13. We're Eleven Grader!

1.2K 52 2
                                    

Satu semester kemudian...

Arin telah belajar untuk ikhlas dengan apa yang terjadi enam bulan yang lalu. Sampai sekarang, ruang musik tidak pernah ia kunjungi lagi. Mungkin sesekali, itu pun hanya untuk mengerjakan tugas pelajaran musik di sekolahnya. Setidaknya buku-buku musik milik bunda saat kuliah membantunya untuk mengerjakan tugas teori musik.

Namun, tidak pernah sekali pun ia mendekati pianonya. Ia bingung harus kesal dengan pianonya atau pada jari-jarinya yang tidak bisa menari di atas tuts piano lagi. Untuk sekarang, Arin tidak pernah membahas soal musik, terutama pianonya.

Saat ini hubungan Arin dengan ayahnya sudah kembali baik. Suasana rumah sudah kembali menjadi seperti biasanya. Baik ayah maupun Arin, mereka sudah membiasakan diri dengan tidak adanya Steffie Ella dalam kehidupan mereka.

Life must go on, itu adalah kalimat yang selalu Arin pegang apabila ia teringat kembali pada tragedi buruk itu.

Suatu ketika, tiba-tiba Arin merindukan bunda. Sudah lama juga ia tidak mengunjungi makam bunda. Meski hari sudah sore, ia tetap akan mengunjungi bunda.

"Pak Pram, Arin mau ke makam bunda," ujar Arin pada Pak Pram yang sedang mengelap mobil.

"Kapan, Non?"

"Sekarang, ayo!" pinta Arin.

"Oke, siap," ujar Pak Pram sambil menaruh lap mobil.

Arin masuk ke dalam mobil. Saat mobil sudah berjalan, "Non nggak beli balon kayak biasanya?" tanya Pak Pram. Pak Pram tahu betul Arin sering sekali membeli balon helium sebelum ke makam bunda. Sudah menjadi kebiasaan Arin curhat lalu menerbangkan suratnya dengan balon saat berada di makam bunda.

"Oh iya, lupa. Ayo pak, cari tukang jualan balon," pinta Arin.

Setelah lama berkeliling, akhirnya Arin dan Pak Pram menemukan tukang yang menjual balon.

Saat mobil diparkirkan oleh Pak Pram, Arin turun dan membeli balon. Kali ini ia memilih warna kuning, karena kuning melambangkan dirinya yang sedang bersemangat dan senang. Ya, Arin memang sedang senang karena ia telah melalui masa kelas sepuluhnya. Sekarang Arin telah menjadi siswi kelas sebelas.

Setelah membeli, ia dan Pak Pram pergi menuju pemakaman. Saat tiba, Pak Pram berkata pada Arin, "Non, salam buat Bu Steffie Ella ya dari Pak Pram, hehe." Senyum senang terpampang pada wajah Pak Pram.

"Oke, siap!" seru Arin dan setelahnya ia turun dari mobil lalu berjalan menuju makam bunda.

"Oke, siap!" seru Arin dan setelahnya ia turun dari mobil lalu berjalan menuju makam bunda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat Arin berada di depan makam, Arin berjongkok lalu berdoa. Setelah itu dengan wajah penuh semangat, ia mengambil kertas dan pena dari tasnya. Ia pun mulai menulis.

______________________________________

Dear Bunda,

Apa kabarnya? Arin di sini baik-baik saja, Ayah juga.

Arina EllaWhere stories live. Discover now