Bab 29 - Aku disini..

45.1K 3.9K 55
                                    

BACA AUTHOR NOTE DIBAWAH ENTAR AMPE HABIS YAAA.
ADA CUAP CUAP DISANA. WKWK
OKEE. HAPPY READING!

***

Geral baru saja menutup panggilan dari orang tuanya. Malam ini ada jadwal makan malam dengan salah satu teman sekaligus investor paling berpengaruh di perusahaan Ayahnya.

Ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, 1 jam lagi. Jika Geral bergegas naik bus sekarang, akan tepat pada waktunya ia sampai di restoran yang disebutkan Ayahnya tadi. Namun Geral terusik dengan suara teriakan lirih di belakangnya, karena penasaran Geral berbalik untuk memastikan suara itu benar atau hanya halusinasinya saja.

Dan matanya menangkap gadis yang menggunakan seragam sama seperti dirinya ditarik paksa oleh segerombolan laki-laki. Geral mengeraskan rahangnya kuat, dia tau salah satu laki-laki itu. Candra, saingan kuatnya dalam basket di sekolah.

Laki-laki bangsat yang selalu mempermainkan gadis, dan gadis yang ia seret itu.. Geral seperti mengenalnya, ah dia gadis yang akhir-akhir ini selalu mengikutinya dan mengaku mengenalinya.

Geral ingin bergerak membantu, tapi dia kalah jumlah. Karena dipikir lagi Geral akan mendapat masalah tak penting jika ikut campur, ia akhirnya memilih acuh berbalik pergi. Busnya sebentar lagi datang, ia akan tertinggal dan mendapat omelan dari mamanya karena terlambat di acara makan malam itu.

"GERAALL!! AKU ANJANI" Geral sudah menjauh, hanya mendengar samar teriakan pilu dari gadis itu. Ia memejamkan matanya sejenak, nuraninya tersentil tapi ia juga sedang malas mencari masalah dengan Candra.

Hingga ia sampai di bus pun, Geral masih terlihat santai dan berhasil melupakan kejadian tadi. Namun teriakan pilu gadis itu tadi dengan sekejap membuat tubuh Geral gemetar, ".. Aku anjani"

Bus sudah melaju lumayan jauh, dan Geral tak peduli itu. Dia berteriak menyuruh supir berhenti, dan berlari keluar seperti orang kesetanan. Dalam benaknya ia terus mengumpat, memaki dirinya sendiri.

Anjani..

Gadis beruang..

Kenapa gadis itu tak bilang sejak awal kalau dia adalah Anjani si gadis beruang? Kenapa Anjani selama ini hanya mendekatinya, menyapanya dan bilang, "Geral ga inget aku?"

Tanpa sadar Geral menangis, ia terus dan terus berlari. Nafasnya terengah, ia terhenti di tempat tadi. Anjaninya tidak ada, ia kembali berlari mencari dan mencari di seluruh tempat. Dengan terus berdo'a agar Candra tak melakukan hal-hal di luar batas, tapi itu sudah pasti sia-sia.

Ia tau benar bagaimana bangsatnya Candra.

Geral berlari tak tentu arah, berulang kali ia meremas rambutnya frustasi. Ponselnya terus menerus berbunyi tapi Geral tak peduli, Anjani-nya sedang ada dalam bahaya. Ini salahnya, salahnya tak mengenali gadis beruangnya. Salahnya yang terlalu acuh selama ini.

Jantungnya seakan berhenti berdetak saat didengarnya tawa sialan laki-laki. Itu suara Candra. Suara itu berasal dari rumah kumuh di hadapannya kini. Dengan gemetar menahan emosi ia masuk ke dalam, dan Geral seakan ingin membunuh semua laki-laki sialan itu.

Anjani hampir tak memakai sehelai kain pun, Geral nyaris terlambat. Kalau saja ia terlambat sedikit saja, ia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri seumur hidupnya. Geral makin mengeraskan rahangnya saat dilihatnya Candra memegang ponsel yang masih merekam sesuatu.

"Geral.. Tolongin jani.." suara Anjani makin lirih, matanya masih basah akan air matanya. Tubuhnya melemah, wajahnya pucat.

"Pergi lo! Jangan gangguin kita!" Candra berteriak sok berkuasa, seakan tak peduli Geral menatap nyalang Candra dengan gurat emosi yang begitu ketara. Dengan beringas ia menghajar habis-habisan semua orang yang ada disana. Satu persatu teman-teman Candra tumbang, dan Geral sudah mulai lelah. Hingga lengah akan pukulan tepat di rahang kirinya, berbunyi gemeretak yang begitu mengerikan, Geral terjatuh dan itu dimanfaatkan Candra untuk menghajar Geral habis-habisan.

"Jangan pukulin geral.." rintihan lemah Anjani samar-samar terdengar, hingga pukulan telak benda tumpul di kepala Geral, semuanya menggelap. Geral tak tau lagi setelahnya apa yang terjadi, suara rintihan Anjani, suara teriakan entah siapa, dan benak Geral yang terus berdo'a agar Anjani-nya baik-baik saja.

**

Satria masih memeluk Beca erat, mereka berdua sama-sama terisak pilu. Kejadian menyedihkan itu, yang kembali memisahkan mereka untuk kesekian kalinya.

"Maaf... Maaf" hanya itu yang mampu diucapkan lirih Satria dan Beca masih tak mampu menjawab. Segalanya begitu mengerikan, Beca masih berumur 14 tahun saat itu. Dan dilecehkan sedemikian rupa membuat mentalnya tak kuat menahan semuanya.

"Geral jangan pergi lagi" Beca mengeratkan pelukannya, dan Satria mengangguk cepat.

Sore itu di tempat semuanya bermula, Satria memeluk gadisnya menyalurkan seluruh rasa penyesalan yang teramat besar. Tak akan pernah dia membiarkan kejadian sialan masa lalu itu terulang.


"Hey.. Lihat aku.." Satria melepas pelukannya dan menatap mata Beca lembut sebelum mengusap pipinya yang basah akan air mata, " Kamu Rebeca, gadis kuat yang bisa melindungi dirinya sendiri. Bukan lagi Anjani yang lemah dan penakut" Satria memaksakan senyumnya untuk menenangkan gadis lebah yang masih terisak di hadapannya kini, " aku Satria, yang akan selalu ada di samping Rebeca, bukan lagi Geral yang selalu mementingkan dirinya sendiri seperti dulu.. Kamu bisa pegang kata-kata aku, semuanya udah berlalu. Gak akan aku biarin satupun kejadian masalalu terulang, juga bukannya seorang Rebeca Anjani gak pernah kenal takut? Aku yakin Rebeca, putri lebah kesayangan Satria bisa melindungi dirinya sendiri"

Beca masih terdiam, menatap mata Satria mencari kesungguhan disana dengan sisa-sisa isakan pelan, "Satrinah jangan kemana-mana ya? Temenin Beca"

"Aku disini sayang.. Aku disini.." Satria kembali memeluk erat Beca, semua ini sungguh sulit. Bayangan itu pasti akan menyiksa Beca setelah ini tapi akan Satria beri kenangan-kenangan manis untuk menghapus perlahan kenangan buruk yang ada di benak gadisnya.

"Ciye... Kakak kakak lagi pacaraaan.." Satria maupun Beca terhenyak lalu tersenyum malu saat mendapat godaan dari anak-anak yang sedang bermain di lapangan, Beca makin menenggelamkan wajahnya dalam dada Satria. Beban yang selama ini ia tak tau alasannya apa, sudah mulai terangkat perlahan-lahan.

🍁🍁🍁

Semenyakitkan apapun masalalu, jika kita bisa mengambil hikmah dengan pikiran positif maka kita akan berpikir bahwa memang begitulah hidup. Karena tak akan ada hidup yang berjalan mulus, sudah pasti ada luka, lara, bahagia, tangis, tawa, segalanya.

Tak ada salahnya kita sesekali terluka, agar kita bisa menghargai apa artinya kebahagiaan.

Tak ada salahnya kita merasakan sesal, agar kita tau kesalahan kita dan bisa merubahnya menjadi lebih baik.

Geral adalah kesalahan Satria di masa lalu. Sikap tak pernah peduli sekitar, mementingkan diri sendiri, arogan, semua itu sudah pasti menimbulkan rasa sesal yang tak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasanya.

Anjani pun adalah kesalahan Rebeca di masalalu. Sikap penakut yang berlebihan itu hingga membuatnya selalu diperlakukan semena-mena oleh orang lain.

Semua orang sudah pasti punya kesalahan di masalalu, entah menyedihkan atau memalukan, itu semua lah yang membuat kita seiring waktu merubahnya menjadi lebih baik.

Dan Satria juga Rebeca adalah salah satu diantara bukti tentang perubahan itu.

Baiklah sekian cuap-cuap saya..

TAMAT

tapi bo ong. Wkwkwkwkwk
Masi ada beberapa part lagi kok, huehe.

Jangan lupa tinggalkan jejak sayang! ❤

MIRACLE [Completed]Where stories live. Discover now