:: EMPAT PULUH EMPAT

5.8K 470 67
                                    


Audy masih sesengukan di dalam kamarnya. Sejak pulang sekolah tadi, Audy mengurung diri di dalam kamar bahkan ia melewatkan makan malamnya.

Wajah gadis itu juga sudah acak-acakan, mata sembab, rambut tidak disisir rapi, wajahnya memerah dan jangan lupakan kamar yang tadinya rapi sekarang sudah berantakan.

Audy duduk di lantai beralaskan karpet berwarna merah muda, matanya menatap layar handphone yang menampilkan foto dirinya bersama seorang cowok.

Siapa lagi jika bukan Farel.

Audy meraba pelan layar ponselnya, setiap melihat foto Farel ia selalu merasa bersalah.

Bersalah karena ia sudah memutuskan hubungan dengan Farel tanpa memberi tahu Farel apa alasan Audy memutuskan cowok itu.

Farel baik? Tentu.

Farel romantis? Tidak.

Farel tidak romantis, tetapi Farel bisa membuat Audy tertawa dengan hal-hal kecil yang Farel perbuat.

Audy belajar banyak hal dari Farel dan sekarang Audy justru melepaskan orang yang sangat ia sayangi begitu saja.

Audy, bodoh. Tidak seharusnya ia melakukan ini semua.

Audy tidak mau Farel menjadi milik orang lain, tidak, ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya ketika melihat Farel tertawa dengan gadis lain dan bukan dengannya.

Jika saja bukan orang itu yang meminta Audy menjauhi Farel dan jika saja ini semua bukan untuk Farel, Audy tidak akan pernah melepaskan Farel.

Air mata Audy semakin menetes, mengingat kejadian siang tadi. Audy tahu perasaan Farel, bahkan ia masih ingat tatapan Farel yang tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya pada Audy.

Gadis bermata cokelat madu itu sudah siap, siap jika Farel akan membenci dirinya. Toh, ia melakukan ini semua demi kebaikan Farel.

Audy melempar ponselnya ke sembarang tempat, ia memeluk kedua lututnya. Kepala gadis itu menunduk, matanya yang sudah perih karena menangis seharian ia pejamkan rapat.

Ingatannya memutar semua kenangan yang pernah ia lewati bersama Farel.

Kenangan saat Farel memarahi dirinya di awal pertemuan mereka lalu ketika Farel hampir menabrak dirinya malam itu, juga saat Farel mengajak Audy ke rumah pohon dan membuat Audy melihat sisi rapuh cowok itu.

Audy bahkan masih sangat ingat hari dimana mereka resmi pacaran hingga ingatannya sampai pada kejadian siang tadi.

Cairan bening itu seakan tidak pernah habis keluar dari pelupuk mata Audy. Di kepalanya kini terngiang bayangan cowok itu, cowok yang berhasil membuat Audy menjauhi Farel.

Jika cowok itu tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Audy, dirinya tidak akan mau menuruti perkataan cowok itu.

‘Lo putusin dia and he’ll be alright tapi, kalo lo tetap pertahanin dia. Lo bakal kehilangan dia buat selamanya!’

“Aaaaa,” Audy memekik, kedua tangannya memegang erat rambutnya. “AKU BENCI KAMU!”

“Katanya, kamu sayang sama aku tapi,  kenapa kamu tega lakuin ini! kenapa kamu tega buat aku kehilangan orang yang berharga dalam hidup aku! Apa itu yang dibilang sayang?” wajah Audy semakin memerah.

“Aku minta maaf, Farel.” Lirih Audy bersamaan dengan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya, lagi.

Ia tidak peduli jika besok ia berangkat sekolah dengan wajah mengerikan karena ia menangis sangat lama.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang