12. Me, You, and Good View

1.3K 64 4
                                    

Playlist for this Chapter is gonna be: Ultralife (Piano Version) - Oh Wonder😁😁

Jangan lupa  v o t e  nya yaap,
many smooches for y'all!

🎹 🎹 🎹

Genggaman tanganmu terasa berbeda. Apakah ini pertanda perasaanmu juga berbeda?

-Arina Ella-

🎹 🎹 🎹

Pagi hari esoknya, Arin dan Rizky pergi ke pemakaman diantar oleh Pak Pram. Sebelum pergi, Arin sempat membeli balon helium berwarna merah. Rizky mengernyit saat Arin masuk ke mobil dengan balonnya. Untuk apa Arin ke pemakaman bawa balon? batin Rizky bertanya-tanya. Setelah itu, Pak Pram menjalankan mobilnya menuju pemakaman.

Saat tiba di pemakaman, pertama-tama mereka mengunjungi makam Papa Rizky.

Rizky berjalan sambil kebingungan mencari makam Papanya diantara banyaknya makam. Ditambah Rizky tidak bisa konsentrasi karena balon merah yang melayang digenggaman Arin.

Setelah Rizky menemukannya, Rizky dan Arin berjongkok lalu memejamkan kedua mata untuk berdoa. Selesainya, Rizky mencabuti beberapa rumput liar yang tumbuh di pinggir makam sedangkan Arin membersihkan batu nisannya.

"Om Niko," ucap Arin sambil mengelus batu nisan, "Bunda lagi sama Om Niko, kan?"

Rizky yang masih membersihkan rumput berkata, "Iya, jadi Tante Steffie Ella nggak akan sendiri di sana."

Arin tersenyum pada Rizky, senang dengan jawaban Rizky.

"Sudah, kan? Yuk, kita ke makam Tante Steffie," ujar Rizky sambil bangkit dan menepuk-nepuk tangannya yang kotor akan tanah dan rumput.

Makam Om Niko dan Bunda Arin tidak terlalu jauh, sehingga mereka hanya perlu berjalan sebentar.

"Hai Tante," sapa Rizky setelah menemukan makam Steffie Ella.

"Hai, Bunda."

Sekarang Arin dan Rizky berhadapan dengan posisi makam Steffie Ella di antara mereka. Mereka berjongkok lalu berdoa. Selesai berdoa, Arin berkata, "Ky, bisa tolong pegang balonnya?" Rizky mengambil balon yang Arin pegang. "Jangan diterbangin," ucap Arin sambil memicingkan mata sebelahnya.

"Iya, iya," ucap Rizky sambil memutar bola matanya.

Lalu Arin mengeluarkan secarik kertas dan pena dari dalam tas selempangnya yang sudah ia bawa sejak tadi. Ia pun mulai menulis di kertas itu.

______________________________________

Hai Bunda, apa kabar?

Maaf, jika surat ini akan membuat Bunda kecewa. Sepertinya Arin tidak bisa lanjut bermusik seperti dulu lagi. Semua ketakutan dan trauma selalu muncul ketika mulai menyentuh tuts piano. Entah mengapa jari-jari Arin selalu gemetar dengan hebat ketika mencoba bermain piano. Arin memutuskan untuk berhenti bermusik. Arin harap Bunda mengerti.

Arina Ella.

______________________________________

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arina EllaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang