:: LIMA PULUH SATU

5.8K 480 48
                                    

Audy berdeham sebelum membuka mulutnya, “Vivi,” panggil Audy.

Vivi yang saat itu duduk di hadapan Audy pun mengangkat kepalanya, “Kenapa?”

“Farel, dari kapan nggak masuk sekolah?” tanya Audy to the point lantas mengigit tempe goreng miliknya.

Hari ini, Audy membawa bekal nasi dari rumah begitu juga dengan Vivi.

Vivi menelan makan siangnya, sebelum berucap, “Emm, tiga hari kalau nggak salah,” ujarnya masih terlihat seperti mengingat-ingat.

Sesaat, Audy menoleh ke belakang, tepatnya menatap bangku yang biasa Farel duduki, “Kenapa, dia nggak berangkat?” tanya Audy lagi.

Vivi memutar bola matanya, “Mana gue tau. Gue, kan bukan emaknya. Lo, pacarnya masa nggak tau dia kemana?”

Tidak heran jika, Audy menanyakan kemana cowok itu, pasalnya sudah tiga hari sejak, Audy kembali diperbolehkan berangkat ke sekolah,  dirinya tidak pernah ketemu dengan Farel.

Bahkan dia juga tidak melihat tanda-tanda, Farel di sekolah. Audy terdiam untuk beberapa saat, memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi.

Apa, Farel benar-benar pergi seperti yang, Audy katakan saat itu? Apa cowok itu sudah tidak mau lagi bertemu dengan, Audy? Farel, benar-benar membenci Audy sekarang?

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berusaha memyingkirkan segala pemikirannya tersebut.

Audy, menutup kotak nasi berwarna biru miliknya, padahal, ia baru memakan bekalnya beberapa suap. Setelah menyimpan tempat makannya, Audy beranjak.

“Eh, Audy mau kemana?” tanya Vivi bingung.

“Ada urusan bentar,” teriak Audy seraya berlari kecil keluar kelas.

Rambut panjang, Audy yang dibiarkan tergerai bergerak ke kanan dan kiri ketika, ia berjalan dengan langkah tergesa-gesa.

Kepalanya menoleh ke sana kemari mencari keberadaan seseorang. Tak jarang keluar decakan kesal dari mulut Audy ketika, ia tidak menemukan orang itu, padahal Audy sudah pergi ke tempat dimana biasanya cowok itu berada.

Audy sudah lelah mencari ke seluruh penjuru sekolah.

Audy kini berhenti di salah satu koridor, kedua tangannya ia letakkan di pinggang. Manik mata cokelat madunya menjelajahi setiap sudut.

Sampai pada akhirnya, Audy membulatkan matanya saat orang yang sedari tadi, ia cari lewat begitu saja di sebelahnya dan tanpa menyapa Audy.

“Raffa,” panggil Audy, ia berlari kecil berusaha menjangkau cowok itu.

“Raffa, tunggu.” Seru Audy dan berhasil membuat cowok itu menghentikan langkahnya.

“Kenapa?” tanya Raffa menatap gadis yang sekarang berdiri di depannya.

“Aku mau tanya sama kamu.”

“Tanya apa?”

Audy menghela napas pelan, “Farel, kemana? Kok, udah tiga hari ini nggak berangkat ke sekolah?” pertanyaan itu keluar dengan lancarnya dari mulut Audy.

Cowok di hadapan, Audy tampak mengerutkan dahinya, Raffa menatap Audy dengan tatapan mengintimidasi.

“Kenapa, lo nanyain Farel?” cowok itu menyipit, “lo, sendiri, kan yang ngomong kalau nggak mau ketemu sama dia lagi?”

Audy membuang pandangannya sesaat, ia dapat mendengar nada bicara Raffa yang tidak seperti biasanya.

“Em, aku cuman mau tau gimana keadaan dia.”

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang