Bab 16 - Kakek Sugandi

53.1K 4K 179
                                    

"Ngapain masih disini? Keluar!" Tatapan tajam Sugandi kini beralih pada Satria, yang ditatap masih bergeming ditempat seolah tatapan yang sangat terlihat dibuat-buat layaknya mafia abal-abal itu adalah hal biasa. Berbeda dengan Beca yang mati kutu ditempat, sambil berucap istigfar semoga dia masih diberi kesempatan hidup.

"perlakukan dia dengan baik" ucapan Satria serta seringai dari wajahnya sebelum beranjak pergi memperjelas tekanan kata baik yang ia ucapkan itu bermakna kebalikannya, membuat Beca lagi-lagi menelan salivanya perlahan. Cuman nguping doang gini amat balasannya. Ya allah ampuni hamba

Sudah beberapa menit Satria meninggalkan ruang keluarga megah itu, dan Sugandi masih bungkam dengan terus menatap Beca intens. Kalau Beca jangan ditanya, ia berdiri kikuk sambil meremas jarinya. Menahan mulutnya yang sudah gatal ingin bertanya harus berapa lama lagi ia berdiri, kakinya sudah pegal-pegal.

"Duduk" seolah dapat membaca tekanan batin Beca yang sejak tadi bergejolak, Sugandi mempersilahkan Beca duduk di sofa, persis dihadapannya yang duduk di kursi layaknya tahta. Beca tak mengada-ada, seolah-olah ia kini berhadapan langsung dengan raja. Raut jenaka yang Sugandi tampilkan tadi pada Satria sirna sudah, berganti dengan raut mengintimidasi. Membuat Beca semakin bingung, apa hanya karena ia menguping akan dilempar segepok uang untuk tutup mulut? Atau dirinya dilempar ke laut untuk dijadikan umpan ikan hiu?

"Nama kau -ehm maksud saya nama kamu siapa?"

"Rebeca kek-"

"Eh kamu siapa saya, enak aja panggil kakek"

"Anu.. Itu.. Maaf kek-eh saya harus manggil apa?"

"Oppa" Beca yang sudah tergagap ketakutan, melongo menatap Sugandi yang meminta panggilan itu tetap dengan raut datar. Sedetik kemudian, Sugandi tertawa terbahak-bahak. Beca mengerjapkan matanya perlahan, makin tak mengerti.

"Kau ini ya, sama saja dengan Satria. Mudah kali ditipu, aduh aduh. Ternyata ngomong pake logat medan gini, lebih mantap"

"..."

"Oke oke. Langsung saja, macam mana pula kau bisa tau kalau Satria konglomerat? Tak mungkin kan gara-gara aku keceplosan waktu itu"

"Maafin saya kek, saya ga bermaksud mendengar pembicaraan Satria dengan seseorang. Saya ga tau kalau Satria membicarakan tentang pemecatan Sugandi dan-"

"APA?" Beca membekap mulutnya cepat, geblek ngapain lo ngomong itu bee.  Astagfirullah mampus gue, Satriaaa sorry

"Anu kek- maaf- bukan itu, maksud saya.."

"Sudah sudah. Tak apa, Satria memang kalau bicara tak pernah mau disaring. Itu karna dia emosi saja" Beca mengangguk terpatah, untung saja Sugandi tak marah. Kalau sampai marah, sudah pasti Satria akan mencekiknya saat ini.

"Kau teman sekolah Satria?" Beca hanya mengangguk sopan, tak berani lagi asal bicara. Sugandi nampak berpikir sebentar, lalu wajahnya yang semula datar berubah sumringah. Yang entah kenapa membuat Beca merinding melihatnya,

"Kau pacarnya ya?"

"Bukan kek" Beca memejamkan mata sejenak, jawabannya terlalu cepat, sangat cepat. Hingga Sugandi sempat terhenyak di tempatnya, tak lama karena kemudian wajahnya semakin sumringah.

"Tak usah sungkan-sungkan. Tak apa lah kalau kau pacarnya Satria, cantik gini pantas-pantas saja kalau bersanding dengan cucuku itu"

"Saya bukan pacarnya kek, saya temannya"

"Kamu ga suka sama tu bocah cabe ya?" Beca mengernyit sebentar, logat Sugandi kembali normal. Wajahnya yang sumringah juga hilang, kini Sugandi terlihat murung membuat Beca merasa tak enak hati.

MIRACLE [Completed]Där berättelser lever. Upptäck nu