Ketika pembicaraan di telepon usai, Dhea menutup teleponnya. "Tunggu sebentar ya, Arina Ella. Pak Radit sedang menuju lobi," jelas Dhea.

Arin mengangguk lalu menunggu di sofa lobi. Tak lama, datang Om Radit.

"Arina Ella Nice to meet you!" seru Om Radit.

"Nice to meet you too, Om!" seru Arin.

"Yuk, ke ruangan Om," ajak Om Radit.

"Oke," jawab Arin yang kemudian mengikuti Om Radit.

Arin tiba di ruangan Om Radit. Ruangan itu tanpak modern. Di sudut ruangan terdapat piano klasik dan juga gitar akustik dengan standingnya. Lalu dinding-dindingnya juga dipajang dengan beberapa bingkai yang berisi CD dan foto artis dari studio rekaman Om Radit.

Arin tersenyum bangga ketika melihat bingkai CD Steffie Ella terpampang di situ. Ia pun menjadi terbayang, apakah nanti akan ada cd karyanya yang akan dipajang di ruang Om Radit?

 Ia pun menjadi terbayang, apakah nanti akan ada cd karyanya yang akan dipajang di ruang Om Radit?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Kira-kira kayak begini guys bingkai yang dimaksud, hehe. Maaf menganggu bacanya.]

Usai melihat-lihat, Arin duduk di tepi meja Om Radit. Tanpa banyak basa-basi, Arin langsung ke inti. "Om Radit, waktu itu benar Om Radit pernah datang ke kantor Ayah, ya?" tanya Arin.

"Umm, benar," ucap Om Radit dengan sedikit takut.

"Dan Om Radit minta izin sama Ayah soal Arin bergabung dengan studio musik Om Radit, kan?" tanya Arin dengan nada sedikit menekan.

"Ya," jawab Om Radit yang kini semakin takut. Om Radit mengira dirinya akan dimarahi oleh Arin karena ia telah salah karena berharap dan memaksa Arin. Namun ternyata sebenarnya bukan itu yang akan Arin lakukan.

"Arin masih punya kesempatan untuk gabung, Om?" tanya Arin sambil tersenyum lebar.

Om Radit kini membelalakan matanya. "Kamu serius Arina? Kamu bisa bermain lagi?"

"Ya! Let me show you," ucap Arin yang kemudian berjalan menuju piano klasik di sudut ruangan. Kini jemari Arin bermain asal, namun alunannya tetap indah. Arin tidak tahu apa yang dimainkannya saat ini. Ia hanya bermain mengikuti alunan dan gerakan jemarinya.

Om Radit yang memerhatikan Arin kini menggeleng takjub. Ia tahu bahwa yang Arin mainkan saat ini adalah lagu yang ia karang sat itu juga. Om Radit tahu itu, karena memang begitulah Arin sejak dulu —memainkan lagu dengan asal namun terdengar apik.

Ketika Arin tidak ada ide lagi untuk melanjutkannya, ia pun mengakhirinya dan kini memutar badannya ke arah Om Radit.

"Arina," ujar Om Radit, "Om benar-benar tidak menyangka! Tanpa kamu bermain, Om Radit sudah percaya dengan kamu yang kembali bermusik."

"Jadi jawabannya?" tanya Arin.

"Of course, YES! You can join with us!" seru Om Radit.

"YAAAYY! Makasih Om!" seru Arin yang kegirangan. Lalu kemudian Arin mengubah sikapnya seketika dan berkata dalam hati, act professional Arina, act professional.

"Ayo ikut Om ke ruang rekaman," ajaknya.

Arin pun mengikuti Om Radit yang keluar dari ruangannya. Lalu kini masuk ke dalam ruangan kedap suara itu, di mana proses pembuatan lagu berada. Kemudian Om Radit memperkenalkan semua kru. Dari mulai kru mengatur sound system, gitaris, pianis, drummer, dan masih banyak kru-kru lain. Ia juga sempat bertemu dengan artis lainnya di sana.

Usai tur, Om Radit bertanya pada Arin, "Jadi kamu ingin lagu single kamu seperti apa nanti? Kita akan buatkan lagunya, liriknya, musiknya, semuanya. Jadi kamu hanya perlu melatih suaramu dan pianomu saja."

"Umm, soal itu. Boleh nggak ya Om..." Om Radit menunggu kalimat Arin diselesaikan. Setelah menemukan kalimat yang tepat, Arin pun melanjutkannya. "Arin boleh nulis single Arin sendiri? Arin nggak mau orang-orang mengira Arin bisa terkenal karena anaknya Steffie Ella. Arin pingin orang-orang mengenal Arin karena  Arin memang bisa dalam bermusik," jelas Arin dengan memohon.

Om Radit terdiam. Ia terkejut dengan permintaan Arin, karena yang ia tahu anak-anak milenial saat ini selalu ingin yang instan dan cepat. Namun tidak dengan  Arin yang justru ingin membuat lagunya sendiri.

Karena Om Radit yang masih terdiam, Arin pun bertanya sekali lagi. "Boleh nggak, Om?"

"Maaf Arina," ucap Om Radit yang tersadar dari pikirannya, "tentu saja boleh. Om malah senang sekali kamu memiliki keinginan seperti itu." Kemudian Om Radit duduk pada sebuah bangku dan kembali melanjutkannya. "Mungkin nanti kita akan membantu kamu dibagian musik, instrumen, dan lainnya. Soal nada dan lirik, Om serahkan sama kamu. Bagaimana?"

"Sounds great!" seru Arin.

"Oke. Kamu sudah ada lagunya?" tanya Om Radit.

"Belum sih, Om. Tapi Arin sudah tahu mau bikin lagu tentang apa," jelas Arin yang kini sudah ada alunan lagu dalam kepalanya.

"Baiklah, Om tunggu," ucap Om Radit sambil tersenyum. "Welcome to our recording, Arina Ella!" ujar Om Radit sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Thank you, Sir!" jawab Arin sambil membalas jabatan tangan Om Radit.

🎹 🎹 🎹

Hei-hei! Boleh dong tinggalin v o t e kalian

Biar Shab semangat, karena ini udah hampir di akhir ((:

Luff yaa,
Shabrina Huzna😘

Instagram: shabrinafhuzna

Arina EllaWhere stories live. Discover now