Bab 6 - Rahasia

61.7K 4.5K 95
                                    

"Jangan salahkan aku kalau kamu nanti tak mampu keluar. Karena memang tak akan kubiarkan ada jalan keluar"

- Satria Geraldi

**

Selama 18 tahun yang hampir 19 tahun Satria hidup, tak pernah ia bayangkan akan merasakan yang namanya malam mingguan, terlebih dengan seseorang yang bisa dibilang paling dihindarinya di sekolah. Satria hendak tak menepati janjinya, tapi bukan Beca namanya jika tak mampu meneror Satria. Bahkan mungkin sudah beribu ancaman yang Beca keluarkan hanya untuk mengajak Satria jalan.

Akhirnya pukul 7 tepat Satria sudah nangkring di depan rumah Beca dengan motornya, sekali lagi motornya yang ia beri nama si manis itu harus membonceng seseorang, percaya atau tidak Beca adalah orang pertama yang Satria bonceng dengan si manis.

Satria mendengus melihat tak ada tanda-tanda Beca keluar, dengan langkah tenang Satria turun dari motornya dan memasuki rumah Beca berniat menanyakan apa gadis itu sudah siap apa belum, namun baru beberapa langkah Satria berjalan Beca keluar dari rumah dengan terbirit-birit.

Demi Tuhan, tak pernah sekalipun Satria tak mengumpat jika berada di dekat Beca. Tampilan Beca itu sungguh membuat emosi Satria naik sampai ubun-ubun,

"Udah lama ya nunggunya? Sorry, gue bingung milih baju yang mana, yaudah yuk" Beca dengan santai menggandeng Satria, mungkin wajah Beca terlihat santai tapi hati Beca udah dangdutan dari tadi. Melihat tampilan casual Satria yang santai namun tetap tampan membuat Beca menahan nafas beberapa detik, walaupun kacamata berlensa tebal itu masih setia bertengger tapi bagi Beca itulah yang menambah keseksiannya.

Lo gila bee

Bukannya mengikuti gandengan Beca, Satria bergeming dengan menutup mata sekejap.

"Lo mau keluar pake baju gituan?" Beca mengernyitkan alis bingung, dan mengecek tampilannya sekali lagi. Tidak ada yang salah, semuanya cantik. " gue kasih waktu 10 menit, buruan ganti. Atau gue pulang sekarang" mata Beca membola, tak percaya akan apa yang Satria katakan. Sungguh, padahal Beca sudah memilih baju mungkin 2 jam dan dengan seenak jidat Satria menyuruhnya ganti dalam waktu 10 menit?

"Lo mabok?" terdengar desisan tajam dari Satria, namun Beca kembali bersuara. Tak peduli wajah masam Satria yang sudah bersiap memuntahkan emosi, " gue udah cantik gini lo suruh ganti? Udah ah gausah banyak cingcong. Ntar kemaleman" Beca kembali melanjutkan langkah namun tidak menggandeng Satria, membiarkan pria itu tetap ditempat dengan mengepal tangan kuat.

"Gue bawa motor. Lo pake baju gituan, otak lo udah pindah ke dengkul apa gimana? Udah gue bilang kan irit tuh duit bukan irit bahan baju" sautan dingin Satria menohok hati Beca, ia mengatakan itu tanpa berbalik. Langkah Beca terhenti, dan dengan cepat berbalik menatap tajam punggung Satria.

Tanpa berkata sedikitpun, Beca kembali melangkah masuk dengan menghentak-hentakkan kakinya. Satria tak peduli, dalam hatinya puas karena gadis keras kepala itu mengikuti perkataannya.

10 menit setelahnya Beca kembali dengan setelan biasa, tak seperti tadi. Gaun ketat tanpa lengan dengan panjang diatas lutut, tentu membuat Satria tak habis pikir dengan jalan pikiran Beca. Kini hati Satria tenang, Beca menggunakan celana jeans dan kaus kebesaran. Biasa saja, tapi yah Satria akui cukup manis.

Satria menaiki motornya sebelum memberikan helm pada Beca. Satria sebenarnya malas membeli helm baru demi gadis lebah yang masih mberengut disampingnya ini, tapi jika Beca tak pakai helm bisa-bisa Satria apes kena tilang polisi. Itu sangat-sangat tidak elit,

"Ikut gak lo? Apa masih mau cemberut disitu?" Beca memutar bola mata malas, dan Satria menahan sekuat tenaga sudut bibirnya yang ingin terangkat. Wajah mengembung Beca sangat- lo ga waras sekarang sat

MIRACLE [Completed]Where stories live. Discover now