Kita Teman

179 10 0
                                    

Tiga minggu setelah UN semua berjalan biasa saja. Bunda memang benar. UN selesai bukan berarti perjuanganku juga selesai. Ada ujian yang jauh lebih menegangkan daripada UN menanti di depan.
Ujian kali ini berbeda dengan UN karena tidak semua teman-temanku ingin dan diharuskan mengikutinya. Bisa dibilang takdir masing-masing pelajar dimulai di sini karena mereka bebas memilih. Ada temanku yang berencana langsung kerja tanpa kuliah. Ada yang memilih kuliah entah itu di dalam atau luar kota, atau bahkan luar negeri pun ada. Ada pula yang memilih untuk kerja sambil kuliah. Kami benar-benar bebas menentukan pilihan hidup kami sendiri setelah lulus.

Lulus SMA itu sama saja seperti semua keputusanmu sudah harus menjadi tanggung jawabmu sendiri. Tentu saja, bagiku yang memilih kuliah dan masih akan dibiayai orang tua, tanggung jawabku tidak hanya pada diriku sendiri, tapi juga kepada mereka. Aku tidak boleh mengecewakan mereka dengan pilihanku saat ini. Justru aku harus menunjukkan pada kedua orang tuaku bahwa aku mampu menjalaninya sampai akhir dan berjanji tidak akan berhenti di tengah jalan seperti yang ditakutkan Danar.

"Gimana, Yu?" tanyaku begitu Ayu menjawab pangilan telepon.
"Alhamdulillah lolos. Gue keterima di sastra Indonesia UI," jawab Ayu di ujung sana dengan suara yang terdengar lega dan gembira.
"WAH SELAMAT AYUUUUUUUUUU!!!" Aku ikut berseru bahagia.
"Makasih. Semoga lu juga sukses ujian tulisnya."

Ayu mulai memberikan petuah. Bukannya bermaksud mengabaikan hanya saja sebagian dalam diriku merasa hmmmmm iri. Aku iri dengan Ayu yang sudah tidak perlu bersusah payah mengikuti ujian hanya untuk menjadi seorang mahasiswi. Aku iri pada Ayu yang tidak perlu lagi berjuang memperebutkan sesuatu yang kutaktahu apakah akan memberikan senyuman lega atau air mata duka. Tapi aku tidak punya pilihan selain tetap berjuang sendirian.

"Nay, lu denger gue nggak?"
"Ah, iya denger kok," kataku berbohong. "Vidi sama Angga gimana?"

Angga dan Vidi juga mendapat tiket emas ke universitas. Seharusnya mereka sudah saling memberi kabar. Ketiga temanku itu seringkali merahasiakan dariku seputar pengurusan undangan karena tidak ingin aku merasa terbelakang.

Aku jadi teringat saat pengumuman siapa saja yang mendapatkan undangan. Aku menangis karena tidak mendapatkannya. Padahal aku tahu mana mungkin seorang Naya yang selalu mendapat nilai pas KKM dapat undangan. Keajaiban saja rasanya aneh jika berpihak padaku. Seisi sekolah bisa saja berdemo menuntutku.
Pada saat itu yang kuingat adalah aku menangis tak bisa berhenti. Sungguh itu memalukan harus menangis di kelas. Sendiri pula. Temanku yang pintar dan tidak terpilih saja bersikap biasa, tapi aku malah menangis sejadi-jadinya.

Aku iri dengan mereka. Mungkin itu alasan aku menangis. Atau bisa jadi karena merasa kesal dengan kebodohan yang selama ini kumiliki? Aku sungguh tidak tahu. Pada saat itu yang kurasakan hanya sangat sangatlah sedih. Jauh lebih sedih daripada putus dari pacar. Jauh lebih sedih daripada tahu kalau aku diselingkuhi.

"Nggak tahu, Vidi nggak mau jawab. Kalau si Angga sih dia bilang nggak lolos."
Mulutku terbuka. Ada perasaan sedih yang kurasakan buat Angga. "Ah... yaudah berarti gue nggak usah nanya lagi ke mereka kali ya."

"Mungkin begitu, gue juga nggak enak ngomong apa-apa sekarang takutnya dibilang pamer karena lolos," kata Ayu datar.

"Apaan sih, kan mereka bukan orang yang begitu tahu. Meski emang mereka sering ngatain pas lagi bercanda," gumamku membela.

"Ya kan bisa aja, untuk saat-saat kayak gini orang yang sering bercanda bisa jadi sensitif tahu." Aku mengangguk setuju dengan ucapan Ayu. "Lu lagi apa, Nay?"

"Hah iya-iya sama kayak gue waktu itu yak. Hahaha. Nggak lagi ngapa-ngapain. Baru abis selesai belajar sih. Lu pasti lagi nulis cerita lagi ya, Yu?"

"Begitulah... lu punya cerita yang bisa jadi sumber inspirasi gue nggak?"

"Apaan nggak ada. Gue selama ini kerjanya cuma ngerjain soal-soal, les, belajar lagi. begitu doang. Emang bisa jadi sumber inspirasi?"

Retrouvailles (TAMAT)Where stories live. Discover now