:: SEMBILAN BELAS

7.6K 604 33
                                    

Cowok berambut cokelat masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang sedari tadi ditekuk, memang sikapnya seperti anak kecil.

Ia tidak iri dengan saudaranya yang selalu dibangga-banggakan oleh ayahnya.

Mereka memang kembar, tetapi bukan berarti mereka harus sama.

Kenapa saudaranya selalu dianak emaskan, sedangkan dia?

Bahkan dia hanya dianggap sebagai pembuat masalah di rumah ini.

Tangan Farel menyambar jaket yang tersampir di kursi lalu mengambil kunci motor yang sudah tergeletak di meja belajarnya.

Sejurus kemudian, Farel keluar dari kamar yang didominasi dengan warna hitam-putih itu.

Kakinya berjalan cepat menuruni satu per satu anak tangga. Menimbulkan suara saat sepatunya beradu dengan lantai tangga.

Enam anak tangga lagi yang harus ia turuni namun, seorang cowok yang hampir saja menabraknya membuat Farel menghentikan langkah kakinya.

Mata tajam Farel menatap wajah cowok yang masih berdiri di depannya.

Detik berikutnya Farel berjalan melewati cowok itu tanpa memedulikannya.

“Mau kemana?” tanya cowok itu menoleh menatap Farel yang melangkah lebar.

Farel menghentikan langkah kakinya saat dirinya sudah ada di depan pintu dan hendak membukanya.

“Bukan urusan, lo.” Ketus Farel sambil membuka pintu.

Raffa memperhatikan punggung Farel yang berjalan menjauh darinya sampai dia hilang di balik pintu.

Raffa menghela napas pelan.

“Lo benar-benar udah berubah, Rel.” Lirih Raffa.

***

Cowok bermata biru melajukan motornya menembus gelapnya malam. Tanpa memedulikan hembusan angin yang menusuk hingga menembus jaket yang dikenakannya.

Mata tajamnya menatap lurus ke depan. Namun, pikirannya sudah pergi entah kemana.

Tangannya menarik rem cepat, cowok itu tersadar dari lamunannya saat seorang gadis menyebrang jalanan tanpa memperhatikan kanan dan kirinya.

Gadis itu menutup wajahnya karena terkejut sekaligus merasa silau dengan lampu motor cowok itu, sedangkan Farel sudah menghentikan motornya tanpa menyenggol gadis itu sedikitpun.

Farel menghela napas.

“Woy,” sewot cowok itu.

Gadis itu menurunkan kedua tangan yang sedari tadi ia gunakan untuk menutup wajahnya. Kepalanya menunduk takut.

“Audy?” ujar Farel saat tahu siapa yang ada di depannya sekarang.

Audy mendongakkan kepala, menatap cowok yang masih duduk di atas motornya.

“Farel? Em, maaf tadi aku nggak liat jalan. Yaudah, kalo gitu aku permisi, sekali lagi, maaf.” Gadis itu hendak melangkah pergi.

“Tunggu,” Farel melepas helm full-face-nya dan turun menghampiri gadis itu.

“Kenapa buru-buru?”

“Em, anu itu,” Audy tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada cowok yang kini sudah ada di depannya.

Farel menaikkan sebelah alisnya menatap gadis yang lebih pendek darinya.

Tangan kanannya meraih tangan gadis itu yang terasa hangat walaupun udara malam ini begitu dingin.

[TBS 1] : Everything [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang