40. Dad's Secret (2)

1K 40 0
                                    

Ketika Arin masuk ke rumah, ia melihat Tante Lita yang sudah berada di ruang tamu, sedang berdiri dan diam menatap sesuatu. Arin sudah menduga, pasti Tante Lita sedang menatap foto Arin yang dipajang di ruang tamu.

"Hai Tante," sapa Arin dan kemudian Lita menoleh.

"Hai Arina Ella!" Kini Lita menghampiri Arin dan memeluk Arin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai Arina Ella!" Kini Lita menghampiri Arin dan memeluk Arin. "Kamu apa kabar?"

"Arin baik-baik saja, Tan," jawab Arin dengan senyum terpaksa. Kali ini ia harus kuat untuk berakting setelah tadi sepanjang jalan dirinya selalu menangis. Namun, Lita adalah orang yang mampu membaca wajah seseorang, jadi ia tahu Arin sekarang sedang berbohong.

"Oh iya, Tante mampir ke sini bawain kamu kue brownies," ucap Lita yang bermaksud menghibur Arin. Kini Lita menunjuk pada kotak brownies yang berada di atas meja.

"Wah, makasih banyak, Tante," ucap Arin yang kali ini benar-benar tersenyum tanpa akting. Hari ini begitu melelahkan sehingga membuatnya sangat lapar. "Nanti malam Tante makan bareng di sini, kan?" tanya Arin dengan nada mengajak.

"Ayolah, makan bareng kita," ucap Bagas yang tiba-tiba masuk ke rumah.

"Baiklah. Tante akan di sini sampai makan malam," jawab Lita sambil tersenyum.

"Yes!" seru Arin yang bersemangat.

"Itu dimakan dong brownies-nya," pinta Tante Lita. Ketika tangan Arin sudah berada di dekat kotak brownies, tiba-tiba saja tangan Bagas menahan Arin.

"Arin, kamu habis dari makam. Cuci tangan dulu, gih," titah ayah.

Arin mengernyit. "Ayah tahu darimana Arin dari makam?"

"Pak Pram yang ngasih tahu kenapa kamu pulang sore begini," jelas ayah.

"Kalau begitu, Arin sekalian mau mandi aja, deh," ucap Arin, mengingat dirinya saat tadi sempat mengelus-elus batu nisan Bunda yang sedikit kotor yang mungkin karena terkena cipratan tanah saat hujan.

"Ya sudah," ucap ayah.

"Tante Lita, Arin ke atas dulu, ya," ucap Arin yang permisi. Lita mengangguk sambil tersenyum.

Usai Arin mandi, ia pun makan malam bersama dengan ayahnya dan Tante Lita. Di meja makan telah dihidangkan oleh bibi ikan gurame. Kini mereka mengambil nasi dan lauknya.

"Tante Lita di Bandung ada acara apa?" tanya Arin yang membuka topik pembicaraan di meja makan.

"Tante ke Bandung karena ada seminar."

"Oh, memang siapa pembicaranya sampai-sampai Tante mau dateng jauh-jauh dari Jakarta?"

Sebelum Lita menjawab,Bags sudah menjawab lebih dulu. "Tante Lita pembicaranya."

"Wow, cool!" puji Arin.

"Hehe, terima kasih, Sayang," jawab Tante Lita. "Kapan-kapan kamu harus ikut temenin Tante  seminar, deh," ajaknya.

Bila Tante Lita menjadi seorang pembicara di sebuah seminar, pasti tema seminar itu tidak jauh-jauh dari menulis. Arin merasa tidak percaya diri dengan kemampuan menulisnya.

"Umm, enggak deh Tante. Arin kan nggak jago nulis," tolak Arin dengan halus.

"Tapi waktu itu puisi kamu di kelas sangat bagus lho, Arin," puji Lita. "Tante kira kamu jago menulis puisi karena kamu suka menulis lagu," ucap Tante Lita.

Dengan segera Bagas membelalakan matanya pada Lita, sebagai tanda mengingatkannya untuk tidak membahas soal musik di depan Arin.

Lita pun menjadi panik dan langsung meminta maaf pada Arin karena tidak ingin kejadian saat Arin pergi dari meja makan terulang kembali. "Aduh maaf Arin, Tante nggak bermaksud."

"Nggak apa-apa, Tante," ucap Arin. "Maaf juga pas kejadian waktu itu Arin berlebihan marahnya sama Tante." Kini kepala Arin sedikit tertunduk karena merasa tidak enak dengan Tante Lita.

"Nggak apa-apa juga kok, Rin. Tante tahu itu berat untuk kamu," ucap Lita.

"Makasih Tante buat pengertiannya," jawab Arin sambil tersenyum pada Lita.

"Iya Arina Ella," jawabnya. "Jadi gimana, kamu mau ikut temenin Tante seminar nanti?" tanya Tante Lita yang melanjutkan topik di awal tadi.

Setelah dipikir-pikir apa salahnya mencari hobi baru selain musik. Benar bukan? "Boleh deh, Tan," jawab Arin dengan semangat.

Usai makan, Arin tidak bisa berbincang lebih lama dengan Tante Lita karena ia harus mengerjakan tugas banyaknya. Jadi Arin pergi meninggalkan ruang makan. Namun sebelum itu tiba-tiba Arin memeluk Lita erat. "Thank you for tonight, Tante."

Arin bersyukur sekali Tante Lita bisa datang hari ini. Ia merasa telah lupa dengan beban dan masalahnya bersama Rizky, meski pun hanya sementara. Walau begitu Arin tetap senang karena menikmati waktu bersenang-senangnya malam ini.

"Sama-sama, Arina," ucap Tante Lita sambil memeluk balik Arin.

🎹

Saat Arin pergi, Lita pun pergi ke ruang tamu untuk bergegas pulang. Kemudian dirinya kembali memandang foto yang tadi ia lihat di ruang tamu. Terlihat Arina Ella kecil yang begitu bahagianya di depan piano.

"Aku tidak sabar ingin mendengarkannya bermain piano kembali," ucap Bagas yang tiba-tiba datang menghampiri.

"Aku yakin ia akan kembali," ucap Tante Lita sambil memegang pundak Bagas. "Arin pasti akan kembali merindukan pianonya, sama seperti saat ia merindukan Bundanya," ucap Tante Lita.

"Dan kamu bisa menjadi sosok Bunda baru untuknya," ucap Bagas yang kini menatap wajah Lita serius.

"Apa ini tidak terlalu cepat? Aku tidak bisa sekarang Bagas." Kini Lita berbalik badan dan berjalan ke arah pintu rumah.

Bagas memutar badan Lita agar kembali menghadapnya. "Ayolah Lita, aku akan berbicara padanya."

"Kamu tidak lihat wajah Arin yang lesu tadi sore? Aku yakin ia sedang ada masalah di sekolahnya. Aku tidak ingin membuat keadaannya semakin buruk bila mendengar berita soal kita." Kini Bagas duduk sambil memasang wajah penuh kecewa.

"Bersabarlah, oke. Arin butuh waktu, aku pun juga butuh waktu."

"Waktu itu kamu bilang sudah siap, mengapa sekarang kamu butuh waktu?" tanya Bagas.

"Kamu tahu kan mengapa aku cerai dengan Sebastian?" tanya Lita dengan nada lesu.

"Ya, aku tahu. Tapi aku bukan Sebastian yang meninggalkanmu karena hal itu," ucap Bagas dengan wajah yang semakin penuh keseriusan pada Lita.

Lita menghela napas panjang dan memberanikan diri menatap pria di depannya. "Baiklah. Namun beri Arina waktu, oke?" bujuk Lita sambil memegang leher bagian belakang Bagas.

Bagas pun mengangguk lemah. "Oke. Aku janji akan mengatakannya saat Arina sudah merasa nyaman denganmu," ucap Bagas yang kini luluh.

🎹 🎹 🎹

Hayoo ada apa ini ayah Arin dengan Tante Lita???

Jangan lupa tinggalin v o t e kalian

Luff yaa,
Shabrina Huzna😘

Instagram: shabrinafhuzna

Arina EllaWhere stories live. Discover now