17. Sugar Cafe

1.1K 56 0
                                    

Arin berlari menuju ruang ganti perempuan. "Tasya?" panggil Arin yang sudah tiba di dalam. Karena Tasya tidak menyahut, Arin pergi ke loker Tasya, namun sayangnya Tasya tidak di sana. Lalu terdengar suara keran air yang menyala, dengan segera Arin pergi menuju wastafel. Di sana ia melihat Tasya yang sedang bercermin dengan pakaiannya yang sudah diganti.

 Di sana ia  melihat Tasya yang sedang bercermin dengan pakaiannya yang sudah  diganti

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Tasya," Arin mendekati Tasya, "maafin gue, ya. Gue terlalu berlebihan pas tadi."

Lalu Tasya menghadap Arin yang sekarang sudah berada di sampingnya, "Gue malu Arin!" bentak Tasya.

"Gue minta maaf banget, Tasya," ucap Arin yang sekarang ditundukkan kepalanya. "Gue kalo jadi lo juga bakal marah. Jadi kalo lo mau musuhin gue, nggak apa-apa."

Tasya diam tak merespon. Kini Arin melihat Tasya yang sedang menyisir rambutnya.

"Maaf, gue kira lo suka dengan Dika. Tapi setelah ngeliat lo kayak tadi, kayaknya lo nggak suka sama Dika, dan gue cuma sahabat lo yang sok tahu," lanjut Arin dengan wajah lesu.

Tasya pun juga merasa tidak enak dengan Arin karena Tasya tidak pernah cerita pada Arin soal perasaannya dengan Dika.

"Rin, kayaknya di sini gue yang seharusnya minta maaf. Gue bukan sahabat karena nggak pernah cerita ini." Tasya menghela napas dan menghadap ke Arin. "Lo nggak sok tahu, kok. Gue emang bener suka sama Dika," ujar Tasya yang akhirnya berani untuk jujur.

Arin menatap Tasya sambil mengernyitkan dahinya. "Hah serius?"

"Iyaa." Lalu mata Tasya melirik ke atas seolah-olah membayangkan Dika di atas kepalanya. "Gue udah suka lama. Cuma gue malah sempet ngira Dika sukanya sama lo."

GLEG, Arin menelan ludahnya dengan berat karena yang dikatakan Tasya ada benarnya. Dika memang pernah menyukai Arin.

Kemudian Tasya melanjutkan. "Karena alasan itu gue nggak mau cerita sama lo. So maafin gue juga ya, Rin," pinta Tasya.

Arin mengangguk sebagai jawaban​ ya namun tidak menatap Tasya karena ia merasa bersalah telah menyimpan rahasia terbesarnya dengan Dika. Meski sudah berlalu dan Dika juga tidak menyukai Arin lagi, tetap saja Arin merasa tidak enak dengan Tasya.

"Jadi, kita baikan, nih? Gue dimaafin?" tanya Arin.

Tasya menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Tapi please dong, Rin, jangan teriak-teriak kayak tadi," getutu Tasya.

Arin menyunggingkan bibirnya sambil menunjukkan kelingkingnya. "Janji, nggak akan diulang lagi."

Tasya tersenyum dan menghiraukan janji kelingking dengan memeluk Arin erat.

Setelah berbaikan, Arin dan Tasya keluar dari ruang ganti. Mereka berdua melihat Rizky dan Dika yang ternyata sedang menuggu mereka.

"Udah baikan, nih?" tanya Rizky.

"Udah, dong!" seru Arin dan Tasya sambil berjalan keluar dari hall basket.

"Eh, kalian mau kemana?" tanya Dika.

Arina Ellaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن