Retrouvailles

82 5 0
                                    

Hampa. Mungkin kata yang pas untuk menggambarkan apa yang kurasakan saat ini. Setelah ujian semester semua mata kuliah selesai, tidak ada yang bisa mengalihkan perhatianku dari rasa kosong ini. Rufan sudah kembali ke negaranya kemarin. Aku tidak tahu mau melakukan apa pun lagi. Semua terasa bagaikan mimpi bagiku. Rufan datang dan mengalihkan segala perhatianku, kemudian pergi dengan cepat seperti tak meninggalkan jejak. Kini pikiranku kembali terisi oleh satu orang. Vidi.

Aku merasa seperti harus menceritakan ke Vidi apa yang terjadi kemarin dan bagaimana hal itu berdampak padaku sekarang. Tapi, aku tidak berani menghubunginya lebih dulu. Aku takut dia akan mengabaikanku lagi, kemudian saat kami bertemu dia akan berkelit sedang sibuk dengan urusan kampusnya.

Origami. Iya, aku harus menulisnya di kertas origami dan membentuknya hati. Bukankah dulu aku yang bilang sendiri bikin origami itu melatih kesabaran dan emosi. Langsung saja kuambil kertas origami yang selalu kusediakan di meja belajarku dan juga pulpen. Aku pun mulai menulis.

Setiap orang punya kenangan dimana ia ingin kembali ke kejadian itu atau melarikan diri darinya. Semua kenangan itu ingin kuceritakan padamu karena pada masa itu, aku bisa melupakanmu dan menyingkirkanmu dari pikiranku, meski hanya sebentar. Hanya mereka yang mampu melakukannya dan dia juga tentunya.

Kulipat kertas origami berwarna merah yang menjadi kertas pertamaku hari ini. aku bingung mau memilih hitam atau coklat sebagai kertasku kedua. Hmmm hitam sajalah. Toh warna merah dan hitam terlihat bagus saat bersanding bersama.

Kini belum ada yang mampu melakukannya, aku hanya ingin kamu tahu itu, sampai kapan pun kamu selalu ada di hatiku. Ini semua bukanlah ucapan kosong. Andai saja semua perasaan yang kumiliki untukmu bisa kau rasakan juga, mungkin kamu akan tahu seberapa besar rasa sayangku padamu. Aku mungkin sangat sulit untuk mengakuinya dulu, tapi jika kau ada di hadapanku sekarang, aku tidak akan ragu untuk memberitahumu. Aku sangat mencintaimu.

Kulipat origamiku, sayang sekali, bentuknya tidak sempurna. Yasudah, toh nanti akan kecampur dengan origamiku yang lain. Kuambil lagi kertas origami, kali ini secara asal tanpa peduli pada warna. 

Tidak ada lagi yang bisa membuatku mengalihkan pikiranku darimu. Mereka sudah pergi. Aku tidak bisa menangis karena kenangan bersama mereka terlalu indah. Tidak ada satu pun yang mengucapkan perpisahan. Kami semua pergi ke arah yang berbeda.

Bagaimana cara yang lebih tepat untuk mengatakan bahwa aku merindukanmu? Jika saja mereka masih menjadi bagian hidupku mungkin aku tidak merasakannya lagi. Rasanya aku sudah tidak sanggup untuk menahan rindu ini.

Kubuka akun aplikasi sosial mulai dari yang bernuansa religi sampai komedi. Dirimu mengisi otakku kembali. Kata-kata galau yang kutemukan selalu cocok untuk situasiku ini. Bukan aku saja yang mencintai orang lain seorang diri. Banyak orang yang juga mengalami.

Kulipat tiga kertas origami yang sudah kutulis, syukurlah, bentuknya sekarang bagus. Bentuk origami itu menggambarkan situasi hati. Jika hatiku tidak tenang, bentuknya jadi tidak karuan. Beberapa origami buatanku ada yang tidak simetris saat aku membuatnya dalam keadaan terburu-buru.

Ponselku bergetar saat aku sedang memegang kertas origami yang akan kutulis. Angga menelepon. Aku mengangkatnya.

"Lu galauin siapa sih, Nay? Gue nggak usah digalauin kali. Ada yang nanya tuh sama gue." Suara Angga membuatku tersenyum. Cukup menghiburlah ternyata dia tahu perasaanku. Seperti punya radar saja. Angga si mantan ter-rese.

"Sapa? Temen lu? Ye kali. Tahu darimana lagi gue galau."

Angga malah terbahak-bahak mendengar ucapanku yang pesimis. Dia memang selalu seperti itu. Kadang saat aku sedang ingin tahu informasi tentang Vidi dia malah berusaha mengalihkan pembicaraan. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah membicarakan hal lain. Sekarang dia malah tertawa dengan puas. Bikin sebal.

Retrouvailles (TAMAT)Where stories live. Discover now