Ketika Sahabat yang Jadi Mantan Kembali Berteman

507 16 0
                                    

Di dalam hidupmu akan selalu ada orang yang paling menyebalkan, tapi tidak bisa dibuang dan masih tetap menyandang status teman. Bagiku orang itu adalah Angga. Dulu statusnya adalah pacar, lalu sempat jadi musuh, dan sekarang ia berhasil merebut kembali status awalnya sebagai seorang teman. Dari semua mantan, dia memang satu-satunya orang yang berhasil kumaafkan. 

Dia menyebalkan, tapi kadang dia sangat berguna dan dapat diandalkan. Dulu aku memiliki prinsip tidak akan bisa berteman dengan mantan. Lagi-lagi Angga berhasil mematahkan anggapan itu. 

Kami memang hanya berpacaran selama dua bulan. Bagi Angga itu waktu yang lama dan bagiku itu sangatlah singkat. Angga memang playboy. Ia sering bergonta-ganti pacar. Bodohnya aku yang masih tetap menerimanya saat ia menyatakan cinta. 

Awalnya aku tidak menyukainya, tapi tergoda oleh semua ucapan manisnya yang mengandung bisa ular kobra. Bisa itu mengandung madu bukannya racun. Tapi tetap saja ucapan Angga tidak pernah bisa dipegang lama-lama. Janji setianya hanya bertahan dua bulan. Kami putus karena dia selingkuh.

Vidi, sahabatku yang juga teman dekat Angga, berkali-kali membujukku untuk memaafkan Angga. Vidi pernah berjanji akan melukai orang yang menyakiti hatiku. Tapi lagi-lagi Angga selalu menjadi pengecualian. Angga memang sudah menyihir kami berdua. Entah pelet apa yang dia punya, tapi aku berani jamin tidak ada orang yang bisa membencinya terlalu lama.

"Nay, Naya!" aku mendecakkan lidah mendengar suara makhluk yang menyebalkan itu turun dari tangga. Padahal aku sudah sengaja tidak menghampiri ruang ujiannya tadi. "Bisa nggak ujiannya, Nay?"

Aku memutar tubuh. Angga dan Vidi berdiri di hadapanku saat ini. 

"Ngapa? Kalau nggak bisa, lu mau ngejek gue lagi?" aku balas bertanya dengan wajah menantang. Angga malah nyengir kuda. "Idih, ngapain lu ketawa begitu? Gigi lu nggak cocok buat iklan pasta gigi tau!" Angga masih tersenyum. Perkataanku tidak mengendurkan saraf pedenya. 

"Gue juga nggak tertarik jadi model iklan, takut terkenal," jawab Angga mengangkat kedua bahunya. Belum sempat aku membalasnya dia kembali berkata, "Nanti kalau gue terkenal lu nyesel lagi putus sama gue. Kan gue jadi nggak enak nantinya."

Aku menghela napas dalam-dalam, memandang Vidi dan Angga bergantian dengan wajah sebal. "Amit-amit deh, kepedean banget sih! Angga denger ya, gue sampe sekarang juga masih nyesel kenal sama lu. Apalagi punya mantan kayak lu. Ampun dah, udah setahun lebih kita putus gue nyeselnya nggak udah-udah loh."

"Salmanaya, nggak boleh gitu sama Angga." Angga menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengayunkan jari telunjuk ke kanan dan ke kiri. "Nanti lu kualat loh kalau pisah malah jadi kangen banget sama gue." 

Aku berpura-pura muntah. Ingin membalasnya, tapi tidak tahu harus berkata apa. Jadi aku hanya memutarkan bola mata.

"Lu dijemput Danar?" Vidi berhasil mengalihkanku dari Angga. 

"Nggak nih. Kata Unar, dia ada kelas seharian ini," jawabku cepat.  Unar adalah singkatan dari Uda Danar. Dia kakakku yang berbeda hanya satu tahun denganku. Tadi pagi dia sudah memperingatkanku agar tidak meneleponnya meminta jemput.

Vidi mengangguk, tersenyum sekilas. Meski sebentar aku bisa melihat deretan kawat behel yang terpasang di giginya itu. "Yaudah kalau gitu bareng gue aja," gumam Vidi memasukkan tangannya di saku celana abu-abunya. Ia menatap mataku sebentar lalu cepat-cepat memalingkan muka. "Gue langsung pulang kok. Jadi kalau mau pulang sekalian aja."

Retrouvailles (TAMAT)Where stories live. Discover now