:: EMPAT PULUH DUA

6.7K 486 91
                                    


Yoo, Kei balik lagi ayeyyy
Lama ya? Maaf deh

Siapa yang kangen Raffa sama Farel?

Atau kangen kei? Muehehe


Vote dulu sebelum baca
Happy reading ❤

*

*

*



Audy keluar dari rumah setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya.

Dahinya mengernyit saat melihat seorang cowok sedang duduk di atas motor ninja berwarna merah. Pasalnya Audy tidak janjian dengan cowok itu semalam, tetapi sekarang cowok berambut cokelat sudah ada di halaman depan rumahnya.

Cowok itu tersenyum saat melihat Audy.

“Farel?” gadis itu mendekat, “Kamu ngapain di sini?”

“Jemput pacar aku yang paling cantik,” ucap Farel sambil tersenyum manis.

Audy tersipu hanya dengan mendengar Farel mengucapkan kalimat seperti itu, “Ih, apaan, sih.”

Farel mengangkat sebelah alisnya, “Kamu kenapa, sih? Emang yang aku maksud pacar itu, kamu?”

“Farel, ngeselin banget!” Audy memukul lengan cowok di hadapannya sambil mengerucutkan bibirnya.

Farel kembali terkekeh, “Bercanda, ayo, naik nanti telat.”

Bibir Audy yang mengerucut perlahan berubah menjadi senyum manis.

                            👟👟👟

Raffa memainkan sedotan di gelas minumannya, pandangan cowok itu lurus ke depan.

Banyak hal yang memenuhi pikirannya, mulai dari yang tidak penting seperti mengapa dirinya memesan jus melon, padahal dirinya tidak suka. Sampai ke hal yang membuat pikirannya kacau seperti kejadian tadi malam.

Blinda yang saat itu duduk di hadapan Raffa, mengernyitkan dahinya. Tidak seperti biasanya cowok itu terlihat pendiam dan terkesan murung, padahal biasanya Raffa suka jahil dan tidak bisa diam.

“Raffa,” panggil Blinda namun, tak didengar oleh cowok itu.

Gadis berambut sebahu itu memutar bola matanya jengah, “Raffa!” panggilnya lebih keras.

Raffa hanya membalasnya dengan tatapan ‘apa’ pada Blinda.

Blinda mendengus, “Kamu kenapa, sih, diem aja? Katanya tadi mau nemenin aku sarapan di kantin, nah ini malah aku didiemin. Kamu Sakit perut?”

“Nggak pa-pa,” ujar Raffa malas.

“Idih, kayak cewek aja. Kalo ditanya jawabnya nggak pa-pa,” Blinda memasukan sesendok bubur ayam ke dalam mulut.

“Kamu marah sama aku?” tambah Blinda, takut jika Raffa marah karena ia paksa menemani Blinda sarapan.

Raffa mengalihkan pandangannya pada Blinda seraya mengangkat satu alisnya, “Enggak.”

Raffa mengigit sedotan yang sedari tadi ia mainkan, sampai ujung sedotan itu sudah tak berbentuk lagi.

“Kamu bisa cerita sama aku kalo kamu mau,” ucap Blinda tiba-tiba seakan tahu ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya itu.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang