan tulis yang kini dipenuhi dengan rumus-rumus matematika.

Namun, pikiran Audy tidak lagi memikirkan bagaimana angka-angka itu bisa dimasukkan ke dalam rumus dan akhirnya menghasilkan angka berbeda, tetapi pikirannya kembali pada kejadian empat puluh enam menit yang lalu.

Saat dirinya bisa dengan jelas melihat Farel senang bertemu gadis itu.

Bukannya Audy tidak suka melihat Farel senang, tetapi dirinya hanya takut.

Takut jika sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi.

Audy menggelengkan kepalanya berusaha mengusir cowok itu dari pikirannya.

Gadis itu menolehkan kepalanya ke kiri dan menatap Farel yang duduk pada bangku di baris kedua dari belakang, bersebelahan dengan Bagas.

Farel yang awalanya terfokus menatap papan tulis kini mengalihkan pandangannya ke arah Audy.

Untuk beberapa detik mata keduanya saling terkunci entah mereka menyadari hal itu atau tidak.

Yang jelas itu membuat jantung Audy berdebar hebat.

Apa mungkin Audy suka pada Farel?
Ah, tidak. Itu tidak mungkin. Audy menggelengkan kepalanya sekali lagi lantas mengalihkan pandangannya.

📚📚📚


Kelas sudah sepi, meninggalkan Audy sendirian yang sedang membereskan buku-bukunya dan memasukkan semua ke dalam tas.

Detik berikutnya gadis itu keluar dan berjalan menuruni anak tangga dengan tas di punggungnya.

Sekolah belum terlalu sepi masih ada anak-anak yang mengikuti kelas tambahan.

Masih ada yang belum pulang karena harus menyelesaikan tugas kelompok atau hanya sekadar ngobrol.

Saat gadis itu berjalan melewati lapangan basket tanpa sengaja matanya menangkap tiga cowok sedang bermain basket. Mereka belum pulang.

Gadis itu berhenti sejenak, matanya terfokus pada cowok berambut cokelat yang kini berlari sambil men-driblle bola berwarna oranye.

Cowok itu melompat, berhasil memasukkan bola ke dalam ring hanya dengan satu tangannya dan itu terlihat sangat mudah bagi cowok itu.

Ketiga cowok itu tertawa sesaat,  membuat Audy ikut menarik lengkungan di bibirnya.

Namun, senyum di wajahnya memudar saat ia melihat seorang gadis yang Audy kenal beberapa jam yang lalu berjalan mendekat ke lapangan.

Blinda.

Tangan gadis itu memegang sebotol air mineral, tangannya melambai ke arah ketiga cowok itu, tetapi Audy tahu dengan siapa sebenarnya gadis itu tersenyum sekarang.

Blinda memberikan sebotol air mineral itu pada Farel dan entah mengapa hal seperti itu mampu membuat hati Audy menjadi campur aduk sekarang.

Audy bergeming di tempatnya sampai pada akhirnya cowok itu melihat Audy yang terdiam.

Mata keduanya bertemu, dengan cepat Audy melengos dan melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu.

Baru beberapa langkah gadis itu berjalan tangannya sudah ditarik dari belakang membuat Audy hampir saja terjatuh.

“Ih, apaan, sih!” sewot Audy menolehkan kepalanya ke belakang.

Mata gadis itu membulat sempurna saat menemukan sosok itu memegang lengannya.

Orang itu menautkan kedua alis yang menaungi mata tajamnya.

Audy menjadi salah tingkah sendiri, gadis itu mengaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang