Turn to Sweetest Thing

Start from the beginning
                                    

Kali ini aku benar-benar nggak bisa tidur lagi. Semua sarafku terjaga.

"Dia tahu?"

Heath duduk di sebelahku. "Kamu menghilang dari radarnya. Tentu saja dia panik. Kukira semalam dia masih pergi dengan istrinya. Dia dan Savanna menghadiri makan malam dengan teman-teman mereka."

"Teman? Bukannya mereka nggak punya teman?"

Dia tertawa. "Aku juga heran. Savanna punya beberapa teman dari klinik dokter anak. Hanya orang-orang biasa. Kurasa, mereka juga tidak ingin kesepian." Heath memainkan ujung telunjukku. "Dia tidak bilang ke istrinya. Drey memakai waktu lari pagi untuk ke rumahmu. Kita cuma punya waktu tiga puluh menit untuk ke rumahmu. Bagaimana?"

"Gue mau bilang ke Drey untuk nggak ngurusin kita."

"Dia memang ingin terus menjagamu, Little bee. Mereka menyayangimu."

"Tapi, ini kan keterlaluan. Apalagi kalau mereka nyakiti lo."

Heath menelan ludah. "Mereka tidak akan menyakiti kita. Mereka hanya akan membawamu ke tempat yang tidak bisa kusentuh."

"Contohnya?"

Heath merapatkan bibirnya sampai terlihat hanya satu garis saja. Sambil terus memainkan ujung jariku, dia berkata, "aku tidak tahu apa yang kulakukan ini benar. Kadang aku berpikir kalau kamu adalah kesalahan, Little bee. Seharusnya aku tidak mendekatimu."

Aku jadi ikut menunduk, mencubit-cubit seprai yang kusut. Pikiranku kosong dan sakit. Baru semalam kami jadian, haruskah sekarang kami pisah gara-gara Drey?

"Aku harus pergi, Little bee. Aku harus mempersiapkan kepindahan Drey tahun depan. Ada banyak hal yang harus dilakukan."

"Dia pindah ke mana?"

Heath menarik bibirnya. "Biasanya aku tidak pernah membocorkan misiku."

"Ah, lo. Paling gue diseret juga diajak pindah sama mereka."

Dia tertawa. "Kupikir juga begitu." 

Dia menarik napas dalam-dalam. Dipilinnya ujung rambutku dengan telunjuk dan jempol. "Apa tidak apa-apa kalau kita berpisah dalam waktu yang lama? Aku tidak akan menghubungimu sama sekali."

"Seperti kemarin?"

"Seperti kemarin."

Aku mengangguk. Mau bagaimana lagi tu kan memang sudah pekerjaannya. Kurasa, Heath memang menyukai pekerjaan itu. 

"Kita akan berpisah di sini, Little bee. Kamu pulang dengan taksi dan aku akan pergi diam-diam."

"Taksinya kan tahu kalau gue dari sini."

"Tapi, taksi itu tidak tahu kalau aku ada di sini."

"Mbak resepsionisnya kan tahu."

"Dia bisu."

Bisu? Pantas dia nggak ngomong sama sekali kemarin.

"Gue kira lo kenal sama mbaknya."

"Waktu pertama ke sini, aku sudah menjelaskan kepadanya kalau setiap aku datang, aku akan terus memakai kamar ini. Kurasa, mereka tidak punya banyak pelanggan."

Aku tersenyum, bukan karena penjelasannya. Aku tersenyum karena dia tersenyum juga. Aku tersenyum karena dia memikirkan banyak hal. Dia cerdas sekali. Aku baru berpikir soal satu dua hal saja sudah pusing rasanya.

"Bersiaplah, Little bee."

Aku beranjak dari tempat tidur. Dia memegang tanganku. Mata birunya mendongak menatapku lama sekali.

Nasty Glacie (Terbit - Rainbow Books)Where stories live. Discover now