:: TIGA PULUH ENAM

7.3K 544 102
                                    

Akhirnya, after all this time wkwk
Jangan lupa tinggalin vote dan comment kalian.
Happy reading ❤

-----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------

“Aww,” pekik Farel, “sakit, bego!” sewot cowok itu saat Raffa dengan sengaja menekan luka di sudut bibir Farel.

Raffa berdecak, menatap malas ke arah Farel. “Siapa suruh berantem,” ketus Raffa.

Tangan Raffa kembali membersihkan luka di wajah Farel dengan kapas basah, sedangkan Farel sejak tadi menolak untuk diobati, tetapi Raffa tetap keukeuh akan mengobatinya.

Padahal biasanya Farel membiarkan lukanya sembuh sendiri. Entah dia harus bersyukur atau malah menyesal mempunyai saudara seperti Raffa.

Farel kembali meringgis karena lukanya malah tambah perih saat Raffa membersihkannya dengan alkohol.

“Dia yang mulai.”
Mata Farel menunjukkan kilat kemarahan ketika mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.

Saat dirinya bertemu dengan Rio, Farel bahkan masih dapat mendengar kalimat yang diucapkan cowok itu.

“Lo itu pembunuh. Lo udah bunuh kakak kandung, lo sendiri! Dan yang paling penting, lo udah rebut dia dari gue.”

Kalimat itu masih berputar di otak Farel. “Shit!” gumamnya.

“Lo bisa nggak, sih. Sebentar aja nggak berantem?” Raffa berucap kesal melihat Farel yang sangat sering berkelahi.

Tangannya kembali menekan luka cowok itu. Farel mendorong Raffa yang duduk di sebelahnya karena Raffa terlihat tidak ikhlas mengobati lukanya.

“Udah. Gue nggak mau lagi lo obati.” Cibirnya, berlalu masuk ke dalam kamar, meninggalkan Raffa yang hanya bisa menghela napas.

Farel menjatuhkan badannya ke atas ranjang, tubuhnya terasa sakit semua ditambah dengan wajahnya yang mulai terasa kaku.

Pikiran cowok itu berputar-putar, ia berusaha memejamkan matanya sejenak melupakan semua hal yang tidak penting dan menganggu dirinya.

***

“Rel, bangun.” Raffa menepuk kaki Farel yang sedang tidur dengan posisi tengkurap.

Raffa mendudukkan pantatnya di atas tempat tidur Farel.

Terdengar dengkuran pelan dari cowok itu, sebenarnya Raffa tidak tega membangunkan Farel karena saudaranya itu terlihat begitu damai dalam tidurnya, tetapi mau bagaimana lagi Raffa tetap harus membangunkan saudaranya itu.

“Rel,” ulang Raffa.

Sesaat setelahnya Farel sedikit membuka matanya, ia menoleh ke arah cowok yang kini menatapnya.

“Ini hari apa?” tanya Farel dengan suara serak khas orang bangun tidur.

“Lo udah tidur tiga hari,” ucap Raffa tenang.

Farel kini benar-benar membuka matanya, ia sedikit bangun dari posisinya semula.

“Hah, serius?” Farel menjadi panik sendiri.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang