Wajar Jika Kumarah

58 8 0
                                    

Dalam keadaan normal, pasti aku bahagia sekali setelah malam sabtu kemarin bertemu dengan Vidi. Ibaratnya, aku sudah mengisi baterai untuk kehidupanku kedepan tanpa dirinya lagi. sayangnya, ada fakta yang membuatku tidak bisa bahagia seutuhnya di kampus. Raya. Aku harus bertemu dengannya di sini. Tidak hanya di sini. Dia cepat atau lambat pasti akan ke rumahku kerena Unar.

Aku marah pada Raya. Semua ceritaku tentang Vidi kuceritakan padanya, tapi dia justru tidak memberitahuku hal yang sangat penting tentang hubungan mereka. Bisa saja dia menertawakanku diam-diam saat melihat aku sengsara karena mantan pacarnya itu. Dulu, aku sering menertawakan fans-fans Vidi yang melakukan segala cara agar dapat perhatian darinya. Bisa saja Raya juga melakukan itu padaku.

Lima semester bukanlah waktu yang singkat baginya menceritakan kebenaran padaku. jika dia menganggapku sebagai sahabatnya, bagaimana bisa dia begitu lama menyimpan rahasia hubungannya dengan Vidi di masa lalu dariku. Dia seharusnya jujur padaku.

"Duduk di sini, Nay!" Raya mengangkat tasnya saat aku masuk kelas.

Aku menggeleng. Ingin sekali aku membuang muka sesaat mata kami bertemu tadi, tapi aku tidak bisa melakukannya. "Gue di sebelah Fara aja, Ray," kataku menempati kursi kosong di samping Fara. "Mulai sekarang, Far, lu harus duduk di antara gue sama Raya."

Fara mengernyit. "Hmmmm duduk dimana aja sama kali, Nay," ujarnya bingung.
"Kenapa?" tanya Raya heran. Selama ini aku selalu duduk di sampingnya.

Aku mengangkat bahu, mengeluarkan buku dari tas. "Hmmm, Ray, ada yang mau lu omongin sama gue nggak?" tanyaku menoleh ke arah Raya. Fara ikutan memerhatikan Raya.

"Soal gue jadian sama abang lu?"
"Waaah seriusan!" seru Fara terkejut membuat teman-temanku menoleh ke arah kami.

"Bukan... selain itu?"
"Hah? Nggak ada tuh." Raya memasang wajah bingung. Dia mulai menerka-nerka.

"Oke," kataku berpura-pura membaca buku, tidak ingin ikutan Raya dan Fara yang mulai membicarakan Unar. Aku kesal. Entah kapan Raya akan memberitahuku dia mantannya Vidi. Jika dari yang kurasakan sekarang, dia tidak akan pernah cerita padaku tentang fakta itu.

Seharian ini aku tidak banyak bicara. Jika ditanya hanya kujawab iya atau tidak saja. Meski aku bersama Raya seharian, hatiku tetap tidak senang. Ingin rasanya aku pergi saja sendirian mengelilingi kampus. Aku tidak ingin bersama dengannya saat masuk kelas berikutnya, tapi setiap aku beralasan ingin ke kamar mandi mereka justru setia menungguku.

"Kalian pulang duluan aja, gue mau ketemu sama Ayu," kataku saat keluar dari kelas terakhir. Hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa lepas dari Raya saat pulang. Tak ingin mendengar jawaban dari Raya, aku segera berjalan menjauh.

***

"Ayuuu!" teriakku saat melihat sosok perempuan yang sedang duduk sendirian di pinggir danau hanya ditemani laptop kesayangannya. Ayu menoleh. Aku tersenyum sumringah. Melihatnya dari jauh saja sudah bisa membuatku merasakan retrouvailles.

"Kenapa lagi?" tanya Ayu seolah tahu, aku bukanlah tipe orang yang suka menghampirinya saat dia sedang ada di sekitar danau.

Aku pun memulai ceritaku dengan ketidakhadiran Angga di warung mie ayam hingga akhirnya Vidi yang datang. Emosiku semakin naik saat menceritakan hubungan Raya dan Vidi yang baru kuketahui malam itu juga dari Angga melalui telepon. "Kalau lu jadi gue, lu juga pasti bakalan marah kan? Wajar dong kalau gue sekarang marah," kataku menyudahi.

Ayu mengerutkan keningnya. "Kayaknya gue bukan tipe orang yang bakalan marah untuk urusan begitu deh. Lu lebay ah!" Ayu menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju.

"Ini tuh bukan lebay. Seharusnya kan dia cerita sama gue. Padahal dia tahu gimana perasaan gue ke Vidi. Ini malah ngerahasiain hal penting dari gue. Kalau dia cerita gue kan nggak akan semarah ini."

Retrouvailles (TAMAT)Where stories live. Discover now